Banjarmasin — Generasi alfa atau anak-anak yang lahir dalam kurun 2010-2025 sudah lahir dalam situasi maraknya pemanfaatan teknologi canggih dan serba digital. Oleh karena itu, generasi ini kelak wajib untuk terampil digital. Mereka bakal banyak menghabiskan waktu di depan layar gawai.
Pembahasan inilah yang mengemuka dalam webinar bertema tema “Pengembangan Budaya dan Seni Indonesia di Media Digital” di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Kamis (7/7). Webinar yang dimoderatori Nazlia Tiffany itu menghadirkan tiga narasumber, yaitu Dosen UIN Antasari Banjarmasin Muhammad Ridha; Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Hasanuddin Alem Febri Sonni; dan Yolanda Presiana Desi selaku Anggota Jaringan Pegiat Literasi.
Baca juga: MDRT Day Indonesia Kembali Digelar
Ridha menjelaskan, generasi alfa adalah manusia unik yang sejak kelahirannya bersentuhan dengan perangkat digital, berinteraksi secara global, serta mengembangkan diri dan berkreasi secara digital. Oleh karena itu, keterampilan digital menjadi urgen dan esensial bagi generasi tersebut.
Ridha menambahkan, terdapat beberapa karakteristik generasi alfa, salah satunya yaitu visual karena sebagian besar generasi alfa menghabiskan banyak waktunya di depan layar gawai. “Meski generasi alfa adalah manusia digital dan global, perlu intervensi dari generasi sebelumnya untuk memastikan agar generasi alfa tetap cinta tanah air dan kearifan lokal. Mereka adalah generasi harapan yang harus disambut dengan penuh keterampilan agar bisa membawa manfaat optimal untuk kebaikan masa depan bangsa”, ucapnya, Jumat (8/7/2022).
Selanjutnya, mengenai budaya di dunia digital, Alem memaparkan, budaya bermedia digital merupakan kemampuan individu dalam membaca, menguraikan, membiasakan, memeriksa, dan membangun wawasan kebangsaan, nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika dalam kehidupan sehari-hari.
Baca juga: Pentingnya Tidur Berkualitas si Kecil Makuku Gelar Kampanye Baby Sleep Challenge
Menurutnya, pengetahuan dasar akan nilai-nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika harus dijadikan sebagai landasan dalam kehidupan berbudaya, berbangsa, dan bernegara, bahkan di dunia digital sekalipun. “Masyarakat Indonesia yang majemuk merupakan gambaran sempurna tentang budaya yang beragam yang bisa disebut dengan istilah multikulturalisme. Bhinneka Tunggal Ika, sesuai dengan artinya yaitu ‘berbeda-beda tetapi tetap satu’, menjadi dasar dan realitas masyarakat Indonesia dalam berbangsa,” jelas Alem.
Terakhir, Yolanda menambahkan mengenai pentingnya memiliki rasa kepemilikan serta rasa cinta terhadap produk dalam negeri. Bagaimana caranya? Menurut Yolanda, untuk mendukung produk dalam negeri, masyarakat dapat melakukannya dengan memberikan umpan balik yang positif serta turut membantu mempromosikan produk-produk dalam negeri. Hal ini dilakukan agar produk lokal dapat semakin dikenal oleh dunia internasional.
“Perkembangan teknologi semakin memudahkan kita untuk menghadirkan budaya Indonesia di ruang digital. Contohnya dengan melakukan berbagai kegiatan seni yang bisa diunggah ke berbagai media sosial ataupun menggelar pameran seni budaya melalui ruang pamer virtual,” terang Yolanda.
Pengguna internet di Indonesia pada tahun 2021 mengalami peningkatan. We Are Social mencatat bahwa pengguna internet di Indonesia mencapai 202,6 juta pengguna, di mana 170 juta penggunanya menggunakan media sosial. Dapat dikatakan bahwa pengguna internet di Indonesia mencapai 61.8% dari total populasi Indonesia. Menurut Survei Literasi Digital di Indonesia pada tahun 2021, indeks atau skor literasi digital di Indonesia berada pada angka 3,49 dari skala 1-5. Skor tersebut menunjukkan bahwa tingkat literasi digital di Indonesia masih berada dalam kategori “sedang”.
Kementerian Komunikasi dan Informatika RI bersama GNLD Siberkreasi juga terus menjalankan program Indonesia Makin Cakap Digital melalui kegiatan-kegiatan literasi digital yang disesuaikan pada kebutuhan masyarakat. Untuk mengikuti kegiatan yang ada, masyarakat dapat mengakses info.literasidigitaldotid atau media sosial @Kemenkominfo dan @Siberkreasi. (any)