Jawa Barat—Terus berkembangnya dunia digital juga semakin mempermudah masyarakat mendapat informasi. Termasuk siraman rohani. Namun, bak dua sisi mata uang, informasi yang ada tak selalu positif. Dalam rangka kampanye Gerakan Nasional Literasi Digital di Indonesia, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bersama dengan Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi menyelenggarakan Workshop Literasi Digital di Jawa Barat.
Tema yang diangkat adalah “Peran Ruang Digital dalam Penyebaran Agama” dengan menghadirkan narasumber akademisi UIN Alauddin Makassar Alim Syariati; Koordinator Nasional AIS Nusantara Anifatul Jannah; serta Sekretaris Yayasan Pendidikan Cendekia Utama Meithiana Indrasari.
Baca juga: Rayakan HUT ke-40, SANF Terus Berbagi Semangat
Berdasarkan Survei Indeks Literasi Digital Nasional Indonesia yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) dan Katadata Insight Center pada tahun 2021 disebutkan bahwa Indonesia masih berada dalam kategori “sedang” dengan angka 3.49 dari 5,00. Dalam merespons hal tersebut, Kemenkominfo menyelenggarakan “Workshop Literasi Digital” dengan materi yang didasarkan pada empat pilar utama literasi digital, yaitu kecakapan digital, etika digital, budaya digital, dan keamanan digital.
Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G Plate yang memberikan sambutan secara daring menyampaikan bahwa selain membangun infrastruktur digital, pusat-pusat data, dan telekomunikasi di seluruh Indonesia. Kemenkominfo juga secara langsung mengadakan sekolah vokasi untuk menghasilkan tenaga kerja yang bertalenta digital.
“Kemenkominfo menyiapkan program-program pelatihan digital pada tiga level, yaitu Digital Leadership Academy yang merupakan program sekolah vokasi dan pelatihan yang diikuti oleh 200-300 orang per tahun bekerja sama dengan delapan universitas ternama di dunia. Digital Talent Scholarship sebagai program beasiswa bagi anak muda yang ingin meningkatkan kemampuan dan bakat digital. Dan yang terakhir Workshop Literasi Digital yang dapat diikuti secara gratis bagi seluruh masyarakat di Indonesia,” tutur Johnny.
Alim Syariati memaparkan, dunia saat ini tengah dilanda firehouse of falsehood atau semburan dusta. Oleh karena itu, perlu campur tangan ahli agama untuk menjelaskan kepada pemeluk agama tentang mana yang dusta dan mana yang berupa fakta. Menurut dia, ahli agama sekarang ini pun dituntut agar cakap digital.
“Ahli agama di era sekarang ini harus paham dasar-dasar digital; memahami bagaimana mencari dan memilah informasi di ruang digital; serta memahami penggunaan aplikasi percakapan maupun media sosial,” ucapnya.
Baca juga: Kreatif Tanpa Langgar Norma, Tetap Bisa Hasilkan Cuan Kok!
Alim menambahkan, peran penyuluh agama adalah memberi keyakinan bagi umat bahwa ilmu agama itu ilmu yang mahal dan mulia. Oleh karena itu, ahli agama harus percaya diri dan senantiasa menginformasikan kebenaran kepada seluruh umat. Ruang digital bisa menjadi medium untuk menyampaikan informasi tersebut.
Meithiana Indrasari menambahkan, di tengah pesatnya perkembangan teknologi digital, saat ini banyak terdapat aplikasi atau platform belajar kitab suci, baik Al Qur’an maupun kitab lainnya. Hal ini kian memudahkan umat beragama untuk belajar tanpa harus hadir secara fisik layaknya di dalam kelas. Kendati demikian, belajar langsung kepada ulama atau ahli agama tetap dirasa penting guna memverifikasi langsung mengenai banyak persoalan dalam agama. “Di samping itu, saat ini banyak ahli agama, ulama, ustadz, atau kyai yang menggunakan media sosial dalam berdakwah dan mengajar ilmu agama. Namun, umat harus selektif memilih informasi terkait hal tersebut,” ujarnya.
Menurut Meithiana, dalam era digital yang serba cepat dan kompleks, acapkali tersebar konten agama yang tidak sehat atau merugikan banyak pihak. Oleh karena itu, penting bagi umat dengan memperkuat dakwah yang damai dan membuat ruang internet menjadi sehat dan positif. Dakwah damai bisa dibuat dengan menyebarkan pesan-pesan toleransi serta mempromosikan nilai-nilai agama yang baik dan inspiratif.
Sementara itu, Anifatul Jannah mengatakan, tantangan kehidupan beragama di era pesatnya teknologi dan informasi sekarang ini adalah adanya kesenjangan digital, informasi yang tak akurat atau kabar bohong (hoaks), pengabaian nilai-nilai agama, fanatisme, post truth, serta dakwah yang ramah.
Hal yang bisa dilakukan, lanjut Anifatul, adalah dengan bertindak jujur memberikan informasi yang benar, menjaga nilai-nilai agama, menghindari segala hal yang mengarah pada radikalisme dan intoleransi, serta memanfaatkan teknologi untuk penyebaran informasi yang positif dan menyejukkan. “Setiap individu bisa menjadi influencer yang bisa mengambil peran untuk memengaruhi melakukan hal yang baik,” tuturnya.
Workshop Literasi Digital ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan dalam program Indonesia Makin Cakap Digital yang diinisiasi oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika RI bersama Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi. Informasi lebih lanjut mengenai literasi digital dan info kegiatan dapat diakses melalui website literasidigital.id, media sosial Instagram @literasidigitalkominfo Facebook Page dan Kanal Youtube Literasi Digital Kominfo. (any)