Jakarta-Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia (ASPI) mencatatkan nilai volume transaksi yang dilakukan menggunakan Quick Response Code Indonesian Standard alias QRIS lebih dari Rp9 triliun per Juni 2022.
Direktur Eksekutif Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia (ASPI) Susiana Suhendra mengatakan, angka ini telah meningkat 9 kali lipat dibandingkan akhir 2020. “Jadi kami memang melihat penggunaan QRIS ini sudah semakin gencar dan banyak dipakai. Volume transaksi per Juni 2022 menggunakan QRIS mencapai 79 juta sementara nilai transaksinya mencapai lebih dari Rp 9 triliun per Juni 2022,” ujarnya dalam webinar paparan hasil studi Implementasi QRIS dan Peluang Peningkatan Adopsi QRIS di Indonesia yang disiarkan virtual, Rabu (27/7/2022).
Baca juga: Bayi Prematur dan BBLR Tingkatkan Risiko Stunting pada Bayi
Hingga Juni 2022, jelasnya, tercatat lebih dari 19 juta pedagang atau merchant yang memanfaatkan QRIS. Walau demikian dengan pencapain ini pihaknya akan terus menggenjot penggunaan QRIS untuk para merchant.
Susiana juga membeberkan beberapa manfaat penggunaan QRIS bagi merchant. Pertama adalah bisa meningkatkan penghasilannnya. “Sebab dengan adanya QRIS, merchant tidak hanya mendapatkan transaksi dari user penyedian layananan namun bisa dari berbagai penyedia layanan lain lantaran dia terintegrasi,” jelas dia.
Manfaat kedua adalah merchant tidak perlu melakukan kalkukasi untuk pencatatan atau jurnal pembukuan. Hal ini pun dinilai bisa membuat kinerja merchant menjadi lebih efisien dan efektif. “Paling intinya merchant bisa menghemat banyak cost, banyak uang. Selain itu juga bisa terhindar dari penipuan,” beber dia.
Hal ini sesuai dengan hasil studi yang dikeluarkan MicroSave Consulting/ MSC. Dala riset terbarunya berjudul “QRIS implementation and opportunities to increase its adoption in Indonesia”, studi tersebut menunjukkan bahwa para pelaku usaha mikro dan kecil (UMK) memiliki tingkat awareness yang tinggi mengenai QRIS sebagai metode pembayaran yang aman dan murah dalam menjangkau lebih banyak konsumen.
Baca juga: Ini Penjelasan Kuasa Hukum Nindy Ayunda Terkait Ketidakhadirannya dalam Panggilan Polisi
Studi tersebut juga mengungkapkan bahwa sebagian besar pelaku usaha yang menggunakan QRIS sudah memahami sejumlah manfaatnya, di antaranya proses pembayaran yang lebih cepat (94 persen) dan bagaimana satu kode QR dapat digunakan oleh beberapa penyedia layanan (87 persen).
Sementara itu, untuk pelaku usaha yang belum menggunakan QRIS, sekitar 60 persen dari mereka mengungkapkan minatnya menggunakan QRIS apabila memperoleh bantuan onboarding dan informasi dari penyedia layanan.
Country Director MSC Grace Retnowati mengatakan, pihaknya sangat berterima kasih kepada Bank Indonesia dan Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia (ASPI) atas dukungannya dalam memfasilitasi studi ini dengan memberikan saran dan masukan terhadap kerangka dan hasil studi. Studi ini dilakukan untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik mengenai tren penggunaan QRIS di kalangan pelaku usaha kecil dan mikro yang tipikalnya merupakan segmen populasi berpenghasilan rendah di Indonesia.
“Temuan kami menunjukkan bertumbuhnya awareness para pelaku usaha serta preferensi konsumen untuk menggunakan QRIS seiring keduanya menganggap QRIS sebagai metode pembayaran yang ekonomis,” tandasnya.
Sementara itu, Direktur Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran BI, Fitria Irmi Triswati menuturkan, kajian ini akan sangat bermanfaat tidak hanya bagi regulator sebagai referensi, tetapi juga bagi industri untuk meningkatkan pelayanan kepada pelaku usaha dan pengalaman pengguna. “Selain itu, studi ini dapat memberikan pandangan yang lebih luas tentang manfaat QRIS bagi masyarakat dalam mengakselerasi ekonomi digital dan integrasi ekosistem keuangan,” tukasnya.
Menurut studi ini, sebagian besar pelaku usaha yang menerapkan QRIS merupakan pengguna aktif atau occasional yang berlokasi di daerah perkotaan. Lebih lanjut, dari sisi pelanggan, QRIS telah menjadi pilihan kedua bagi 71 persen pelanggan apabila pembayaran tunai tidak tersedia.
Temuan ini menunjukkan bahwa pelaku usaha dan konsumen telah merasakan nilai tambah dan kenyamanan saat menggunakan QRIS, yang dapat meningkatkan inklusi dan keterlibatan mereka dalam ekosistem digital.
Lebih lanjut, studi ini menghadirkan sejumlah rekomendasi untuk meningkatkan penggunaan QRIS melalui digitalisasi di segmen lainnya, seperti pembayaran supply chain, pembayaran point-of-sale (misalnya untuk layanan parkir dan pembelian menggunakan vending machine), pembayaran Government-to-Person (misalnya penyaluran bantuan sosial), dan pembayaran Citizen-to-Government (misalnya pembayaran pajak).
Kemudian, seiring pelaku usaha informal yang menggunakan QRIS kini memiliki rekam digital, studi ini juga merekomendasikan agar para penyedia layanan mempertimbangkan cross-selling penyediaan layanan/ produk keuangan digital lainnya yang dapat bermanfaat bagi pelaku usaha, seperti pinjaman kredit dan tabungan
Adapun MSC melaksanakan studi ini sesuai arahan BI dan ASPI dengan tujuan mengkaji penerapan QRIS di seluruh Indonesia dan kontribusinya dalam mencapai inklusi keuangan bagi para pelaku UMK. Kajian ini melibatkan 600 pelaku usaha di seluruh Indonesia; di mana 79 persen telah menerapkan QRIS, 86 persen berlokasi di perkotaan, dan 74 persen merupakan pelaku usaha muda berusia di bawah 39 tahun. (any)