Jakarta – Puluhan preman yang biasa memalak sopir truk kontainer di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta diringkus aparat kepolisian. Pemberantasan preman itu dilakukan usai para Sopir truk mengadukan masalah pemalakan ke Presiden Joko Widodo.
Sebelumnya, Presiden Jokowi bertemu sejumlah sopir kontainer untuk mendengar langsung keluhan yang mereka alami, terutama soal pungutan liar (Pungli). Sopir bernama Agung (38) warga asal Ngawi mengadukan kepada Presiden tentang maraknya pungli menimpa di depo pelabuhan.
Baca juga: Polri Sebut 192 Pemudik yang Tiba di Jakarta Positif COVID-19
Atas aduan itu, kata Argo, Polri bergerak cepat dan meringkus 49 orang. Kebanyakan berkegiatan di Pelabuhan Tanjung Priok, yang kerap melakukan pemerasan dan pungli. “Dari 49 orang ii ada juga yang terjadi di Polsek Cilincing, Polsek lain serta di Pelabuhan,” katanya.
Hasil keterangan para korban, para sopir dipungut biaya di setiap titik proses pengangkutan barang hingga ke pelabuhan. Nilai pungli bervariasi, dari Rp2 ribu hingga Rp20 ribu per unit. “Sopir saat dia masuk ke perusahaan mengantarkan barang, kemudian saat disurvei dimintai, kemudian saat menurunkan kontainer dikutip, saat mencuci mobil dikutip, saat keluar juga dikutip,” jelasnya.
Baca juga: Kapolda Metro Jaya, Rotasi Kasat Reskrim di Jajaran Polres
Argo menegaskan, Polri akan memberikan perhatian serius atas aksi yang meresahkan masyarakat. Bahkan, operasi premanisme ini akan dilakukan secara berkelanjutan, tidak hanya momentum saja. “Ini bagian dari tugas Polri,” katanya.
Selain itu kata Argo, operasi premanisme ini tidak hanya dilakukan di pelabuhan-pelabuhan. Tapi juga di tempat lain yang biasanya terjadi tindakan pemerasan. Argo mengaku, bukan hanya di Jakarta saja, operasi premanisme ini akan dilakukan di seluruh Indonesia. “Suratnya ke semua Kapolda segera dikirim,” ujarnya. (cuy)