Jawa Barat-Dalam rangka kampanye Gerakan Nasional Literasi Digital di Indonesia, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bersama dengan Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi menyelenggarakan Workshop Literasi Digital, Selasa, 28 Maret 2023, di Jawa Barat. Tema yang diangkat adalah “Amankan Akun Media Sosialmu dari Sasaran Hacker” dengan menghadirkan narasumber Koordinator Bidang Penelitian dan Pengembangan SDM Relawan TIK Provinsi Bali Ni Luh Putu Ning Septyarinis Ketua Umum Relawan TIK dan Dewan Pengarah Siberkreasi Fajar Eri Dianto: serta Komite Edukasi Mafindo Julita Hazeliana.
Berdasarkan Survei Indeks Literasi Digital Nasional Indonesia yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) dan Katadata Insight Center pada tahun 2021 disebutkan bahwa Indonesia masih berada dalam kategori “sedang” dengan angka 3.49 dari 5,00. Dalam merespons hal tersebut, Kemenkominfo menyelenggarakan “Workshop Literasi Digital” dengan materi yang didasarkan pada empat pilar utama literasi digital, yaitu kecakapan digital, etika digital, budaya digital, dan keamanan digital.
Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G Plate yang memberikan sambutan secara daring menyampaikan bahwa selain membangun infrastruktur digital, pusat-pusat data, dan telekomunikasi di seluruh Indonesia. Kemenkominfo juga secara langsung mengadakan sekolah vokasi untuk menghasilkan tenaga kerja yang bertalenta digital.
Baca juga: Ini Cara Cinta Laura Lawan Pelecehan Seksual di Ruang Publik
“Kemenkominfo menyiapkan program-program pelatihan digital pada tiga level, yaitu Digital Leadership Academy yang merupakan program sekolah vokasi dan pelatihan yang diikuti oleh 200-300 orang per tahun bekerja sama dengan delapan universitas ternama di dunia. Digital Talent Scholarship sebagai program beasiswa bagi anak muda yang ingin meningkatkan kemampuan dan bakat digital. Dan yang terakhir Workshop Literasi Digital yang dapat diikuti secara gratis bagi seluruh masyarakat di Indonesia,” tutur Johnny.
Dalam paparannya, Fajar Eri Dianto menjelaskan, serangan peretas (hacker) yang kerap disebut sebagai hacking adalah upaya menerobos komputer milik pihak lain, mengambil alih sistem jaringan, akun digital, akun perbankan, hingga pengambilalihan akun media sosial seseorang. Penyebab mudahnya seorang peretas bisa mengambil alih adalah buruknya kombinasi nomor PIN, serta tidak memanfaatkan autentikasi dua langkah. Selain itu, pemilik akun kurang sadar mengenai bahaya peretasan sehingga lalai meningkatkan keamanan akun digital yang dimilikinya.
“Selalu gunakan kombinasi angka dan huruf untuk menghasilkan kata sandi yang kuat. Kemudian, ganti kata sandi tersebut secara berkala. Cara lain mencegah serangan peretas adalah dengan terus memperbarui perangkat lunak yang ada, serta tidak gegabah sembarang meng-klik tautan yang mencurigakan atau tak dikenal,” ujar Fajar.
Fajar menambahkan, euforia digital pascapandemi mengharuskan siapa saja untuk waspada terhadap keamanan digital, termasuk pengamanan akun media sosial. Aplikasi yang begitu banyak di internet, di satu sisi ada yang bermanfaat, tetapi di sisi lain ada yang membahayakan. Diperlukan pengenalan dan kecakapan menggunakan perangkat digital.
Baca juga: Nostalgia Musik Tahun 2000-an, 50 Musisi Siap Tampil di Sabiphoria
Ni Luh Putu menambahkan, tak hanya bermotif uang, peretas membobol data juga bertujuan untuk menyebarkan kabar bohong (hoaks) dengan mengatasnamakan pemilik akun. Selain itu, peretas juga bisa bermaksud mencemarkan nama baik orang lain. Bisa juga peretasan dilakukan untuk penyamaran menggunakan akun orang lain demi mendapat keuntungan materi fimpersonation).
“Peretasan terjadi karena disebabkan kata sandi yang lemah, phishing, malware, atau tidak menerapkan keamanan autentikasi dua langkah,” tuturnya.
Julita Hazeliana mengingatkan, teknologi digital yang berkembang masif membuat banyak orang bergantung pada digitalisasi dalam aktivitas sehari-hari. Bahkan, banyak orang semakin nyaman dengan bertransaksi keuangan secara digital. Di balik kemudahan dan kenyamanan itu, ada potensi bahaya yang mengintai.
“Ingat, tidak ada yang aman 100 X di dunia digital. Yang bisa kita lakukan adalah bagaimana menekan risikonya sekecil mungkin,” ucap Julita.
la juga menceritakan kembali beberapa kasus pembobolan data oleh peretas yang pernah terjadi di Indonesia. Beberapa di antaranya adalah pembobolan data anggota Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan, kebocoran data e-Hac Kementerian Kesehatan, serta kebocoran data pelanggan operator telekomunikasi seluler.
Workshop Literasi Digital ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan dalam program Indonesia Makin Cakap Digital yang diinisiasi oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika RI bersama Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi. Informasi lebih lanjut mengenai literasi digital dan info kegiatan dapat diakses melalui website info.literasidigital.id, media sosial Instagram @literasidigitalkominfo Facebook Page dan Kanal Youtub Literasi Digital Kominfo. (any)