Jawa Barat—Saat ini, media sosial tak bisa dilepaskan dari kehidupan sehari-hari. Bak dua mata pisau, media sosial bisa memberikan dampak positif dan negatif. Nah, masih dalam rangka kampanye Gerakan Nasional Literasi Digital di Indonesia, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bersama dengan Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi menyelenggarakan Workshop Literasi Digital, di Jawa Barat, Selasa (30/5/2023).
Tema yang diangkat adalah “Tren Detox Media Sosial dan Pengaruhnya untuk Kesehatan Mental” dengan menghadirkan narasumber anggota REDAXI dan dosen Universitas Mercu Buana Jakarta Afiyati; Produser Asumsi Aprilius Raka; dosen Universitas Bali International Komang Tri Werthi.
Berdasarkan Survei Indeks Literasi Digital Nasional Indonesia yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) dan Katadata Insight Center pada tahun 2021 disebutkan bahwa Indonesia masih berada dalam kategori “sedang” dengan angka 3,49 dari skala 5.
Baca juga: Hadirkan Tangki Selam Raksasa, Pameran DXI 2023 Hadir 1-4 Juni di JCC
Dalam merespons hal tersebut, Kemenkominfo menyelenggarakan “Workshop Literasi Digital” dengan materi yang didasarkan pada empat pilar utama literasi digital, yaitu kecakapan digital, etika digital, budaya digital, dan keamanan digital.
Memulai paparannya, Aprilius Raka mengutip sebuah hasil survei oleh Deloitte Global Mobile Consumer Survey pada 2016 yang menyatakan bahwa 61 persen responden memeriksa gawai mereka dalam 5 menit setelah bangun tidur. Bahkan, hasilnya meningkat menjadi 88 persen ketika angkanya ditingkatkan hingga 30 menit setelah bangun tidur.
“Padahal, ada bahaya menggunakan gawai sesaat sebelum tidur maupun setelah bangun dari tidur. Bahanya antara lain menimbulkan stres, mengacaukan jam biologis, mempersulit membuat prioritas diri, memicu hilangnya percaya diri, dan menimbulkan kecanduan,” ujarnya.
Bagi remaja, lanjut Aprilius, dampaknya pun tidak kalah berbahayanya bagi orang dewasa. Hal itu akan memengaruhi mental dan fisik bagi remaja yang sudah kecanduan gawai atau sulit melepaskan diri dari ketergantungan pada gawai. Terutama untuk beraktivitas di media sosial yang ada pada gawai. “Perasaan tidak percaya diri, iri, dan tidak puas dengan kehidupan sendiri pun muncul ketika individu melihat berbagai postingan yang diunggah oleh pengguna media sosial yang lainnya. Itu adalah beberapa dampak buruk menggunakan media sosial. Oleh karena itu, perlu pembatasan beraktivitas dalam media sosial untuk menjaga keseimbangan hidup,” ucapnya.
Baca juga: Antasari Place Lakukan Topping Off, Siap Serah Terima Tahun Depan
Komang Tri Werthi mengingatkan, kecanduan media sosial di era sekarang ini seolah sudah menjadi gaya hidup. Pasalnya, hal itu dipengaruhi kemudahan mengakses teknologi digital, sikap butuh perhatian di dunia maya, serta mudahnya berinteraksi dengan orang lain di media sosial. Ada pula anggapan untuk tidak ingin disebut ketinggalan zaman. “Padahal, kecanduan media sosial itu dampaknya tidak bisa dibilang enteng. Bisa menjadi korban gosip, perundungan (bullying), antisosial, rentan terpapar informasi yang tidak valid atau hoaks, terpapar konten pornografi, maupun rawan menjadi korban kejahatan penipuan,” tuturnya.
Namun demikian, menurut Komang, media sosial juga memiliki dampak positif. Beberapa di antaranya adalah bisa membangun jejaring pertemanan yang lebih luas, mengasah kemampuan setiap saat, mendapatkan pertukaran informasi multikultural, serta bisa mendapatkan dukungan dari pihak yang sejalan. Media sosial juga bisa menjadi ajang untuk mengasah talenta.
“Oleh karena itu, penggunaan media sosial sebaiknya tidak berlebihan atau seperlunya saja. Penting juga untuk memahami hak-hak digital dengan baik dan menerapkan etika di media sosial. Hindari konten yang berbau pornografi, radikalisme, atau provokasi yang sensitif pada isu SARA,” ucapnya.
Sementara itu, mengenai tren detox media sosial, Afiyati menjelaskan, tren ini merujuk pada praktik sadar untuk mengurangi atau bahkan menghentikan penggunaan media sosial dalam jangka waktu tertentu. Tren detox media sosial merupakan langkah yang penting dalam menjaga kesehatan pikiran dan emosi manusia.
Ia juga menjelaskan beberapa efek baik dari tren detox media sosial, seperti mengurangi stres, meningkatkan koneksi sosial yang nyata, serta dapat memperbaiki konsentrasi dan produktivitas. “Cara yang bisa dilakukan untuk menerapkan detox media sosial adalah batasi waktu menggunakan media sosial, terapkan disiplin tidak menggunakan gawai satu jam sebelum tidur dan satu jam setelah bangun tidur, matikan notifikasi pada ponsel, serta hentikan pertemanan dengan orang lain yang tidak memberdayakan diri,” ucap Afiyati.
Workshop Literasi Digital ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan dalam program Indonesia Makin Cakap Digital yang diinisiasi oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika RI bersama Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi. Informasi lebih lanjut mengenai literasi digital dan info kegiatan dapat diakses melalui website literasidigital.id, media sosial Instagram @literasidigitalkominfo Facebook Page dan Kanal Youtube Literasi Digital Kominfo. (any)