Jakarta – Perkembangan motorik bayi ditandai dengan serangkaian tonggak postural: duduk pada usia sekitar 6 bulan, tangan dan lutut merangkak pada usia 8,5 bulan, dan berjalan pada usia 12 bulan. Perkembangan ini merupakan bagian penting dari pertumbuhan si Kecil di masa emasnya atau pada seribu hari pertama kehidupannya. Oleh sebab itu, Ibu perlu memberikan perhatian lebih di masa penting ini, salah satunya membantu menstimulus waktu belajar berjalan si Kecil.
dr. Fellycia Trie W., Sp. A, dokter spesialis anak di RS Cinta Kasih Jakarta, menjelaskan, anak usia 12 hingga 19 bulan rata-rata melakukan 2368 langkah dan jatuh 17 kali/jam.
Ada 3 hal yang harus diperhatikan dalam menstimulus belajar berjalan si Kecil, yaitu:
1. Jumlah frekuensi belajar berjalan: Jumlah latihan akan membantu otot lebih kuat pada kaki, sehingga meningkatkan keseimbangan dan menjaga koordinasi gerakan kaki yang dapat membantu si Kecil berjalan mandiri lebih awal.
Baca juga: Melongok Karya Kelompok Du Anyam di Desa Wulublolong
2. Melakukan pijat pada si Kecil: Pijat bayi sebagai salah satu kebutuhan dasar yang harus diberikan kepada si Kecil untuk mengoptimalkan tumbuh kembangnya, seperti motorik dan fisiologis tubuh melalui sistem saraf, sistem peredaran darah, sistem saluran cerna dan metabolisme tubuh.
3. Ciptakan lingkungan yang aman dan nyaman: Saat Ibu membantu si Kecil belajar berjalan, pastikan untuk menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman baginya. “Salah satunya dengan memilih popok yang lebih tipis dan tidak menggumpal, sehingga kaki si Kecil tidak terhalang oleh popok yang menggembung saat berlatih,” ujarnya.
Saat dikenakan, popok merupakan bagian besar di antara kedua kaki si Kecil. Hal ini berpotensi memperburuk keseimbangan bayi dan menunjukkan pola gaya berjalan yang kurang matang sehingga si Kecil lebih banyak salah langkah dan jatuh saat memakai popok. Oleh karena itu, popok harus membuat si Kecil nyaman sehingga tidak menjadi gangguan biomekanik saat belajar berjalan.
Baca juga: Sambangi Surabaya, 45 Keluarga Berbagi Pengalaman Gunakan MAKUKU
CEO MAKUKU, Jason Lee menyampaikan, MAKUKU menciptakan popok yang super tipis dengan ketebalan hanya 1,6mm untuk memberikan kenyamanan dan membantu sikap keseimbangan yang baik saat si Kecil belajar berjalan. “Selain itu, Inti struktur SAP (Super Absorbent Polymer) pada MAKUKU SAP Diapers Slim Care tidak menjadikan popok menggumpal pada satu titik, sehingga penyerapan cairan lebih merata dan menjaga permukaan tetap kering,” tukasnya.
Hal ini dikarenakan teknologi inti penyerap SAP memiliki daya serap yang lebih tinggi, tidak menyebabkan osmosis balik dengan struktur 3D hexagonal sehingga mengurangi frekuensi kontak langsung popok dengan kulit. “Permukaan yang berongga dan berstruktur 3D tentu akan mengurangi gesekan popok dan sirkulasi udara tetap terjaga selama pemakaian popok,” tambahnya.
Chelsea Olivia, public figure dan ibu 2 anak, berbagi pengalamannya. “Selain popoknya yang tipis, indikator urine juga memudahkan Ibu untuk mengetahui apakah popok si kecil sudah penuh atau belum dengan perubahan warna dari kuning ke biru. Jadi, Ibu dapat dengan mudah mengganti popok si Kecil tanpa harus menunggu popok menggembung terlebih dahulu,” tandasnya.
Lebih pentingnya lagi popok MAKUKU dengan inti struktur SAP ini teknologinya sudah canggih, jadi tidak pelu khawatir lagi akan ruam popok yang sering dialami oleh bayi. Sejak menggunakan MAKUKU SAP Diapers Slim Care, tidak ada lagi drama kulit merah, gatal, ruam popok, popok bocor atau tidak nyaman karena popok yang menggumpal. “Sekarang saya dapat mengajarkan si Kecil beraktivitas dan bergerak dengan nyaman dan bebas walaupun menggunakan popok seharian,” pungkasnya. (any)