Sulawesi — Setiap tahunnya, kemajuan teknologi semakin berkembang dengan cepat. Hal ini menjadi faktor pendorong transformasi digital yang semakin pesat di berbagai bidang kehidupan manusia, dan juga dalam dunia bisnis. Gunanya di aliran informasi, serta media sosial yang merupakan salah satu platform penting dalam menghubungkan individu maupun bisnis.
Banyak manfaat yang dihasilkan dari disrupsi digital, seperti peningkatan efisiensi, kemudahan akses informasi, serta kolaborasi yang lebih mudah. Namun, perlu diingat bahwa keberadaan teknologi digital yang memungkinkan penggunaan internet, melahirkan tantangan tindakan penyalahgunaan terhadap teknologi informasi dan komunikasi (TIK).
Kondisi seperti ini menjadikan literasi digital menjadi semakin penting. Literasi digital adalah kemampuan untuk menggunakan teknologi informasi dan media digital secara efektif dan efisien dalam memperoleh, mengevaluasi, memproses, dan mengomunikasikan informasi, serta memecahkan masalah terkait teknologi.
Baca juga: Lewat Cobra Dental Innovation Day, Memajukan Dunia Kedokteran Gigi Indonesia
Dalam hal ini, literasi digital menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari upaya untuk meningkatkan keterampilan digital masyarakat Indonesia. Nah, dalam rangka program Literasi Digital di Indonesia, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) terus menyelenggarakan webinar mengenai penguatan keterampilan digital masyarakat Indonesia bernama #MakinCakapDigital 2024. Kali ini dilakukan di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan.
Mengusung tema yang diangkat adalah “Menguasai Keterampilan Digital di Era Disrupsi”, hadir sebagai narasumber yakni Managing Director Kaizen Room & Pegiat Literasi Digital Aidil Wicaksono; Founder PT Digvisi & Dosen ITB Trenggalek Alamsurya Kubara Endriharto; serta Praktisi Komunikasi A Widya Warsa Syadzwina. Webinar ini menggandeng komunitas Pemuda Pemudi Batara.
Berdasarkan survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) Tahun 2023, pengguna internet di Indonesia mencapai 215,62 juta atau setara 78,19 persen dari total populasi Indonesia. Di saat yang bersamaan, pertumbuhan pengguna yang masif ini membuka ruang yang lebih luas terhadap potensi meningkatnya penyalahgunaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK), maupun internet.
Baca juga: Ini Dis Tips Untuk Pelaku Bisnis UMKM Dorong Produktivitas
Pengukuran status literasi digital Indonesia 2023 terhadap 38 provinsi melaporkan bahwa kemampuan masyarakat Indonesia dalam memanfaatkan TIK semakin membaik dalam setahun terakhir. Indeks literasi digital Indonesia di awal 2023 ada di level 3,54 dari skala 1-5. Artinya, secara umum literasi digital masyarakat Indonesia ada di level “sedang”. Indeks tersebut sedikit meningkat dibanding 2020 lalu yang ada di level 3,46.
Mengawali paparannya, Alamsurya Kubara Endriharto menjelaskan, disrupsi digital adalah sebuah inovasi yang menggantikan seluruh sistem lama dengan yang baru. Ada peran teknologi dalam disrupsi, yakni teknologi yang lebih baru, efisien, dan tepat guna.
“Di era digital seperti sekarang ini, masyarakat semakin nyaman dan percaya dalam melakukan aktivitas digital yang selama ini dianggap berisiko tinggi. Di sisi lain tingginya aktivitas digital juga membuka potensi buruk, seperti penipuan dan pencurian akun. Oleh karena itu, diperlukan pemahaman masyarakat terkait keamanan digital,” katanya.
Dibutuhkan kompetensi digital untuk memahami terkait keamanan digital. Kompetensi itu, menurut Alamsurya, meliputi pengetahuan keamanan perangkat digital, melindungi identitas digital, mewaspadai penipuan digital, dan memahami rekam jejak digital.
Menurut Aidil Wicaksono, nilai utama ruang digital di era disrupsi sekarang ini adalah kreativitas, kolaborasi, dan berpikir kritis. Kreativitas menuntut jelajah sudut pandang yang lebih luas mengenai potensi media digital.
Sementara kolaborasi menuntut kemampuan berinteraksi dan berkomunikasi yang cakap. Adapun berpikir kritis harus berujung pada manfaat yang didapat dalam bermedia digital.
“Mari bersama menumbuhkan kecakapan digital di masyarakat dengan memberi edukasi, terbuka untuk berkolaborasi, dan terus beradaptasi terhadap perubahan dan perkembangan yang terjadi di masyarakat,” tukasnya.
Sementara itu, Widya Warsa Syadzwina mengingatkan pentingnya menjaga etika di era disrupsi digital sekarang ini. Pasalnya, di dalam ruang digital kita akan berinteraksi, dan berkomunikasi dengan berbagai perbedaan kultural. Maka, segala aktivitas digital memerlukan etika digital. Itu sebabnya interaksi antarbudaya dapat menciptakan standar baru tentang etika.
“Contoh etika dalam disrupsi digital adalah tidak membuat konten berbau SARA, pornografi, atau bermuatan hoaks maupun ujaran kebencian. Jagalah hak privasi orang lain. Teknologi hadir untuk mempermudah kehidupan manusia. Manfaatkan dengan baik tanpa harus merugikan orang lain,” katanya.
Workshop Literasi Digital ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan dalam program Indonesia Makin Cakap Digital yang diinisiasi oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika RI. Informasi lebih lanjut mengenai literasi digital dapat diakses melalui website literasidigital.id, media sosial Instagram @literasidigitalkominfo Facebook Page dan Kanal Youtube Literasi Digital Kominfo. (any)