Jakarta-Berada di iklim tropis membuat keberadaan air conditioning (AC) menjadi kebutuhan penting bagi masyarakat, khususnya yang tinggal diperkotaan. AC menjadi sarana penting untuk meningkatkan kenyamanan hidup. Namun di sisi lain penggunaan AC juga punya dampak signifikan terhadap lingkungan. Karena ternyata, AC menjadi produk elektronik yang tinggi terhadap penggunaan energi listrik, dan karena itu AC menjadi produk yang banyak meninggalkan jejak karbon (carbon footprint).
Menekan hal tersebut, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) pun telah mengambil langkah positif dengan mendorong produk AC hemat energi. Namun demikian, efektivitas kebijakan ini masih menjadi perhatian, terutama dalam mendorong perubahan perilaku konsumen.
Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi mengatakan, kebijakan Kementerian ESDM untuk mewujudkan produk AC yang hemat energi, patut didukung karena kebijakan baik dan strategis.
Baca juga: Binus Aso Kembali Berlaga di Shell Eco Marathon, Yuk Intip Persiapannya!
“Nah, persoalannya, apakah kebijakan ini cukup efektif untuk mendorong perubahan perilaku konsumen dalam menggunakan produk AC-nya? Survei YLKI terhadap konsumen di area DKI Jakarta membuktikannya,” katanya dalam webinar bertajuk “Sinergitas Sektor Transportasi dan Sektor Energi untuk Mewujudkan Kualitas Udara Bersih di Kota Semarang, Surabaya, Yogyakarta, Bali, Medan, dan Makassar”, Kamis (26/6/2024).
Menurut survei Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) di DKI Jakarta, mayoritas responden adalah perempuan ibu rumah tangga. Sayangnya, masih sedikit yang menggunakan AC dengan label hemat energi, dan sebagian besar dari mereka kurang memahami arti dari label tersebut.
“Berdasar hasil survei diketahui bahwa rata-rata jenis kelamin responden yang kami temui adalah perempuan ibu rumah tangga, kemudian dari hasil survei tersebut juga kami temukan bahwa masih sedikit sekali responden yang memiliki AC dengan label tanda hemat energi dalam rumah tangga, ada juga responden yang memiliki AC dengan label tanda hemat energi, akan tetapi mereka sendiri belum paham arti dan maksud dari label tersebut,” ujarnya.
Baca juga: Rancang Masa Depan Cerah, KISI Luncurkan Program “New Feature New Future”
Tulus melanjutkan, rata-rata biaya yang dikeluarkan untuk membeli AC, responden tertinggi berada pada rentang harga Rp2 juta – 4 juta., yaitu sebesar 74 persen.
Dan kedua ada pada harga lebih dari Rp4 juta, dari hasil survei ditemukan juga responden yang membeli AC dengan harga kurang dari Rp2 juta, yaitu sebesar 6 persen. Untuk merk AC yang paling banyak digunakan berdasarkan hasil survei adalah merk Sharp sebanyak 24 orang, kemudian LG 9 orang, dan paling rendah ada pada merk electrolux dan toshiba masing-masing 1 orang.
Responden mengatakan, ketika melakukan proses pembelian di toko dan pemasangan di rumah tidak ada upaya sosialisasi dan edukasi baik dari pemilik toko ataupun teknisi yang memasang AC di rumah tentang arti dari label hemat energi tersebut. “Ini sebenarnya perlu menjadi catatan, apakah mereka sebetulnya juga memahami arti dari label hemat energi tersebut atau tidak,” tambahnya.
Secara rinci, survei juga menunjukkan bahwa 54 persen responden menyadari adanya label hemat energi pada AC, tetapi hanya sedikit yang benar-benar memahami implikasi dan manfaatnya.
Di sisi lain, sebanyak 82 persen responden menyatakan kesiapan untuk berpartisipasi dalam kegiatan sosialisasi, dengan preferensi utama terhadap webinar dan media sosial sebagai metode yang paling efektif.
Untuk itu, YLKI merekomendasikan agar konsumen lebih kritis dalam memilih AC dengan mempertimbangkan label hemat energi. Pelaku usaha perlu lebih aktif dalam mempromosikan AC hemat energi dengan penjelasan yang jelas.
Selain itu, pemerintah sebagai regulator juga diharapkan untuk lebih proaktif dalam pengawasan agar produk AC yang beredar memenuhi standar yang ditetapkan. Dengan demikian, peningkatan sosialisasi dan promosi AC hemat energi perlu diperkuat demi mencapai penggunaan AC yang lebih ramah lingkungan dan efisien secara energi di masyarakat. (any)