Kalimantan — Pengguna internet di Indonesia pada tahun 2021 mengalami peningkatan. We Are Social mencatat bahwa pengguna internet di Indonesia mencapai 202,6 juta pengguna, di mana 170 juta penggunanya menggunakan media sosial. Dapat dikatakan bahwa pengguna internet di Indonesia mencapai 61.8 persen dari total populasi Indonesia. Menurut Survei Literasi Digital di Indonesia pada tahun 2021, indeks atau skor literasi digital di Indonesia berada pada angka 3,49 dari skala 1-5. Skor tersebut menunjukkan bahwa tingkat literasi digital di Indonesia masih berada dalam kategori “sedang”.
Sebagai respons untuk menanggapi perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) ini, Kementerian Komunikasi dan Informatika RI bersama Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi melakukan kolaborasi dan mencanangkan program Indonesia Makin Cakap Digital di Kalimantan, Senin (11/7), secara daring. Program ini didasarkan pada empat pilar utama literasi digital yakni Kemampuan Digital, Etika Digital, Budaya Digital, dan Keamanan Digital. Melalui program ini, 50 juta masyarakat ditargetkan akan mendapat literasi digital pada tahun 2024.
Baca juga: Pentingnya Tidur Berkualitas si Kecil Makuku Gelar Kampanye Baby Sleep Challenge
Acara yang dipandu Muhammad Muslim selaku moderator tersebut mengambil tema “Jangan Asal Copy Paste, Yuk Hindari Plagiarisme”. Sedangkan narasumber dalam acara tersebut adalah Pembina Komunitas Anak Pecinta Literasi (Kancil) Hakim Syah MA; Korwil Mafindo Pontianak Dr Syarifah Ema Rahmania M.Pd ; dan Ketua Bidang Kesekretariatan Relawan TIK Kalimantan Barat Rahmad Widyo Utomo.
Dalam webinar tersebut, Hakim Syah mengungkapkan, teknologi media digital pada dasarnya bertujuan memberikan kemudahan dalam aktivitas keseharian masyarakat. Selain itu, kehadiran berbagai platform media sosial dan internet berdampak pada derasnya arus informasi. Menurut dia, pembelajaran warga juga banyak yang berubah akibat perkembangan teknologi digital, mulai dari cara, materi, lingkungan, hingga budaya belajar.
“Plagiarisme telah menjadi isu utama yang sedang dihadapi di dunia pendidikan. Upaya-upaya untuk mencegah plagiarisme dapat dilakukan dengan edukasi di semua jenjang pendidikan, mulai dari SD, SMP, SMA, hingga perguruan tinggi. Seluruh institusi harus menganggap plagiarisme sebagai isu krusial, dan bagaimana menghindari plagiarisme dan meningkatkan kesadaran para pelajar,” jelas Hakim.
Menurut Syarifah Ema Rahmania, salah satu tantangan dalam berbudaya di dunia digital ialah semakin maraknya kasus pelanggaran hak cipta dan karya intelektual. Menulis karya sejatinya memiliki kode etik yang ketat dan harus dipatuhi, misalnya menghindari falsifikasi atau pemalsuan data, fabrikasi, plagiarisme, serta pelanggaran hak cipta lainnya.
Baca juga: Jualan Online Marak, Yuk Jadi Pembeli dan Penjual yang Beretika
Bahkan, di kalangan akademisi terdapat ancaman hukuman yang berat bagi pelaku yang melakukan pelanggaran plagiarisme, seperti tidak akan berpeluang kenaikan pangkat serta larangan menjadi pejabat struktural di lingkungan kampus.
“Oleh karena itu, kalau hendak membuat karya tulis ataupun opini, tidak bisa hanya asal buat, kita harus terlebih dahulu lakukan riset, analisa data, serta menentukan metode khusus dalam penulisannya. Dalam menulis juga perlu menjunjung tinggi etika, karena untuk menjaga validitas data, melindungi hak cipta karya seseorang, serta sebagai bentuk kejujuran,” jelas Syarifah.
Pada sesi terakhir, Rahmad Widyo Utomo memberikan tips agar karya ataupun tugas pelajaran pada media digital dapat terhindar dari plagiarisme. Yaitu, meningkatkan kesadaran diri untuk tidak mencontek dan melakukan plagiat, mencantumkan sumber kutipan, melakukan memparafrase atau mengubah susunan kalimat atau ide orang lain dengan kata-kata sendiri, dan memanfaatkan alat pemeriksa plagiarisme.
“Alat-alat untuk mengecek plagiarisme sangat banyak, di antaranya ada Unicheck, Turnitin, Quetext, dan Plagramme. Untuk menggunakannya, misalnya pada aplikasi Turnitin, silahkan upload (unggah) salah satu artikel yang telah dibuat, dan nanti akan muncul berapa persen plagiarisme yang dilakukan penulis,” tuturnya
Dengan hadirnya program Gerakan Nasional Literasi Digital oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika RI diharapkan dapat mendorong masyarakat menggunakan internet secara cerdas, positif, kreatif, dan produktif. Kegiatan ini khususnya ditujukan bagi para komunitas di wilayah Kalimantan dan sekitarnya yang tidak hanya bertujuan untuk menciptakan Komunitas Cerdas, tetapi juga membantu mempersiapkan sumber daya manusia yang lebih unggul dalam memanfaatkan internet secara positif, kritis, dan kreatif di era industri 4.0.
Kementerian Komunikasi dan Informatika RI bersama GNLD Siberkreasi juga terus menjalankan program Indonesia Makin Cakap Digital melalui kegiatan-kegiatan literasi digital yang disesuaikan pada kebutuhan masyarakat. Untuk mengikuti kegiatan yang ada, masyarakat dapat mengakses info.literasidigital.id atau media sosial Kemenkominfo dan Siberkreasi. (any)