Jakarta-Yayasan Save the Children Indonesia bersama Nutrition International turut membantu penurunan prevalensi stunting di khususnya di Provinsi Jawa Barat, Kabupaten Sumedang dan Bandung Barat dan Nusa Tenggara Timur melalui program Better Investment for Stunting Alleviation (BISA). Inisiatif ini didukung penuh oleh Power of Nutrition (PON), DFAT (Pemerintah Australia), dan Global Affairs Canada (Pemerintah Kanada) mencakup berbagai intervensi untuk meningkatkan kesadaran dan praktik gizi seimbang di kalangan masyarakat.
Plt Direktur Kesehatan dan Gizi Save the Children Indonesia Aduma Situmorang menerangkan, kolaborasi kedua yayasan merupakan bentuk gotong royong dalam membantu pemerintah meningkatkan kesadaran serta praktik gizi seimbang yang berpengaruh terhadap angka stunting di kedua provinsi tersebut.
“Upaya kami selama lima tahun terakhir telah menunjukkan hasil yang positif. Langkah ini juga menjadi komitmen kami untuk menciptakan perubahan yang berkelanjutan dalam upaya penurunan stunting di Indonesia,” ujarnya dalam konferensi pers usai serah terima Program BISA melalui dokumentasi pembelajaran kepada tujuh kementerian/lembaga di Jakarta, Selasa (25/7/2026).
Baca juga: Maksimalkan Perlindungan Siber Bagi Bisnis Kecil-Menengah
Lebih lanjut ia menerangkan pemilihan Jawa Barat, khususnya Sumedang, dan NTT karena tingginya angka stunting yang diikuti dengan lambatnya penurunan angka tersebut dari tahun ke tahun. Oleh karena itu intervensi yang dilakukan oleh kedua yayasan tidak hanya meliputi lingkup rumah tangga dan komunitas, namun juga lingkup sistem layanan kesehatan dan pemerintahan.
Dengan keterlibatan program BISA, lanjutnya, Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan, dan Kementerian Agama (Kemenag) mengeluarkan surat edaran bersama yang menginstruksikan penerapan ketat suplementasi Tablet Tambah Darah (TTD) mingguan.
Tidak hanya itu Gubernur Jawa Barat (Jabar) secara khusus mengeluarkan surat edaran terkait pencegahan anemia melalui Program TTD mingguan untuk remaja putri sehingga berdampak pada peningkatan 30 persen jumlah sekolah yang menerapkan program tersebut di Jawa Barat.
Baca juga: Ini Cara Ninja Xpress Bantu Pemberdayaan UKM
Sementara itu pada kesempatan yang sama Direktur Nutrition International Indonesia Herrio Hattu menambahkan Program BISA juga memberikan pelatihan terkait manajemen rantai pasok yang berdampak pada peningkatan kapasitas staf farmasi di puskesmas untuk memperkirakan stok dan menghindari situasi kehabisan stok komoditas gizi, seperti TTD, kapsul vitamin A, zink, dan oralit. “Program BISA menjadi salah satu model yang berhasil, yang menitikberatkan pada pendekatan lintas sektor untuk mempercepat pengentasan stunting,” katanya.
Ia pun berharap Program BISA dapat terus dilanjutkan oleh pemerintah daerah (pemda) lain guna mencegah terjadinya kasus stunting baru di Indonesia.
Stunting bukan hanya tentang tinggi dan berat badan anak, akan tetapi juga tentang perkembangan kognitif seorang anak agar dapat mengenyam pendidikan dengan baik, dan terhindar dari risiko penyakit kronis seperti diabetes, hipertensi hingga obesitas.
Karena itu gizi memainkan peran yang sangat penting sebelum dan setelah anak dilahirkan. Pada tahun 2023, prevalensi stunting di Indonesia mencapai 21,5 persen (SKI 2023). Sekitar 23,4 persen dari populasi di atas 18 tahun mengalami kelebihan berat badan (Survei Kesehatan Nasional/SKI 2023). Prevalensi anemia di antara populasi berusia 15-24 tahun mencapai 15,5 persen, sedangkan di antara ibu hamil sebesar 27,7 persen (SKI 2023).
