Jawa Barat — Dalam rangka kampanye Gerakan Nasional Literasi Digital di Indonesia, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bersama dengan Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi menyelenggarakan Workshop Literasi Digital, di Jawa Barat.
Tema yang diangkat adalah “Kenali Jenis-Jenis Dompet dan Transaksi Digital” dengan menghadirkan narasumber Chief Operating Regional ACSB East Java Muhajir Sulthonul Aziz; Ketua Program Studi Perdagangan Internasional Wilayah ASEAN dan China Politeknik APP Jakarta Bayu Prabowo Sutjiatmo; serta praktisi komunikasi Andi Widya Syadzwina.
Berdasarkan Survei Indeks Literasi Digital Nasional Indonesia yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) dan Katadata Insight Center pada tahun 2021 disebutkan bahwa Indonesia masih berada dalam kategori “sedang” dengan angka 3,49 dari skala 5. Dalam merespons hal tersebut, Kemenkominfo menyelenggarakan “Workshop Literasi Digital” dengan materi yang didasarkan pada empat pilar utama literasi digital, yaitu kecakapan digital, etika digital, budaya digital, dan keamanan digital.
Tingginya penetrasi internet di Indonesia sudah merambah di segala sektor, termasuk sektor keuangan atau finansial. Pasalnya, dari 77% populasi Indonesia atau setara 212,9 juta orang sudah mampu mengakses internet. Hanya saja, berdasar survei Badan Pusat Statistik, pada 2018 terungkap bahwa skor paling rendah dalam literasi digital ada di bagian subindeks keahlian atau kecakapan digital.
Baca juga: Tampil Maksimal di Bulan Suci Ramadan, Ini Dia Tipsnya!
Terkait merambahnya digitalisasi di sektor keuangan, menurut Muhajir Sulthonul Aziz, saat ini sudah banyak dikenal dompet digital (e-wallet), yaitu sebuah aplikasi transaksi keuangan yang dapat digunakan di perangkat mobile dengan internet sebagai perantara. Dompet digital yang memiliki beberapa kegunaan, antara lain untuk transaksi online, membayar tagihan, membeli pulsa, paket data internet, TV kabel, hingga investasi.
Dompet digital juga bisa digunakan untuk menyimpan uang untuk kemudian di transfer ke rekening bank atau tarik tunai. “Manfaat dompet digital banyak sekali. Antara lain transaksi bisa dilakukan lebih cepat dan lebih praktis, penyimpanan uang yang aman, menawarkan banyak promo, terhindar dari peredaran uang palsu, serta dapat menyimpan segala riwayat transaksi keuangan,” ucap Muhajir.
Namun, di balik segala kemudahan menggunakan dompet digital tersebut, menurut Andi Widya Syadzwina, konsumen patut berhati-hati dalam mengelola keuangannya. Sebab, kepemilikan dompet digital bisa menyebabkan gaya hidup yang konsumtif. Ini adalah tindakan atau gaya hidup seseorang yang senang menggunakan uangnya tanpa mempertimbangkan terlebih dahulu, mulai dari membeli barang hingga kebutuhan atau keinginan secara berlebihan.
“Oleh karena itu, harus bisa mengontrol keuangan kita sendiri. Caranya dengan membuat skala prioritas tentang apa yang perlu dan penting dibeli, kemudian membuat perencanaan keuangan yang matang dan jelas, serta belajar hidup sederhana atau tidak bermewah-mewahan,” ujarnya.
Andi Widya mengakui, di era perkembangan teknologi digital yang sangat masif sekarang ini, tidak mudah untuk terhindar dari paparan gaya hidup konsumtif. Pasalnya, begitu banyak serbuan iklan-iklan yang menggoda konsumen untuk berbelanja. Apalagi, ada sifat seolah-olah tidak ingin ketinggalan dari orang lain yang terkadang memaksa dirinya membeli sesuatu barang yang sebenarnya tidak dibutuhkan.
“Dunia digital adalah dunia kita sekarang ini. Mari mengisinya dan menjadikannya sebagai ruang yang berbudaya, tempat belajar dan berinteraksi, tempat anak-anak tumbuh berkembang, sekaligus tempat di mana kita sebagai bangsa hadir bermartabat,” ungkapnya.
Sementara itu, dalam paparannya, Bayu Prabowo Sutjiatmo mengingatkan pentingnya menjaga keamanan digital. Keamanan digital adalah sebuah proses untuk memastikan penggunaan layanan digital, baik secara daring maupun luring agar dapat dilakukan secara aman. Tidak hanya untuk mengamankan data yang kita miliki, melainkan juga melindungi data pribadi yang bersifat rahasia.
Saat ini, menurut Bayu, begitu banyak ragam serangan digital yang menyasar korban untuk mencuri data pribadi maupun uang simpanan korban. Umumnya pelaku menggunakan metode phising (upaya untuk mendapatkan informasi data seseorang dengan teknik pengelabuan) dan scam (bentuk penipuan melalui telepon, e-mail, dan aplikasi pesan dengan tujuan pada umumnya untuk mendapatkan uang dari para korbannya).
“Oleh sebab itu, penting bagi kita untuk melindungi perangkat dan akun kita dari ancaman serangan tersebut. Caranya bisa dengan membuat kata sandi yang kuat yang merupakan kombinasi huruf dan angka, selalu memperbarui aplikasi digital yang kita gunakan, serta tidak gegabah mengumbar data pribadi di media sosial,” ucapnya.
Workshop Literasi Digital ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan dalam program Indonesia Makin Cakap Digital yang diinisiasi oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika RI bersama Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi. Informasi lebih lanjut mengenai literasi digital dapat diakses melalui website literasidigital.id, media sosial Instagram @literasidigitalkominfo Facebook Page dan Kanal Youtube Literasi Digital Kominfo. (any)