Jakarta – Pemerintahan Indonesia terus mendorong terciptanya Pendanaan Biru (Blue Finance Instrument Development Guideline). Tujuannya untuk meningkatkan produktivitas ekonomi berbasis kelautan dengan mempertimbangkan keberlanjutan lingkungan.
Mendukung hal tersebut, Blue Finance Accelerator Demo Day menandai berakhirnya program Blue Finance Accelerator, sebuah inisiatif bersama dari Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman & Investasi, Asian Development Bank (ADB), dan United Nations Development Programme (UNDP) di bawah UN ASSIST. Di acara yang digelar di Jakarta ini, 12 perusahaan sektor biru peserta program berkesempatan untuk mempresentasikan produk dan layanan terkait sektor biru di hadapan para investor swasta, lembaga pemerintahan, lembaga keuangan, development organizations, dan ekosistem yang lebih luas.
Demo Day memberikan platform bagi kedua belas perusahaan untuk memperluas akses terhadap investasi maupun pembiayaan untuk mengembangkan solusi ekonomi biru. Acara ini juga membuka kesempatan kolaborasi dan kerja sama antara perusahaan dan pemangku kepentingan terkait, khususnya pemerintahan untuk private-public partnership.
Lebih lanjut, Demo Day memperbesar eksposur perusahaan terhadap ekosistem yang lebih luas.
Blue Finance Accelerator (BFA) diluncurkan pada Agustus 2022, dengan misi mendukung pengembangan ekonomi biru di Indonesia dengan mempercepat pertumbuhan Startup/UKM lokal di sektor biru, serta memperkuat pengetahuan kelembagaan dan kapasitas pemerintah Pusat dan Daerah, sejalan dengan komitmen Pemerintah Indonesia terhadap Agenda Pembangunan Berkelanjutan 2030.
Baca juga: Spicy Jumbo Chicken Sandwich, Menu Baru A&W yang Wajib Dicoba
Ke-12 perusahaan yang terpilih dalam program BFA terdiri dari 7 perusahaan rintisan dan 5 UKM beroperasi di sektor biru, mulai dari akuakultur dan perikanan berkelanjutan, sampah laut dan pengelolaan limbah, pengurangan polusi plastik, pengembangan masyarakat pesisir, dan ketahanan terhadap perubahan iklim. Perusahaan terpilih tersebut adalah Banoo, Common Seas Indonesia, Conplas, Komodo Water, Koperasi Karya Pesisir, Lamops Craftwork, Mall Sampah Indonesia, Mina Ceria Nusantara, Organic Lombok Indonesia, Rezycology, Sambung Asa dan Sebumi.
Sejak program dimulai pada Januari 2023, ke-12 perusahaan di bawah BFA menjalani program akselerasi enam bulan yang memberikan dukungan peningkatan kapasitas dan modul pelatihan di bidang pertumbuhan bisnis, Impact Measurement and Management (IMM) untuk SDGs, kesiapan investasi, pendekatan gender, dan pembangunan khusus sektor.
Pada kesempatan yang sama, lebih dari 70 pejabat pemerintah juga mendapatkan pelatihan, paparan, dan studi kasus tentang ekonomi Biru. Materi yang diberikan kepada Startup/UKM dan peserta pemerintahan di bawah program ini relevan dengan tantangan dan kondisi di sektor biru Indonesia.
Tantangan tersebut meliputi akuakultur berkelanjutan, pengelolaan sampah plastik, dan pengurangan polusi, pelabuhan dan pelayaran berkelanjutan, energi laut terbarukan, konservasi dan pemulihan ekosistem laut, ekowisata, dan pengembangan masyarakat pesisir.
Baca juga: Makuku Hadirkan Fitur Bubble Belt dan Lotion Tissue untuk Kulit Sensitif Bayi
Selain pameran dan sesi pitching oleh 12 perusahaan terpilih, di BFA Demo Day juga digelar diskusi panel seputar sektor biru bertajuk, “Investment in Blue Sector Initiatives” dengan pembicara Muhammad Didi Hardiana, Head of Innovative Financing Lab, UNDP dan Mariko Asmara, Ango Ventures, JAC Indonesia and WIR Asia Tbk. “Peningkatan sektor usaha biru sangat penting untuk menjaga kesehatan laut dan berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi biru di Indonesia. Kolaborasi antarmekanisme pembangunan sangat penting untuk memajukan ekonomi biru. Indonesia berkomitmen untuk memenuhi komitmennya dan memastikan industri maritim yang aman dan pemulihan ekonomi global melalui inisiatif inovatif yang dipimpin oleh pemuda dan kemitraan lintas sektor,” kata Jodi Mahardi, Deputi Menteri Koordinator Bidang Kedaulatan dan Energi Maritim Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman & Investasi.
Muhammad Didi Hardiana, Head of Innovative Financing Lab (IFL), UNDP Indonesia mengatakan, pihaknya berkomitmen untuk memajukan SDGs Indonesia dengan mendorong pertumbuhan bisnis dan dampak sosial.
“Melalui Blue Finance Accelerator (BFA), kami memberikan dukungan peningkatan kapasitas dengan modul pelatihan yang berfokus pada elemen-elemen penting, seperti Jalur Pembiayaan dan Kesiapan Investasi, Pengukuran dan Manajemen Dampak (IMM) dan SDG Alignment Toolkit, serta Gender Lens. Harapan besar kami adalah bahwa platform ini memungkinkan perusahaan dan pemerintah lokal untuk terlibat dalam proyek ekonomi biru yang berdampak, mendorong kolaborasi, inovasi, dan berkontribusi pada wacana berkelanjutan tentang pertumbuhan ekonomi biru Indonesia,“ tandasnya.
“Senang sekali kami bisa memiliki kesempatan untuk mengambil bagian dalam program BFA. Khususnya pada event BFA Demo Day, kami berkesempatan untuk mempresentasikan pitch deck kami di hadapan para panelis dan investor. Ini merupakan pengalaman yang sangat berharga untuk kemajuan kami ke depan,” ujar Yudhistira Wiryawan, Komisaris Sambung Asa.
“Program akselerasi seperti BFA ini sangat dibutuhkan oleh para wirausaha sosial untuk membantu mereka mengidentifikasi dan mengembangkan potensi masing-masing, dan membuka kesempatan untuk terhubung dengan para pemangku kepentingan yang dapat membantu bisnis lebih maju dan berdampak lebih luas lagi,” ujar Romy Cahyadi, CEO Instellar.
Sebagai informasi, Blue Finance Accelerator merupakan program yang dipersembahkan oleh United Nations Development Program (UNDP) dan Asian Development Bank (ADB), bekerja sama dengan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi sebagai mitra kementerian utama, United Nations Industrial Development Organization (UNIDO) dan Instellar Indonesia sebagai mitra pelaksana.
Program akselerator 6 bulan ini bertujuan untuk menyediakan peningkatan kapasitas dan dukungan pada mekanisme bisnis dan dampak bagi startup dan UKM yang beroperasi di sektor biru – perikanan berkelanjutan, akuakultur, pengelolaan sampah laut, pengurangan polusi plastik, mitigasi atau adaptasi perubahan iklim. Program ini menargetkan minimal 12 startup/UKM yang terdiri dari tujuh startup dan lima UKM untuk menjalani akselerasi. (any)