Jakarta – Menurut data UNICEF yang dilaporkan oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia, jumlah kematian pada anak balita hingga 2019 jumlahnya menurun. Namun sejak adanya pandemi Covid-19, terdapat hampir 50 persen peningkatan kematian pada anak.
Oleh karena itu, orang tua memiliki peran yang sangat penting dalam menyiapkan makanan yang bergizi untuk anak. Karena, populasi anak yang terkena Covid-19 secara global memiliki cakupan yang lebih rendah dibandingkan pada orang dewasa. Selain itu pola konsumsi makanan bergizi menjadi perhatian. Salah satunya adalah kebiasaan mengonsumsi kental manis.
Dr. Atika M Zaki., MARS, Koordinator Kesehatan PP Aisyiyah mengatakan, anak-anak akan terserang Covid yaitu pada mereka yang dengan nutrisi yang kurang baik, gizi yang rendah. Ini tentu saja memerlukan peran dari orang tua terutama ibu yang menyiapkan makanan-makanan bergizi.
Baca juga: Oppo Reno6 Series Luncurkan Limited Edition Karya Grafiti Darbotz
Atika menegaskan, PP Aisyiyah bekerja sama dengan YAICI selama ini melakukan edukasi bahwa susu kental manis bukan susu tetapi gula yang diberi rasa susu. ”Tetapi sudah 1 abad masuk ke Indonesia dan kita dijejali iklan bahwa itu adalah susu sehingga banyak ibu-ibu yang tidak mengetahui dan memberikan balitanya SKM, ini upaya dari YAICI dan PP Aisyiyah mengadakan edukasi, meluruskan pandangan-pandangan yang keliru,” ujar Dr. Atika M Zaki dalam sambutan webinar nasional di Jakarta, baru-baru ini.
dr. Dian Arini, Sp.A dari RS Jakarta Sukapura mengatakan, untuk menjaga anak agar tidak tertular Covid-19 adalah dengan menjaga asupan nutrisi, aktivitas fisik, istirahat yang cukup, PHBS serta penularan yang spesifik. Saat disinggung apakah susu kental manis boleh diseduh, dokter spesialis anak ini menegaskan, berdasarkan rekomendasi IDAI SKM bukan susu, karena SKM hanya sebagai tambahan/topping/asesoris atau kita makan atau minum es. Makan di atas roti untuk anak pakai kental manis, bukan diseduh sebagai bentuk susu karena itu bukan susu.
”Di dalam kental manis itu tidak ada kandungan kalori, protein, vit, mineral yang seharusnya di dapat dalam kandungan susu, karena susu itu kan sifatnya untuk menambah zat yang kurang yang mungkin tidak tercukupi oleh makanan yang anak-anak makan. Sedangkan kental manis itu kandungan gulanya yang justru tinggi,” kata dr. Dian.
Dr. Tria Astika Endah Permatasari, SKM, MKM, Associate Professor of Nutrition Universitas Muhammadiyah Jakarta mengatakan, untuk meningkatkan gizi pada anak, pola asuh orang tua memiliki peran penting, pertama adalah pola asuh psiko emosional, pendekatan psikologis untuk membangun ‘bonding’ ayah-ibu, menjaga emosional orang tua, dan meningkatkan kepercayaan diri orang tua dalam pengasuhan anak. ”Kedua adalah proses interaksi orang tua dan anak-anak dalam memberi makan (nourishing): pemenuhan makan & edukasi gizi sejak dini,” tandasnya.
Baca juga: Dua Dump Truk Terlibat Kecelakaan, Satu Orang Tewas, Satu Lainnya Kritis
Ketua Harian YAICI, Arif Hidayat mengatakan, Indonesia akan mendapatkan Bonus Demografi pada tahun 2045. Hal ini menjadi peluang bagi kita jika bonus demografi ini bisa dimanfaatkan seoptimal mungkin. Kuncinya dari generasi saat ini. ”Masih ada 24 tahun lagi. Kalau generasi sekarang ini tidak diimbangi dengan gizi yang baik maka generasi yang akan datang di tahun 2030-2045 akan menjadi boomerang. Itu yang menjadi perhatian kami,” katanya.
Arif menambahkan, selama ini, yang YAICI dan PP Aisyiyah lakukan adalah mensosialisasikan apa saja yang menjadi perhatian masyarakat supaya kesehatan anak yang saat ini masih balita tidak menjadi boomerang bonus demografi yang puncaknya di 2030. (any)