Jakarta – Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), penyakit tidak menular (PTM) menyebabkan 41 juta kematian setiap tahun atau setara dengan 71 persen dari total kematian secara global. Dari semua penyakit tidak menular yang menyebabkan kematian, secara global, diabetes merupakan salah satu dari empat penyakit tertinggi dan membunuh 1,5 juta orang.
Di tahun 2019, sekitar 463 juta orang dewasa (20-79 tahun) hidup dengan diabetes dan akan meningkat menjadi 700 juta pada tahun 2045. Diabetes tetap menjadi epidemi yang berkembang di seluruh dunia.
Dengan jumlah yang terus meningkat, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dan Kementerian Kesehatan Denmark hari ini menunjuk perusahaan kesehatan global terkemuka yang berbasis di Denmark, Novo Nordisk, sebagai mitra strategis untuk menjalankan hasil kesepakatan kedua negara dalam mengatasi diabetes dan pencegahan penyakit kronis serta penanganannya di Indonesia.
Menteri Kesehatan RI, Budi Gunadi Sadikin bersama Menteri Kesehatan Denmark, Magnus Heunicke, menandatangani MoU bidang Kesehatan secara virtual, Jumat (25/6). Penandatanganan MOU juga dihadiri oleh Duta Besar Denmark untuk Indonesia, Lars Bo Larsen, dan Duta Besar RI untuk Denmark, Dewi Savitri Wahab.
Dalam MoU yang ditandatangani kedua Menteri tersebut, tertuang 5 area kerja sama, yaitu Pelayanan Kesehatan terutama Pelayanan Kesehatan Dasar, Pengobatan Jarak Jauh dan Kesehatan Digital, Pencegahan dan Pengendalian Penyakit dengan fokus pada Penyakit Tidak Menular, Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Pengembangan Sumber Daya Manusia di Bidang Kesehatan, dan Penelitan dan Pengembangan di Bidang Kesehatan.
Adapun bentuk kerja sama yang akan dilaksanakan antara lain berbagi informasi, pengetahuan dan teknologi; peningkatan kemitraan dan kerja sama dengan organisasi non-pemerintah, lembaga akademik dan organisasi masyarakat; penyelenggaraan pelatihan, seminar, dan lokakarya; dan penyelenggaraan proyek bersama.
Baca juga: Make Over Luncurkan Hydrastay untuk Jenis Kulit Kering di Shopee
Duta Besar Denmark untuk Indonesia, H.E. Lars Bo Larsen menjelaskan, penandatanganan kerja sama ini sekali lagi membuktikan tingginya tingkat kepercayaan antara kedua negara.
”Kesepakatan tersebut menunjukkan upaya Denmark dan Indonesia untuk memperluas kerja sama bilateral di bidang kesehatan, sebagai salah satu bidang terpenting. Kesepakatan ini merupakan kesempatan untuk meningkatkan kerja sama Denmark-Indonesia lebih lanjut. Kami akan mendukung upaya Indonesia untuk memperkuat tata kelola kesehatan masyarakat,” ujarnya.
H.E. Lars Bo Larsen menambahkan, Novo Nordisk ditunjuk sebagai mitra strategis karena memiliki jaringan perusahaan yang luas, pengalaman bertahun-tahun dalam memerangi diabetes, serta komitmen dan ambisi jangka panjang untuk menyediakan akses penanganan diabetes yang terjangkau bagi pasien yang rentan di banyak negara.
Senior Vice President Novo Nordisk untuk Region APAC, Sebnem Avsar Tuna mengatakan, sebagai perusahaan kesehatan global terkemuka, tujuan perusahaan adalah mendorong perubahan untuk mengalahkan diabetes dan penyakit kronis serius lainnya.
”Hari ini, kami merasa sangat terhormat mendapat kesempatan untuk bekerja sama dengan kedua negara, Indonesia dan Denmark, untuk mengatasi tantangan diabetes di Indonesia. Kami berharap kita dapat bekerja berdampingan dan memberikan kualitas hidup yang lebih baik bagi orang dengan diabetes di Indonesia,” imbuhnya.
Vice President & General Manager Novo Nordisk Indonesia, Anand Shetty menyampaikan, menurut data IDF Diabetes Atlas, Indonesia memiliki tingkat masalah kesehatan yang tinggi dan merupakan salah satu dari sepuluh negara di dunia dengan jumlah orang diabetes terbanyak per tahun 2019.
Indonesia juga merupakan salah satu negara dengan jumlah orang dengan diabetes absolut tertinggi di dunia. IDF Diabetes Atlas menyebutkan bahwa terdapat 10,7 juta orang dengan diabetes di Indonesia dan angka ini diperkirakan akan terus meningkat menjadi 16,6 juta pada tahun 2045.
Baca juga: Aerostreet Kolaborasi dengan Dagelan Hadirkan Sepatu Unik di #ShopeePilihLokal
”Di sisi lain, pada tahun 2020, data BPJS menunjukkan bahwa hanya dua juta orang dengan diabetes yang terdiagnosis dan mendapatkan perawatan dalam Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Dari jumlah total orang dengan diabetes tersebut, hanya 1,2 persen yang berhasil menurunkan glukosa darah menuju kadar yang direkomendasikan,” katanya.
Menurut data yang dipublikasikan oleh CHEPS FKM UI dan PERKENI pada 2016, pemerintah menghabiskan 74 persen dari biaya pengobatan diabetes untuk menangani komplikasi yang muncul akibat diabetes.
Anand menambahkan, dan meskipun belum menjadi prioritas jika dibandingkan dengan penyakit lain, pihaknya juga harus fokus pada penanganan obesitas karena penyakit ini merupakan salah satu faktor risiko diabetes. Berdasarkan data Riskedas 2018, terdapat 68 juta penderita obesitas di Indonesia dan kami yakin jumlahnya akan terus meningkat setiap tahunnya.
”Melalui kesepakatan kerja sama ini, bersama Kementerian Kesehatan RI, kami akan meningkatkan dan memperkuat upaya untuk menghadirkan penanganan diabetes yang berkelanjutan di Indonesia melalui diagnosis dini (early diagnosis) dan pengendalian optimal (optimal control) melalui empat bidang utama yang sejalan dengan Rencana Strategis Kesehatan Nasional Tahun 2021-2024,” tuturnya
Anand menjelaskan bahwa program ‘awareness’ bertujuan untuk menjawab tujuan utama pemerintah untuk ‘mengedukasi masyarakat’ dan melakukan ‘pencegahan primer’, sementara program ‘peningkatan kapasitas (capacity building)’ dan ‘akses ke perawatan (access to care)’ bertujuan untuk menjawab tujuan utama pemerintah untuk ‘pencegahan sekunder’ dan ‘meningkatkan kapasitas dan kemampuan perawatan primer’.
Anand menambahkan bahwa program Diabetes Awareness akan mengedukasi masyarakat dan komunitas secara komprehensif agar mereka dapat lebih memahami diabetes. Novo Nordisk juga akan memanfaatkan teknologi digital untuk meningkatkan manajemen penanganan diabetes dengan mengembangkan Virtual Diabetes Counsellor dan aplikasi pengawasan diabetes.
Kesepakatan antara Kementerian Kesehatan RI dan Kementerian Kesehatan Denmark ini akan berlangsung selama lima tahun, sejak 2021 hingga 2026, dan bertujuan untuk menyatukan kepiawaian kedua negara dalam meningkatkan upaya penanganan bagi orang dengan diabetes. (any)