Banjarmasin — Penggunaan internet yang tinggi di Indonesia, yaitu tercatat sebanyak 204,7 juta orang per Februari 2022, mensyaratkan penguasaan kecakapan digital. Tak hanya itu, penetrasi media sosial yang luar biasa juga membutuhkan penerapan etika digital. Pasalnya, pengguna ruang digital terdiri dari orang-orang yang berlatar belakang berbeda-beda.
Demikian kesimpulan dalam webinar yang bertema “Membangun Citra Tanpa Pencitraan di Media Sosial”, Selasa (8/11) di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, yang diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika RI bersama Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi. Narasumber dalam webinar ini adalah dosen Ilmu Komunikasi UPN Veteran Jakarta Rut Rismanta Silalahi; Jawara Internet Sehat Kalimantan Tengah 2022 Ahmad Saputra; serta Strategic Partnership Manager Good News from Indonesia Selvie Amalia.
Dalam paparannya, Rut Rismanta Silalahi menjelaskan, di era sekarang ini amat dibutuhkan etika digital. Dunia digital telah memberikan kesempatan bagi setiap orang untuk saling terhubung melintasi wilayah, bahkan budaya. Aktivitas digital, seperti mengunduh, mengunggah, dan membagikan konten yang pada akhirnya akan berupaya membangun relasi, bahkan kolaborasi dengan antar pengguna platform.
Baca juga: Terus Ekspansi, Auntie Anne’s Buka Gerai ke-60
Beberapa hal yang patut diingat sebelum mengunggah sesuatu di media sosial, lanjut Rut, adalah memastikan bahwa konten yang diunggah bersifat positif, bukan hal yang negatif. Selain itu, perlu dipastikan pula bahwa konten yang diposting memang benar-benar dibutuhkan. Tentu saja, lanjutnya, konten yang diunggah tidak mengandung hoaks atau kabar bohong, melainkan fakta apa adanya.
“Pastikan pula bahwa konten yang diunggah berguna, bermanfaat, dan penting bagi orang lain. Dengan demikian, siapapun layak mengetahui postingan tersebut,” kata Rut.
Rut menambahkan, kecanggihan teknologi adalah anugerah, tetapi bisa menjadi bencana manakala teknologi menguasai manusia, bukan manusia yang mengendalikan teknologi. Oleh karena itu, etika digital hadir sebagai orang bijak yang mengingatkan kembali hakikat teknologi sebagai anugerah bagi umat manusia.
Dari sisi budaya, Selvie Amalia menjelaskan, jati diri individu dalam ruang budaya digital tidak berbeda dengan budaya non-digital. Ia mencontohkan pilihan penggunaan bahasa di ruang digital yang seharusnya tidak berbeda dengan cara berbahasa di ruang sesungguhnya (keseharian). Pemilihan bahasa di manapun ruang digunakan, harus sesuai dengan tata aturan yang berlaku.
Baca juga: Yuk! Kenali “Phising” dan “Doxing” agar Tak Jadi Korban Kejahatan Siber
“Untuk apa memilih bahasa yang baik? Sebab, bahasa menjadi sarana penyampaian pesan. Bahasa harus dapat dipahami audiens dan menjadi bagian dari identitas individu. Bahasa yang dipilih menunjukkan karakter penggunanya dan tentu saja bahasa adalah bagian dari identitas budaya Indonesia,” kata Selvie.
Sementara itu, menurut Ahmad Saputra, tantangan bermedia digital saat ini boleh dibilang kompleks. Apalagi, penetrasi internet di Indonesia terus meningkat dengan pengguna yang mencapai 204,7 juta orang per Februari 2022 lalu. Angka tersebut setara dengan 73,7 persen dari populasi Indonesia.
“Dibutuhkan kecakapan digital, yaitu individu yang cakap bermedia digital yang mampu mengetahui, memahami, dan menggunakan perangkat keras dan perangkat lunak dalam lanskap digital,” ucapnya.
Dengan hadirnya program Gerakan Nasional Literasi Digital oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika RI diharapkan dapat mendorong masyarakat menggunakan internet secara cerdas, positif, kreatif, dan produktif. Kegiatan ini khususnya ditujukan bagi para komunitas di wilayah Kalimantan dan sekitarnya yang tidak hanya bertujuan untuk menciptakan Komunitas Cerdas, tetapi juga membantu mempersiapkan sumber daya manusia yang lebih unggul dalam memanfaatkan internet secara positif, kritis, dan kreatif di era industri 4.0.
Kementerian Komunikasi dan Informatika RI bersama GNLD Siberkreasi juga terus menjalankan program Indonesia Makin Cakap Digital melalui kegiatan-kegiatan literasi digital yang disesuaikan pada kebutuhan masyarakat. Untuk mengikuti kegiatan yang ada, masyarakat dapat mengakses info.literasidigital.id atau media sosial Kemenkominfo dan Siberkreasi. (any)