Makassar— Pesatnya perkembangan teknologi digital kian memudahkan pekerjaan manusia, termasuk dalam hal berbelanja. Namun, kemudahan berbelanja lewat beragam lokapasar patut diwaspadai agar tidak mengganggu keuangan.
Kemudahan yang ditawarkan teknologi digital seharusnya membuat individu menjadi lebih baik dalam hal perencanaan keuangan untuk berbelanja. Hal tersebut menjadi perbincangan dalam webinar berjudul “Jangan Boros, Bijak Berbelanja Online” yang digelar Kementerian Komunikasi dan Informatika RI bersama Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi, Senin (22/8/2022), di Makassar, Sulawesi Selatan.
Dimoderatori oleh Ratih Aulia, webinar tersebut menghadirkan narasumber seorang psikolog dan relawan TIK DKI Jakarta Oriza Sativa, Jawara Internet Sehat Sulawesi Utara Arthur Mandolang; dan dosen Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Makassar Citra Rosalyn Anwar.
Baca juga: Ini Dia Tips Menjaga Kulit Wajah Terlihat Sehat dan Awet Muda
Dalam paparannya, Oriza menyampaikan pendapat ahli mengenai apa yang disebut sebagai perilaku konsumtif. Dijelaskan bahwa perilaku konsumtif adalah perilaku individu yang tidak dapat menahan keinginannya untuk membeli barang yang tidak dibutuhkan tanpa melihat fungsi utama dari barang tersebut. Teori yang lain menyebutkan bahwa perilaku konsumtif adalah aktivitas membeli barang dengan pertimbangan yang tidak masuk akal dan tidak berdasar kebutuhan.
“Dari sisi psikologi, ada istilah konformitas, yaitu sebagai individu ada kecenderungan untuk ikut-ikutan tren atau perilaku orang lain. Si A punya barang ini, maka si B ikut-ikutan membelinya. Si A gaya berdandannya seperti ini, si B mengikutinya. Begitu pula faktor spontanitas lantara ada diskon besar-besaran di masa tertentu sehingga merangsang individu untuk membeli barang tersebut,” katanya.
Oriza melanjutkan, penyebab lainnya adalah faktor emosi atau yang ia sebut sebagai kompensasi. Ia mencontohkan, dalam situasi emosi tertentu, seorang individu bisa berbelanja atau membeli barang hanya sekadar memenuhi keinginan atau emosinya sesaat. Faktor lainnya adalah mindset yang keliru, yaitu seseorang berbelanja agar terlihat kaya di mata orang lain.
“Beberapa tips agar perilaku konsumtif bisa menjadi produktif adalah bisa dengan menjual kembali barang-barang yang sudah kita beli. Misalnya, thrift shop yang berisi barang-barang bekas impor; preloved yang menjual barang-barang berkualitas dari orang-orang tertentu; atau menjadi penjual kembali (reseller),” ujar Oriza.
Sementara itu, Arthur membenarkan bahwa pesatnya perkembangan teknologi digital telah mengubah banyak perilaku manusia, seperti cara berkomunikasi, belajar, termasuk dalam hal berbelanja. Untuk berbelanja, saat ini sudah tak perlu lagi mendatangi toko secara langsung dan memilih barang yang diinginkan. Semua bisa dilakukan hanya dengan sentuhan jari lewat gawai yang kita miliki.
“Namun, dibutuhkan tips atau cara jitu dalam berbelanja online agar kita terhindar dari kerugian,” kata Arthur.
Baca juga: Olahraga Virtual Bareng Teman, Yuk Ikut Primaya Hospital Heart Race
Menurut Arthur, calon pembeli harus jeli memilih perusahaan e-dagang sebelum memutuskan berbelanja secara online. Produk yang hendak dibeli harus dibaca deskripsi barangnya dengan teliti. Ia juga mengingatkan konsumen agar tidak mudah percaya dengan harga barang yang murah.
Selanjutnya, aturan tentang syarat dan ketentuan toko juga harus diperiksa, termasuk kebijakan pengembalian barang. “Satu lagi, yaitu simpan bukti transaksi karena suatu saat bisa saja itu dibutuhkan,” ujarnya.
Terkait keamanan digital saat berbelanja online, Citra mengingatkan agar konsumen mesti waspada terhadap beragam penipuan online yang masih marak hingga saat ini. Untuk itu, konsumen sebaiknya tidak mudah meng-klik tautan tertentu yang mencurigakan.
Selain itu, faktor keamanan perangkat digital juga mesti dijaga, termasuk rajin mengganti password secara berkala. Dengan hadirnya program Gerakan Nasional Literasi Digital oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika RI diharapkan dapat mendorong masyarakat menggunakan internet secara cerdas, positif, kreatif, dan produktif.
Kegiatan ini khususnya ditujukan bagi para komunitas di wilayah Sulawesi dan sekitarnya yang tidak hanya bertujuan untuk menciptakan Komunitas Cerdas, tetapi juga membantu mempersiapkan sumber daya manusia yang lebih unggul dalam memanfaatkan internet secara positif, kritis, dan kreatif di era industri 4.0.
Kementerian Komunikasi dan Informatika RI bersama GNLD Siberkreasi juga terus menjalankan program Indonesia Makin Cakap Digital melalui kegiatan-kegiatan literasi digital yang disesuaikan pada kebutuhan masyarakat. Untuk mengikuti kegiatan yang ada, masyarakat dapat mengakses info.literasidigital.id atau media sosial Kemenkominfo dan Siberkreasi. (any)