Intervensi di tingkat Rumah Tangga dan Komunitas, BISA melakukan serangkaian kegiatan komunikasi perubahan perilaku dan sosial yang ditargetkan untuk meningkatkan pengetahuan, perubahan sikap danperilaku terkait ASI eksklusif, pemberian makanan pendamping ASI, anemia dan makanan kaya zat besi bagi ibu hamil dengan pendekatan EmoDemo (Emotional-Demonstration) di Posyandu, serta mendorong perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) di rumah tangga dan sekolah sebagai bagian dari pendekatan rumah bersih, serta mendorong peningkatan gizi remaja di sekolah termasuk konsumsi Tablet Tambah Darah Remaja Putri (TTD Rematri) melalui modul School of 5 (So5) dan Gizi Remaja.
Hasilnya, terjadi peningkatan pengetahuan akan pentingnya ASI eksklusif pada kelompok ibu dengan anak usia kurang dari dua tahun dari 61,7 persen menjadi 81,2 persen. Peningkatan kemampuan Remaja putri untuk mendefinisikan setidaknya dua manfaat tablet tambah darah dari 43,5 persen menjadi 62.4 persen.
Intervensi di Tingkat Sistem Layanan Kesehatan, BISA berkontribusi terhadap peningkatan status kesehatan dan gizi ibu hamil melalui pelatihan dan dampingan teknis bagi petugas kesehatan di 119 puskesmas yang memiliki lebih dari 6,000 jaringan pelayanan di empat kabupaten dampingan.
Hasil survei akhir BISA menunjukkan bahwa para ibu lebih mudah memahami pesan kunci terkait gizi yang disampaikan oleh petugas yang telah mengikuti pelatihan BISA. Selain itu, pelatihan dan dampingan teknis juga diberikan untuk tenaga kesehatan di dinas kesehatan kabupaten, staf puskesmas, dan guru UKS terkait suplementasi TTD untuk remaja putri.
Dampaknya, survei akhir BISA menunjukkan peningkatan konsumsi 24 tablet tambah darah dalam 12 bulan dari tahun 2020 hingga 2023 sebesar 12,5 persen di Bandung Barat, 18,6 persen di Sumedang, 58,6 persen di Kupang dan 35,8 persen di TTU. Dari hasil survey akhir ditemukan bahwa rumah tangga dengan anak baduta yang menyediakan tempat bermain yang bersih meningkat 17,5 persen.
BISA meningkatkan kapasitas para tenaga kesehatan, dan pemangku kepentingan terkait di tingkat kabupaten dan provinsi untuk memberikan layanan gizi berkualitas. 625 Petugas Kesehatan, Kader Posyandu dan Kader Pembangunan Manusia (KPM) telah dilatih Emo-Demo dan Pendekatan Rumah Bersih di Kabupaten Bandung Barat dan Sumedang. Di Kabupaten Kupang dan Timor Tengah Utara (TTU), sebanyak 823 Petugas Kesehatan/Kader Posyandu dan KPM telah dilatih Emo-Demo dan Pendekatan Rumah Bersih.
Intervensi di Tingkat Pemerintahan, BISA mendukung implementasi kebijakan nasional sampai ke tingkat Kabupaten bahkan ke tingkat desa dengan mengembangkan kapasitas pemimpin lokal untuk merencanakan, menganggarkan, dan memperkuat koordinasi dengan pemangku kepentingan.
Sebagai hasil dari advokasi, 13 Desa di Kabupaten Bandung Barat dan Sumedang telah memasukkan Pelatihan EmoDemo untuk mendukung peningkatan kapasitas kader Posyandu dengan penganggaran dari dana desa sepanjang tahun 2022-2024 di mana 6 diantaranya merupakan desa non-dampingan. Dinas Pendidikan di TTU dan Kupang, berkomitmen tetap melanjutkan Sesi Gizi Remaja dan CTPS dengan landasan dari Surat Edaran yang telah diterbitkan.
Melalui advokasi BISA, semua kabupaten dampingan BISA juga telah menerbitkan Surat Edaran Dinas Kesehatan Kabupaten, Dinas Pendidikan, dan Kementerian Agama yang menginstruksikan penerapan ketat suplementasi TTD mingguan untuk mencegah anemia di kalangan remaja putri. (any)