Jakarta– Menurut penelitian, 25 persen orangtua berkonsultasi ke dokter dengan keluhan dermatitis popok di tahun pertama Si Kecil, seperti saat periode awal Si Kecil menerima MPASI. Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko dermatitis popok adalah faktor sensitifitas kulit, frekuensi penggantian popok, serta perubahan mikrobiota pada usus dan ph tinja.
Ketika Si Kecil memasuki periode MPASI, peningkatan ph tinja dan fases di area popok juga dapat meningkatkan aktivitas enzim pada tinja sehingga merusak kulit dan membuatnya iritasi.
“Jika tinja dan fases tidak diserap dengan sempurna, maka bakteri dapat lebih mudah mengiritasi kulit. Karena, bakteri dan jamur menyukai daerah yang lembap seperti pada area popok. Tingkat kelembapan pada area popok juga dapat meningkatkan risiko masalah dermatitis popok pada Si Kecil,” jelas dokter spesialis anak, dr. S.T Andreas Christian Leyrolf, M.Ked (Ped), Sp.A.
Baca juga: MAKUKU Air Diapers Perluas Jangkauan Hingga Kalimantan dan Sulawesi
Penyebab paling umum dari dermatitis popok adalah infeksi jamur, terutama jamur Candida Albicans. Faktor lain yang paling mempengaruhi dermatitis popok adalah peningkatan kelembaban yang dihasilkan dari pemakaian popok, yang menyebabkan peningkatan gesekan dan maserasi, yang membuat kulit lebih rentan terhadap kerusakan dan penetrasi oleh mikroorganisme kulit dan iritasi lainnya Selain infeksi jamur, infeksi bakteri merupakan infeksi paling umum kedua dari dermatitis popok.
Kesha Ratuliu, public figure dan ibu anak satu, mengungkapkan, di masa MPASI para Ibu justru lebih senang memvariasikan makanan untuk Si Kecil. Namun, di sisi lain khawatir jika makanan yang dikonsumsi dapat meningkatkan risiko ruam popok. Apalagi, ruam popok dapat membuat Si Kecil tidak nyaman dan jadi rewel.
“Beberapa tips dari saya, Ibu harus tahu apakah Si Kecil ada alergi makanan tertentu. Selain itu. menjaga kebersihan kulit Si Kecil pada area popok juga penting, Saya selalu cek dan rutin ganti popok Qwenzy dalam sehari. Apalagi untuk urusan bahan dan kualitas popok penting sekali menurut saya, karena kulit bayi masih sangat sensitif. Jika popoknya menggumpal, sebagai Ibu saya khawatir keadaan tersebut justru meningkatkan risiko ruam. Jadi, saya pilih bahan yang tidak mengiritasi dan tentu memiliki daya serap tinggi. Setelah mengenal MAKUKU, saya lebih tenang karena sekarang saya punya popok andalan,” tandasnya.
Baca juga: Jaga Kelestarian Laut Indonesia, Blackmores Gelar Program ‘Tukar Botol’
CEO MAKUKU Indonesia, Jason Lee mengatakan, memastikan penyerapan yang tinggi pada popok merupakan salah satu upaya baik untuk menekan risiko ruam popok yang dapat mengiritasi kulit Si Kecil.
“Karena itu, #MAKUKUAntiGumpal hadir sebagai popok pionir SAP Core Structure. MAKUKU Air Diapers Slim dengan inti SAP Core Structure memiliki penyerapan yang lebih merata, anti gumpal dan tetap ringan sekalipun sudah menampung cairan cukup banyak. Kemampuannya mengunci cairan dengan baik akan mencegah osmosis balik, anti bocor, dan menjaga permukaan kulit tetap kering sehingga mencegah risiko ruam popok Si Kecil. Jadi, para Ibu dapat lebih tenang menghadapi periode MPASI Si Kecil karena #TakutRuamPopokPakaiMAKUKU,” tandasnya. (any)