Jakarta – Setiap minggu ke dua di Bulan Maret diperingati sebagai Hari Ginjal Sedunia. Meski diperingati setiap tahun, dan edukasi mengenai kesehatan ginjal terus dilakukan, nyatanya, jumlah penderita penyakit ginjal terus meningkat. Trrkait hal itu, PT Kalbe Farma Tbk (Kalbe) berkomitmen terhadap akses layanan kesehatan masyarakat, termasuk terkait ginjal, dengan mengadakan talk show kesehatan dalam rangka Hari Ginjal Sedunia 2024. Inisiatif ini diadakan Kalbe bersama anak usahanya yaitu PT Finusolprima Farma Internasional (FIMA) dan Kalbe Ethical Customer Care (KECC) serta berkolaborasi dengan Indonesia Kidney Care Club (IKCC).
Kesehatan ginjal perlu dijaga dengan baik karena berperan penting untuk manusia, yakni mengatur keseimbangan cairan tubuh, menghilangkan racun, mengontrol tekanan darah dan kadar garam, serta menghasilkan bentuk aktif vitamin D. Apabila tidak terjaga, gangguan fungsi ginjal dapat terjadi hingga berpengaruh pada penurunan kualitas sistem organ paru-paru, jantung, serta otak.
Baca juga: Peduli Kesehatan Gigi dan Mulut, Klarens dan Good Doctor Kampanyekan #AyoGargle
“Kalbe memiliki moto Bersama Sehatkan Bangsa. Melalui momen Hari Ginjal Sedunia 2024, kami akan senantiasa berkomitmen dan berkontribusi menyehatkan bangsa dengan produk yang tepat dan layanan yang optimal. Kami terus memberi semangat agar para pasien ginjal tidak putus asa dan tetap produktif dalam menjalankan aktivitas. Diharapkan melalui kegiatan ini, masyarakat lebih memahami pentingnya menjaga kesehatan ginjal dan memberikan dukungan bagi para pejuang ginjal. Bagi para pejuang ginjal, tetaplah semangat menjalankan kehidupan karena gagal ginjal bukan gagal hidup,” ujar Presiden Direktur PT Finusolprima Farma Internasional (Kalbe Group), Liliana Susilowati, di Jakarta, Kamis (14/3/2024).
Salah satu gangguan ginjal yang patut diwaspadai adalah penyakit ginjal kronis (PGK). Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, prevalensi PGK di Indonesia tahun 2018 sebanyak 713.783 orang (0,38 persen). Angka ini meningkat drastis dibandingkan dengan prevalensi pada 2013, yaitu 499.800 orang (0,2 persen).
Hal ini menandakan masih banyak orang yang belum menyadari pentingnya menjaga kesehatan ginjal, termasuk memahami tentang penurunan fungsi ginjal. Terlebih lagi proses penurunan fungsi ginjal terjadi sangat cepat hingga baru disadari ketika terdeteksi di tahap lanjutan.
Baca juga: Inovasi SIMRS UPMEDIK, Pilihan Terbaik untuk Digitalisasi Rumah Sakit dan Klinik di Indonesia
“Deteksi dini harus dilakukan, karena sangat banyak pasien gangguan ginjal yang datang ke dokter ketika sudah masuk stadium akhir, akhirnya harus cuci darah. Jadi karena di awal tidak adanya gejala, maka sebaiknya memang early detection. Jika tidak terdeteksi sejak dini, kondisi pasien sudah memburuk dan akibatnya harus terapi pengganti ginjal yaitu cuci darah, transplantasi atau cangkok ginjal,” jelas Dokter Spesialis Penyakit Dalam, Konsultan Ginjal dan Hipertensi, dr. Dina Nilasari, Ph.D., Sp.PD-KGH.
