Jakarta – International Federation of Clinical Neurophysiology (IFCN) dan Perhimpunan Dokter Spesialis Neurologi Indonesia (PERDOSNI), atau Indonesian Neurological Association (INA), menggelar Konferensi global The International Congress of Clinical Neurophysiology (ICCN) 2024, di Indonesia.
Ini adalah konferensi global pertama dalam bidang neurologi yang diadakan di Indonesia, yang diselenggarakan pada tanggal 10 hingga 14 September 2024. Mengangkat tema Clinical Neurophysiology of Diseases, konferensi ini akan membahas inovasi dan penelitian terbaru dalam bidang neurologi dan neurofisiologi. Lebih dari 1.000 peserta dari lebih dari 30 negara di seluruh dunia hadir pada acara ini.
Masalah kesehatan otak dan sistem saraf terus menjadi perhatian global karena tingginya angka penderita kondisi neurologis. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pada tahun 2021, lebih dari sepertiga populasi dunia, sekitar 3,4 miliar orang, menderita kondisi seperti stroke, migrain, Alzheimer, demensia, epilepsi, serta komplikasi neurologis lainnya. Peningkatan beban penyakit ini hingga 18 persen dibandingkan dengan tahun 1990. Pendekatan neurofisiologi menjadi salah satu dari banyak pendekatan yang dapat digunakan untuk menangani gangguan neurologis.
Baca juga: Pameran Indonesia Asean Stationery & Gift Expo Siap Digelar di Jiexpo
Jonathan Cole, MA, MSc, DM, FRCP, FTPS – Presiden International Federation of Clinical Neurophysiology (IFCN) menjelaskan, pendekatan neurofisiologi melibatkan studi aktivitas listrik di otak dan sistem saraf, untuk mendiagnosis dan memahami gangguan seperti epilepsi, kelainan tidur, dan cedera saraf.
“Pendekatan ini melibatkan penggunaan EEG (elektroensefalogram), EMG (elektromiogram), EP (evoked potential) untuk menganalisis sinyal saraf dan memberikan intervensi yang tepat. Kesadaran akan pentingnya pendekataan neurofisiologi masih terbatas, oleh karena itu perlu dioptimalkan dalam praktik medis sehari-hari,” ujarnya di Jakarta, Kamis (11/9/2024).
Sementara itu, Dr. Manfaluthy Hakim, Sp.S(K), sebagai Convenor of the 33rd ICCN 2024 menjelaskan, tema Clinical Neurophysiology of Diseases, kembali menekankan pentingnya pendekatan maupun teknologi neurofisiologi seperti EEG, EMG, dan evoked potentials dalam memahami dan menangani penyakit saraf.
“Dengan pendekatan ini, kita dapat mengintervensi lebih dini, sehingga mengurangi dampak jangka panjang dari berbagai penyakit neurologis. ICCN 2024 digelar selama 5 hari penuh dengan program lengkap yang terdiri dari dua hari workshop dan tiga hari simposium. Terdapat lebih dari 100 pembicara dari 30 negara yang akan membagikan pengetahuan, ilmu, dan penelitian terbaru dalam bidang neurologi, khususnya pendekatan neurofisiologi,” katanya.
Baca juga: Intip Performa All New Mitsubishi Triton yang Makin Gahar
dr. Luthy juga menyebutkan bahwa Indonesia perdana menjadi tuan rumah dari ICCN 2024, bahkan untuk Asia Tenggara. Indonesia memiliki jumlah penduduk dan lokasi geografis yang besar namun akses ke pemeriksaan dengan pendekatan neurofisiologi masih terbatas.
“Kehadiran ICCN di Indonesia diharapkan menjadi titik balik penting, tidak hanya dalam hal peningkatan pengetahuan medis, tetapi juga dalam memperkuat kolaborasi di seluruh Asia Tenggara. Kongres ini bertujuan untuk membangun momentum, meningkatkan kesadaran, dan aksesibilitas terhadap pendekatan neurofisiologi di Indonesia dan negara-negara tetangga,” imbuhnya.
Pada kesempatan yang sama, Dr. Dodik Tugasworo P, Sp.S(K)MH, Presiden Perhimpunan Dokter Spesialis Neurologi Indonesia/Ketua PP PERDOSNI menjelaskan, forum ini menawarkan program komprehensif dengan pembahasan mendalam. Salah satu diantaranya pemaparan hasil riset terbaru mengenai dampak gangguan saraf terhadap kualitas hidup pasien, serta potensi pengembangan teknologi neurofisiologi yang lebih inovatif, termasuk penggunaan AI, untuk membantu pasien dengan kondisi kronis dan di daerah terpencil.
Dr Dodik menekankan, pentingnya tindakan pencegahan agar bisa terhindar dari penyakit ini. “Tindakan preventif perlu dilakukan sejak ibu hamil. Kalau kondisinya bagus, jadi, penerusnya juva bagus. Di kiita memang belum terbiasa bagaimana screening hipertensi, diabetes dll supaya penyakit-penyakit yang menuju penyakit degenaleratif bisa dihindari,” katanya
Dia menambahkan, untuk pemeriksaan neurofisiologi seperti EEG, EMG dll sudah dicover oleh BPjS. “Sebagian besar sudah dicover BPJS seperti EEG, EMG. Sebetulnya masyarakat tidak perlu khawatir, masyarakat bisa menikmati pelayanan itu. Namun, yang jadi tantangan, Indonesia itu luas. Nggak semua memiliki fasilitas ini. Tapi, belakangan ada alat yang bisa remote jadi membantu kita untuk menjangkau masyarakat yang lebih luas,” katanya.
Topik menarik lainnya yang akan dibahas dalam konferensi ini adalah studi penggunaan stimulasi otak non-invasif untuk penanganan penyakit Demensia (Alzheimer), yang menunjukkan hasil menjanjikan dalam memperlambat progresi penyakit. Selain itu, forum ini juga akan menghadirkan Profesor David Burke dari University of Sydney, Australia, yang dikenal atas penelitiannya yang inovatif dalam neurofisiologi kontrol gerakan.
Forum ini akan memberikan kontribusi pada perkembangan ilmu neurofisiologi dan juga menekankan pentingnya kerjasama lintas disiplin dan antarnegara dalam mengurangi beban penyakit neurologis. Dengan perkembangan ilmu neurofisiologi, memungkinkan untuk mencegah, mendeteksi lebih awal, dan memberikan terapi yang lebih efektif bagi pasien.
Dr. Manfaluthy berharap bahwa forum ini akan berkontribusi pada perkembangan ilmu neurofisiologi dan juga menekankan pentingnya kerjasama lintas disiplin dan antarnegara dalam mengurangi beban penyakit neurologis. (any)