Solo– Dalam acara tahunan Rock in Solo, Trend Asia memanfaatkan momentum untuk mengampanyekan gerakan #BersuaraTiapHari melalui Trend Asia Corner. Kampanye ini mengajak masyarakat, khususnya penikmat musik metal-rock, untuk terus bersuara menghadapi berbagai krisis, terutama krisis iklim.
Menurut Irfan Alghifari, Tim Kampanye dan Advokasi Trend Asia, kampanye #BersuaraTiapHari bukan hanya seruan saat pemilu tetapi panggilan untuk konsisten menyuarakan keprihatinan rakyat setiap hari, terutama dalam mengawasi pemerintah di tengah meningkatnya dampak krisis iklim.
Krisis Iklim dan Ketimpangan Sosial
Indonesia, termasuk Jawa Tengah, kini merasakan dampak besar krisis iklim. Petani menghadapi ketidakpastian cuaca yang memengaruhi pendapatan mereka, sementara masyarakat di pesisir utara Jawa terancam kehilangan ruang hidup karena banjir. Dalam kondisi ini, rakyat juga dibebani dengan rezim upah murah dan kenaikan biaya hidup.
Trend Asia Corner menghadirkan berbagai kegiatan edukasi seperti pemutaran film, diskusi dengan masyarakat adat dan musisi, stand-up comedy, serta permainan interaktif. Fasilitas menarik seperti photo box dan sablon kaos gratis #BersuaraTiapHari juga disediakan untuk pengunjung.
Peluncuran Video Klip “Prahara Jenggala”
Momentum ini juga dimanfaatkan untuk meluncurkan video klip Prahara Jenggala, hasil kolaborasi Trend Asia dengan band metal Down For Life asal Surakarta. Video ini menyoroti perjuangan masyarakat adat Dayak Kualan Hilir, Kalimantan Barat, yang menghadapi ancaman kehilangan ruang hidup akibat konsesi perusahaan.
Baca juga: Dari Juicy Lucy hingga Sal Priadi, Batfest 2024 Siap Menghibur Warga Kalimantan Selatan
Stephanus Adjie, vokalis Down For Life, menekankan bahwa kerusakan lingkungan tidak mengenal batas geografis. “Lewat karya ini, kami ingin menunjukkan bahwa kerusakan lingkungan terjadi di mana saja, termasuk karena kebijakan pemerintah yang abai terhadap kemanusiaan,” ujarnya.
Ancaman terhadap Masyarakat Adat dan Solusi Krisis Iklim
Ratius, perwakilan masyarakat adat Dayak Kualan Hilir, menjelaskan bagaimana hutan yang menjadi sumber mata pencaharian mereka dirampas oleh perusahaan. “Hutan kami adalah sumber hidup, dari makanan hingga obat-obatan. Sekarang, kami di ambang kehilangan itu semua,” katanya.
Menurut Amalya Oktaviani, Pengampanye Bioenergi Trend Asia, kasus ini adalah cerminan banyak wilayah di Indonesia. “Deforestasi yang menggantikan hutan alam dengan perkebunan menyebabkan hilangnya biodiversitas, penggusuran masyarakat adat, dan memperburuk krisis iklim,” ujarnya.
Amalya menegaskan bahwa solusi utama adalah beralih ke energi bersih, terbarukan, serta mendorong pengelolaan sumber daya berbasis komunitas untuk keberlanjutan jangka panjang.
Kampanye Melalui Berbagai Medium
Sebelumnya, kampanye #BersuaraTiapHari telah hadir di berbagai acara seperti Tur Grup LAS! di Kalimantan Barat, Festival Iklim di Bali, hingga festival literasi. Melalui berbagai medium, Trend Asia mengajak masyarakat untuk terus bersuara demi masa depan yang lebih baik. (any)