Jakarta -Hingga kini, tuberkulosis (TBC) masih menjadi penyakit yang mengintai masyarakat Indonesia. Mendukung pemberantasan TBC, Primaya Hospital Group ditunjuk Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dalam program Big Chain Hospital Engagement untuk melakukan berbagai kegiatan untuk membantu penanggulangan TBC di Indonesia.
Kegiatan skrining TBC ini akan dilakukan di 24 kabupaten/kota di 9 provinsi di Indonesia (Bangka Belitung, Sumatra Selatan, DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali dan Nusa Tenggara Barat). Kegiatan ini diharapkan dapat menambah notifikasi kasus TBC sebesar 13,712 di tahun 2025. Inisiatif BCHE telah dimulai tahun 2022, ditandai dengan penandatanganan PKS (Perjanjian Kerja Sama) dengan Kementerian Kesehatan.
Baca juga: Deputi UKM Promosikan Produk Lokal di SMEX GOES TO MANDALIKA
dr. Imran Pambudi, MPHM., selaku Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular menyampaikan, kegiatan BCHE di tahun 2022 — September 2023 berfokus pada penguatan sistem rumah sakit untuk mendukung program TBC nasional melalui pembentukan tim TBC dan standarisasi SOP untuk manajemen tata laksana pasien TBC. Selain itu, dalam periode ini juga dimulai upaya untuk mengintegrasikan sistem informasi yang ada di rumah sakit dengan Sistem Informasi TB (SITB).
“Kami apresiasi kepada seluruh manajemen pusat beserta rumah sakit jejaringnya. dimana sudah 100”c rumah sakit swasta di bawah jaringan besar engaged dalam program TBC dengan melaporkan terduga ke SITB. Harapannya, komitmen tersebut dapat menjadi praktik baik bagi rumah sakit swasta lain untuk terlibat dalam program TBC,”ujarnya.
Indonesia menempati urutan kedua di dunia untuk negara dengan beban kasus Tuberkulosis (TBC) tertinggi setelah India, dengan estimasi jumlah kasus sebanyak 96 ribu. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan RI, sebesar 75 kasus TBC yang dilaporkan di tahun 2022, dan masih terdapat gap dalam pelaporan kasus TBC.
Jika ditinjau berdasarkan kontribusi pelaporan TBC, sebagian besar pasien TBC yang dilaporkan berasal dari layanan pemerintah, baru sebesar 264 kasus dari rumah sakit swasta dan 196 kasus dari tempat praktik mandiri dokter (TPMD)/klinik swasta. Untuk itu, penguatan jejaring layanan dengan melibatkan semua fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes), baik pemerintah maupun swasta, perlu dilakukan untuk mencapai Indonesia bebas TBC di tahun 2030.
Baca juga: Di Jakarta Marathon 2023, Chandra Asri Ajak Masyarakat Pilah Sampah
Kegiatan Big Cham Hospital Engagement ini akan berfokus pada 6 kegiatan, yakni 1) Identifikasi terduga TBC melalui skrining TBC secara sistematis kepada seluruh pasien yang berkunjung: 2) membukakan akses untuk seluruh terduga TBC yang ditemukan ke alat diagnosis TBC yang berkualitas dengan cara membentuk jejaring antara rumah sakit dengan fasyankes lain yang memiliki tes cepat molekuler (TCM).
3) Memberikan dukungan kepada pasien TBC untuk memulai dan tetap menjalani pengobatan hingga sembuh: 4) Berjejanng dengan Puskesmas dan Dinas Kesehatan setempat dalam melakukan investigasi kontak serumah dan kontak erat lainnya dari pasien TBC: 5) Mengintegrasikan Sistem Informasi Rumah Sakit (SIMRS), Sistem Informasi Tuberkulosis (SITB), dan SATUSEHAT guna memastikan pencatatan dan pelaporan pasien TBC dari seluruh unit layanan dalam rumah sakit: 6) Meningkatkan kapasitas dari seluruh dokter, perawat, apoteker, dan teknisi laboratorium melalui kegiatan coaching TBC dan e-learning TBC.
dr. Enilda Martin, Direktur Kantor Kesehatan USAID Indonesia menyampaikan, Amerika Serikat mendukung inisiatif Kementerian Kesehatan Indonesia dalam memperiuas kegiatan skrining TBC. “Bekerja sama dengan rumah sakit swasta akan membantu menemukan, mengobati, dan menyembuhkan lebih banyak penderita TBC sehingga kita dapat mengeliminasi TBC di Indonesia pada tahun 2030,” imbuhnya.
CEO Primaya Hospital Group, Leona A. Kamali menyampaikan penyakit tuberkulosis tidak memandang latar belakang dan sosial ekonomi, untuk itu Primaya Hospital Group mendukung penuh upaya pemerintah dalam menanggulangi penyakit tuberkolosis. “Partisipasi Primaya Hospital Group dalam kegiatan ini merupakan bentuk komitmen kami untuk dapat aktif berkontribusi dalam deteksi dan penanganan TBC di Indonesia,” katanya.
Dia pun berterima kasih untuk Kementerian Kesehatan dan dukungan USAID TBPS atas kepercayaan yang diberikan kepada jaringan Primaya Hospital Group.
“Selain menyediakan fasilitas, kami juga mendedikasikan tenaga medis yang profesional, mengimplementasikan proses, dan membangun sistem pelaporan yang terintegrasi dengan SIMRS. Kami berharap kolaborasi dalam program TBC ini memberikan manfaat besar untuk masyarakat Indonesia dan semakin memperkuat infrastruktur dan pelayanan kesehatan di Indonesia,” pungkasnya. (any)