Lombok-Mengambil andil penting dalam inovasi berkelanjutan industri pertanian di Indonesia, PT Rezka Nayatama meresmikan pabrik tepung glukomanan hasil olahan umbi porang, di Kecamatan Sekotong, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat.
Fasilitas itu merupakan pabrik pertama di Indonesia yang dapat memproduksi tepung glukomanan dengan kadar hingga 90 persen dan mengadopsi teknologi industri manufaktur 4.0.
Direktur Utama PT Rezka Nayatama, Samuel H. Siahaan menerangkan, investasi yang digelontorkan mencapai Rp70 miliar. Rencananya, pabrik pengolahan porang itu akan beroperasi penuh pada Oktober 2023.
Baca juga: Kepala BPOM : Butuh Kerja Sama Stakeholder di Lingkungan dan Industri Obat-Makanan
Selain menciptakan nilai tambah bagi produk pangan berbahan umbi porang, pabrik itu juga berperan dalam memenuhi kebutuhan tepung konjac dan glukomanan atau zat khas yang terkandung dalam porang. “Melalui program kemitraan, kami ingin meningkatkan kesejahteraan para petani lokal dan memberikan dampak positif bagi masyarakat setempat,” ujarnya saat peresmian di Lombok, Rabu (26/7/2023).
Samuel menilai, dengan berlimpahnya bahan baku umbi porang yang tersebar di berbagai provinsi, Indonesia menyimpan potensi tak terbatas untuk menghasilkan berbagai produk makanan sehat.
Tak hanya itu, ternyata, peluang pasarnya juga besar, baik di skala nasional maupun global. Namun, sampai saat ini Indonesia belum memiliki pabrik yang mampu mengolah umbi porang menjadi tepung glukomanan.
“Dengan kesadaran akan peluang yang ada, melalui pabrik tepung glukomanan kami yang mampu menghasilkan tepung glukomanan hingga kadar 90 persen, kami berkomitmen untuk memberikan kontribusi nyata dalam pengembangan industri pengolahan bahan makanan di Indonesia, terutama dalam memajukan pemanfaatan umbi porang sebagai bahan pangan sehat yang berpotensi sebagai alternatif pengganti beras,” tukasnya.
Baca juga: Formula Kenalkan Teknologi SPL di Kongres ICD
Lewat dukungan lahan pertanian porang dan kelompok tani di NTB, NTT, dan Bali, pabrik Rezka Nayatama ditargetkan mampu menyerap sebanyak 483 ton umbi porang setiap bulannya sebagai bahan produksi. Dengan proyeksi produksi sekitar 240 ton tepung glukomanan hingga kadar 90 persen per tahun, pabrik tersebut diharapkan bisa memenuhi kebutuhan pangan di dalam negeri, sekaligus menyediakan ekspor ke berbagai negara seperti Tiongkok, Jepang, Australia, Amerika Serikat, Eropa, Vietnam, dan Thailand.
Samuel menegaskan pabrik pengolahan itu bisa menciptakan lapangan kerja dan berperan penting dalam menyerap hasil bumi garapan para petani lokal. “Kami percaya bahwa kehadiran pabrik ini akan berperan signifikan dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sekitarnya, serta mendorong pertumbuhan ekonomi nasional terutama di sektor pertanian dan industri pangan,” tukasnya.
Pabrik yang baru diresmikan ini memiliki luas sekitar 1 hektare dan dilengkapi dengan lebih dari 600 titik sensor untuk memantau kondisi umbi porang dari masuknya bahan baku, proses pemotongan, pengeringan, pemurnian, dan pembungkusan tepung ke dalam kemasan. Penerapan teknologi 4.0 untuk menjamin kualitas produk PT Rezka Nayatama memenuhi standar mutu terbaik di industri pangan.
Sementara itu Gubernur NTB Zulkieflimansyah mengapresiasi hadirnya pabrik pengelolaan porang di Lombok Barat itu. Beroperasinya pabrik Rezka Nayatama ini, kata dia, memberi sinyal sekaligus berdampak positif terhadap iklim investasi di NTB. Tentu selain meningkatkan lapangan kerja, dan kesejahteraan mitra petani lokal.
Hadir juga dalam peresmian pembukaan Pabrik Glukomanan, Kepala Kantor Staf Presiden Republik Indonesia, Jenderal (Purn) Moeldoko yang secara online menyampaikan bahwa kehadiran Pabrik PT Rezka Nayatama dapat berdampak positif untuk Indonesia. Karena mengurangi impor bahan Glukoman dan juga membuka lapangan pekerjaan di daerah setempat.
Dalam kesempatan yang sama, Menteri Koperasi dan UKM, Teten Masduki menegaskan bahwa peresmian pabrik PT Rezka Nayatama dapat menumbuhkan kesejahteraan tidak hanya bagi para petani tetapi para UKM yang menggunakan bahan baku Glukoman yang lebih sehat. Hal ini perlu didukung untuk kemajuan dan ekonomi Indonesia.
Pada acara peresmian tersebut juga dilakukan penyerahan sertifikat lahan SHGB (Sertifikat Hak Guna Bangunan) No.0009, tertanggal 18 Agustus 2020 oleh Mahatma Ilham Panjaitan dari PT Rezka Nayatama kepada negara melalui Budi Sitomurang selaku Staff Ahli Menteri ATR/Kepala BPN bidang pengembangan kawasan. (any)