Jakarta – Pandemi COVID-19 telah menjadi pengingat kuat akan pentingnya langkah-langkah preventif dalam melindungi kelompok rentan dari penyakit yang dapat dicegah dengan vaksinasi. Dalam mendukung inisiatif global, World Health Organization (WHO) menetapkan periode 2021–2030 sebagai Decade of Healthy Ageing untuk meningkatkan kesehatan populasi lanjut usia.
Seiring bertambahnya usia, individu mengalami Penurunan Kekebalan Terkait Usia (Age-Related Decline in Immunity/ARDI), yang meningkatkan risiko infeksi penyakit. Indonesia sendiri kini menghadapi pergeseran demografi dengan jumlah lansia yang semakin meningkat. Tahun 2024, sekitar 12% populasi Indonesia adalah lansia, dan jumlah ini diperkirakan akan berlipat ganda pada tahun 2050.
Pentingnya vaksinasi dalam menjaga kesehatan masyarakat tidak dapat diabaikan. Data menunjukkan bahwa vaksinasi dapat mencegah sekitar 2,5 juta kematian akibat penyakit menular di seluruh dunia setiap tahunnya. Namun, cakupan imunisasi dewasa di Indonesia masih sangat rendah, hanya 0,5 per 1.000 populasi per Maret 2025. Salah satu penyakit yang dapat dicegah dengan vaksinasi tetapi masih kurang mendapatkan perhatian adalah Herpes Zoster, atau yang lebih dikenal sebagai Cacar Api
Baca juga: Tiga Dekade Lippo Mall Cikarang Usung Identitas Baru
Cacar Api: Penyakit yang Perlu Diwaspadai
Cacar Api disebabkan oleh reaktivasi virus Varicella-Zoster (VZV)—virus yang sama yang menyebabkan Cacar Air. Setelah seseorang sembuh dari Cacar Air, virus ini dapat tetap berada dalam sistem saraf dan kembali aktif di kemudian hari sebagai Cacar Api. Sekitar 9 dari 10 orang dewasa berusia di atas 50 tahun telah memiliki virus ini dalam tubuhnya, dan 1 dari 3 orang berisiko mengalami Cacar Api sepanjang hidupnya.
Cacar Api biasanya ditandai dengan ruam menyakitkan dan gatal pada satu sisi tubuh atau wajah, yang bisa sembuh dalam waktu 2 hingga 4 minggu. Meskipun penyakit ini tidak menular dari satu orang ke orang lain, individu yang terinfeksi dapat menularkan virus VZV kepada seseorang yang belum pernah terkena Cacar Air, menyebabkan infeksi primer berupa Cacar Air.
Lebih dari itu, Cacar Api dapat menyebabkan komplikasi serius, termasuk:
Baca juga: D’MASIV Diabadikan di Halte TransJakarta: Simbol Perjalanan dari Nol ke Legenda
Nyeri Pascaherpes (NPH): Nyeri saraf jangka panjang yang dapat berlangsung berbulan-bulan hingga bertahun-tahun setelah ruam sembuh.
Gangguan Penglihatan: Jika ruam muncul di sekitar mata, dapat menyebabkan masalah penglihatan yang serius.
Komplikasi Langka: Infeksi paru (pneumonia), gangguan pendengaran, radang otak (encephalitis), hingga kematian.
Dampak Ekonomi dan Beban Kesehatan
Penyakit Cacar Api juga memberikan beban ekonomi yang signifikan. Berdasarkan data klaim Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) 2015–2022, sebanyak 28 dari 10.000 peserta JKN didiagnosis menderita Cacar Api di fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP). Terdapat 10 provinsi dengan angka kejadian Cacar Api tertinggi, antara lain:
Yogyakarta
Bali
Jawa Tengah
Sumatera Selatan
Banten
Jawa Timur
Sumatera Barat
Gorontalo
Riau
DKI Jakarta
Pada tahun 2021, biaya klaim JKN untuk perawatan Cacar Api mencapai Rp 19,3 miliar untuk rawat inap dan Rp 7,8 miliar untuk rawat jalan. Rata-rata biaya per pasien mencapai Rp 10 juta untuk rawat inap dan Rp 3 juta untuk rawat jalan.
Vaksinasi: Solusi Pencegahan yang Efektif
Dalam upaya meningkatkan kesadaran dan mencegah penyebaran Cacar Api, masyarakat dianjurkan untuk:
– Menjaga kesehatan dan mengurangi stres
– Menerapkan gaya hidup sehat
– Melakukan vaksinasi
Saat ini, Satgas Imunisasi Dewasa PAPDI telah memperbarui Jadwal Imunisasi Dewasa 2024, yang mencakup vaksin Herpes Zoster. Rekomendasi vaksinasi diberikan untuk:
Orang dewasa berusia ≥50 tahun
Individu ≥18 tahun dengan kondisi imunokompromais (misalnya pasien kemoterapi, pengguna steroid dosis tinggi, atau individu dengan sistem imun lemah)
Masyarakat dapat mengakses jadwal imunisasi ini melalui situs resmi www.satgasimunisasipapdi.com.
Kolaborasi untuk Masyarakat yang Lebih Sehat
Penting bagi semua pihak—pemerintah, tenaga kesehatan, industri farmasi, dan masyarakat—untuk berkolaborasi dalam meningkatkan cakupan imunisasi dewasa. Reswita Dery Gisriani, selaku Communication, Government Affairs & Market Access Director GSK Indonesia, menyatakan bahwa vaksinasi dewasa berkontribusi besar terhadap kesehatan dan kualitas hidup, termasuk:
Menekan angka rawat inap hingga 50%
Mengurangi risiko kematian hingga 33%
Memberikan pengembalian ekonomi yang signifikan (studi di Eropa menunjukkan bahwa setiap €1 investasi dalam vaksinasi dewasa dapat menghasilkan €4 dalam bentuk manfaat ekonomi).
Sebagai bentuk komitmen, GSK Indonesia akan terus bekerja sama dengan pemerintah, tenaga medis, dan asosiasi kesehatan untuk meningkatkan kesadaran dan akses terhadap vaksinasi.
Dengan meningkatnya cakupan imunisasi, kita tidak hanya melindungi individu dari penyakit seperti Cacar Api, tetapi juga membangun masa depan masyarakat Indonesia yang lebih sehat dan produktif. (any)