Jakarta-Sawit merupakan salah satu komoditas unggulan di Indonesia. Ini dibuktikan dari data Badan Pusat Statistik (BPS) yang merilis kinerja ekspor nasional periode Juni 2023. Dalam laporannya, BPS menyebut banyak sektor mengalami penurunan. Namun di sisi lain, terdapat kenaikan pada ekspor minyak kelapa sawit sebesar 55,51 persen apabila dihitung secara bulanan (month-to-month/m-t-m).
Mendukung agenda Keketuaan ASEAN 2023, Indonesia Palm Oil Strategic Studies (IPOSS) akan menyelenggarakan yang berjudul “Integrating Biofuels as the Main Pillar of ASEAN Renewable Energy Development for a Resilient and Sustainable Just Energy Transition” pada 2 Agustus mendatang.
Baca juga: Betadine Ajak Keluarga Indonesia Jadi Unstoppable Family
Vice Chairman IPOSS, Sofyan Djalil mengatakan, penyelenggaraan event ini sejalan dengan visi Indonesia sebagai Ketua ASEAN 2023, yang berkomitmen untuk mendorong tercapainya agenda-agenda krusial di berbagai sektor, termasuk energi. Fokus utamanya adalah mempromosikan transisi energi yang berkelanjutan, memperkuat kemandirian call, energi, dan meningkatkan ketahanan energi di kawasan.
“Event seminar internasional tersebut secara spesifik ingin memberikan masukan dalam pengembangan Peta Jalan Energi Terbarukan ASEAN Jangka Panjang (ASEAN Long-Term Renewable Energy Roadmap), sebagai langkah strategis dalam memajukan transisi energi di Indonesia dan ASEAN,” ujarnya di Jakarta, Kamis (20/7/2023).
Acara ini merupakan side event Keketuaan ASEAN Bidang Energi di bawah koordinasi Senior Official Energy (BUMN) Leader Keketuaan ASEAN 2023 ini bekerja sama dengan ASEAN Center for Energy (ACE), Council of Palm Oil Producing Countries (CPOC), School of Business and Management – Institut Teknologi Bandung (SBM – ITB).
Terkait dengan hal tersebut, lanjutnya, IPOSS bersama dengan SBM – ITB telah melakukan studi kebijakan “NAVIGATING THE FUTURE: Opportunities, Challenges and Strategies of Biofuel Development in South East Asia” yang juga akan diluncurkan pada event tersebut. IPOSS dan SBM ITB memandang bahwa Biofuel menonjol sebagai alternatif yang penting bagi Indonesia dan Asean dalam mencapai tujuan energi terbarukan.
Baca juga: Makuku Luncurkan Facial Towel, Handuk Wajah Anti Bakteria Sekali Pakai Pertama di Indonesia
Pengalaman luas di Indonesia, Malaysia, dan beberapa negara Asean lainnya telah membuktikan kemampuan biofuel sebagai solusi berkelanjutan untuk mengurangi ketergantungan impor bahan bakar fosil, yang pada gilirannya memperkuat ketahanan energi dan mendukung pembangunan ekonomi,” katanya.
Seminar ini akan mengundang pembicara dari kalangan pengambil kebijakan, pelaku bisnis, dan Pakar Internasional dari Indonesia, Malaysia, Thailand, Vietnam, dan Australia untuk berdialog dengan investor dan komunitas bisnis, think tank internasional, akademisi, dan media.
Perwakilan dari SBM – ITB, Yudo Anggoro menjelaskan, seminar ini akan menyajikan tiga topik diskusi yang mendalam, yang bertujuan untuk melakukan dialog konstruktif, yaitu mengungkap Potensi Bahan Bakar Nabati: Menjelajahi Atributnya yang Lebih Bersih, Lebih Hijau, dan Berkelanjutan untuk Transisi Energi Asean.
“Selain itu, Bahan Bakar Nabati sebagai Kontributor Ekonomi Pembangunan: Mengkaji Dampaknya terhadap Lanskap Ekonomi Asean. Lalu Mendorong Masa Depan Berkelanjutan Asean: Menjelajahi Peran Kolaboratif Bahan Bakar Nabati dalam Pembangunan Energi,” katanya.
Yudo juga menerangkan, diskusi-diskusi dalam seminar ini diharapkan akan menggali potensi signifikan dari biofuel, menyoroti karakteristiknya yang lebih bersih dan lebih hijau yang menawarkan solusi berkelanjutan untuk transisi energi di Asean. Juga akan menganalisis bagaimana pengembangan biofuel dapat berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi dan kemakmuran di kawasan, membentuk lingkungan kolaboratif bagi negara-negara Asean untuk bersama- sama memajukan inisiatif energi berkelanjutan.
“Produksi biofuel, yang bergantung pada bahan baku seperti tebu, kelapa sawit, dan berbagai biji minyak, memiliki potensi yang sangat besar untuk merangsang pembangunan pertanian dan memberdayakan ekonomi pedesaan,” tukasnya.
Sedangkan Ketua IPOSS, Dono Boestami mengatakan, dengan mempromosikan biofuel sebagai alternatif energi terbarukan Asean, juga mendorong kerja sama dan kolaborasi regional. Pertukaran pengetahuan, praktik terbaik, dan teknologi dalam produksi biofuel memfasilitasi upaya bersama untuk mencapai target energi terbarukan.
“Melalui prakarsa dan kemitraan regional, negara-negara Asean dapat secara efektif memanfaatkan potensi biofuel dan mengembangkan pengembangan energi berkelanjutan, sehingga mendorong kawasan ini menuju masa depan yang lebih hijau dan sejahtera,” imbuhnya. (any)