Bontang — Penggunaan media sosial sudah sangat umum bagi masyarakat Indonesia. Apalagi sejak pandemi COVID-19 melanda dua tahun terakhir. Banyak aktivitas, mulai dari pembelajaran, pekerjaan, maupun transaksi dan hiburan yang mengandalkan platform digital. Kemudahan yang ditawarkan menjadi daya tarik. Namun, perlu diperhatikan pula keamanannya serta etika dalam menggunakannya.
Demikian yang menjadi perbincangan dalam webinar bertema “Bijak Berinteraksi di Media Sosial” yang dipandu oleh Abi Satria di Bontang, Kalimantan Timur, Rabu (27/7/2022). Webinar ini diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika RI bersama Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi.
Baca juga: Gunakan Medsos dan Lokapasar yang Cocok dengan Produk Anda
Narasumber yang hadir yakni konsultan pendamping UMKM dan digital marketing expert sekaligus Ketua RTIK Kota Kendari Fianda Julyantoro; Wakil Sekretaris ISKI Sulsel sekaligus dosen Ilmu Komunikasi Universitas Hasanuddin Janisa Pascawati; dan Relawan TIK Kalimantan Barat Dwi Wahyudi.
Dalam webinar tersebut, Fianda Julyantoro membawakan materi kecakapan digital dengan tema ‘Cakap Bermedia Digital: Bijak dalam Bermedia Sosial’. Pandemi COVID-19 semakin mendorong penggunaan internet dan media sosial, berikut juga dampaknya.
Tentu diperlukan kecakapan dalam bermedia digital. Fianda mengatakan, saat ini, media sosial yang paling banyak digunakan masyarakat Indonesia bahkan dunia adalah Facebook dan Instagram. Media sosial membawa dampak positif juga dampak negatif.
“Agar terhindar dari dampak negatif, bijaklah dalam bermedia sosial. Pahami fitur yang tersedia, manfaatkan fitur keamanan, gunakan kata sandi yang tidak mudah diretas, melindungi data pribadi, perbarui aplikasi media sosial, menggunakan media sosial untuk kegiatan positif dan produktif,” kata Fianda.
Baca juga: Erlangga Art Awards 2022 Sambangi Yogyakarta
Terkait etika digital, Janisa Pascawati memaparkan materi dengan judul ‘Etis Bermedia Digital’. Etika digital atau netiket diperlukan karena kita berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang dari berbagai latar belakang budaya di internet. Etika digital diharapkan menjadi pedoman kita berinteraksi di media digital, punya kesadaran dalam berinteraksi, berintegritas, bertanggung jawab atas konten yang diproduksi dan disebar, serta berbuat kebajikan. Janies juga menjelaskan, yang unik dari media sosial adalah karakteristiknya yang terbuka, user generated content, tanda waktu setiap unggahan, dan interaktif.
“Etika berinteraksi di media sosial yaitu dengan menggunakan bahasa yang baik dan sopan, mengedepankan nilai-nilai kesopanan saat mengunggah konten, bijak memberikan tanda suka, bijak memberikan komentar, bijak meneruskan informasi, dan bisa meneruskan sebaiknya tidak dipotong,” tutur Janies.
Pada sesi terakhir, Dwi Wahyudi menerangkan materi keamanan digital dengan tema ‘Aman Bermedia Digital’. Pengguna internet di Indonesia telah mencapai 202 juta. Ini menimbulkan perubahan gaya hidup menjadi serba digital, yang menawarkan kemudahan dan kepraktisan dalam segala aktivitas. Namun perlu diingat kemudahan dan praktis akan selalu berbanding terbalik dengan keamanan. Atas dasar itu, Dwi menekankan pentingnya memiliki kompetensi keamanan digital yang meliputi: kompetensi mengamankan perangkat dan identitas digital, mewaspadai penipuan digital, memahami rekam jejak digital, dan memahami keamanan digital bagi anak. Terkait jejak digital, itu bisa terekam secara aktif maupun pasif.
“Agar jejak digital tidak menimbulkan kerugian bagi kita, maka penting untuk menjaga keamanan data pribadi. Kemudian waspadai segala bentuk malware, phishing, serta scamming. Tips lain agar aman bermedia digital yakni hanya pasang aplikasi dari tempat resmi, hati-hati saat berbelanja online, jangan buka tautan tak dikenal, dan kenali dengan siapa kita berinteraksi di internet,” pungkasnya.
Dengan hadirnya program Gerakan Nasional Literasi Digital oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika RI diharapkan dapat mendorong masyarakat menggunakan internet secara cerdas, positif, kreatif, dan produktif. Kegiatan ini khususnya ditujukan bagi para komunitas di wilayah Kalimantan dan sekitarnya yang tidak hanya bertujuan untuk menciptakan Komunitas Cerdas, tetapi juga membantu mempersiapkan sumber daya manusia yang lebih unggul dalam memanfaatkan internet secara positif, kritis, dan kreatif di era industri 4.0.
Kementerian Komunikasi dan Informatika RI bersama GNLD Siberkreasi juga terus menjalankan program Indonesia Makin Cakap Digital melalui kegiatan-kegiatan literasi digital yang disesuaikan pada kebutuhan masyarakat. Untuk mengikuti kegiatan yang ada, masyarakat dapat mengakses info.literasidigital.id atau media sosial Kemenkominfo dan Siberkreasi. (any)