Dokter Dina mengatakan, untuk menjaga ginjal tetap sehat perlu dilakukan modifikasi gaya hidup menjadi healthy lifestyle. Di antara, dengan menghindari obat-obatan yang berpotensi merusak ginjal dan junk food yang tinggi sodium. Selain itu, makanan-makanan yang dapat memicu diabetes, karena faktor penyebab terbesar di dunia (termasuk juga di Indonesia) untuk gangguan ginjal adalah diabetes. Faktor penyebab kedua ialah penyakit radang ginjal.
“Penyebab penurunan fungsi ginjal adalah komorbid atau penyakit penyerta yang tidak dikelola dengan baik. Jadi jika seseorang mempunyai diabetes, gula darahnya menjadi toxic ke ginjal. Atau, hipertensi yang tidak terkontrol akan menyebabkan gangguan ginjal. Obesitas juga demikian. Tapi kami tidak bisa memprediksi untuk penyebab lain seperti penyakit autoimun. Oleh karena itu, meskipun tidak ada faktor risiko, penting untuk melakukan tes atau skrining paling tidak satu kali dalam setahun,” tandasnya.
Edukasi pola hidup sehat untuk menjaga kesehatan ginjal perlu dilakukan. Tepatnya, terkait pemenuhan nutrisi yang cukup sesuai kebutuhan masing-masing orang, karena peran makanan sangat penting dalam menjaga fungsi ginjal.
Dokter Spesialias Gizi Klinik, dr. Marya Haryono, M.Gizi, Sp.GK, FINEM, menambahkan, ada perbedaan pengaturan makanan atau diet antara orang tanpa gangguan ginjal dan dengan gangguan ginjal kronik. “Pengaruh gangguan ginjal kadang-kadang menyebabkan nafsu makan pasien menjadi turun, bisa karena mual atau efek meningkatnya kadar ureum. Akibat nafsu makan yang turun, berat badan turun bahkan drastis dan berisiko malnutrisi, juga berpengaruh lebih lanjut terhadap progresivitas penurunan fungsi ginjal,” jelasnya.
“Pada kondisi orang yang memiliki gangguan makan, kita berusaha mencari solusi untuk sesuatu yang mudah diolah cepat tetapi juga mendukung fungsi organ tersebut. Makanan cair khusus untuk gangguan fungsi ginjal dapat menjadi solusinya, yang sudah disesuaikan dengan kebutuhan protein, fosfatnya, dan lain-lain,” tambahnya.
Pada kesempatan terpisah, Medical General Manager PT Kalbe Farma Tbk, dr. Dedyanto Henky Saputra, M.Gizi, AIFO-K, menjelaskan bahwa pola makan yang tepat pada pejuang penyakit ginjal kronik harus disesuaikan dengan stadium penyakitnya. Pada stadium 1—4 dikenal dengan pradialisis. Apabila sudah masuk stadium lima, dikenal sebagai stadium terminal atau pasien harus menjalani dialisis atau cuci darah. Pasien pradialisis diimbau menjalankan pola makan tinggi kalori tetapi rendah protein.
“Karena jika asupan proteinnya tinggi, maka proses kerusakan ginjalnya akan semakin cepat sehingga pasien akan lebih cepat jatuh ke dalam stadium dialisis. Sebaliknya, jika pasien sudah masuk ke stadium cuci darah (dialisis), selain asupan kalorinya ditingkatkan maka asupan proteinnya harus lebih tinggi sekitar 20-30 persen dibandingkan asupan protein orang yang sehat. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah asupan kalium, fosfat, dan natrium yang terkontrol supaya tidak menimbulkan berbagai komplikasi,” imbuhnya.
Menurut Dokter Dedy, nutrisi yang baik dapat membuat pasien lebih kuat, sehingga terapi yang dijalankan tidak terhambat atau berlangsung lebih baik. Makanan cair tambahan khusus untuk pasien ginjal sangat berperan dalam membantu proses perawatan pasien ginjal, apalagi jika para pejuang ginjal mengalami penurunan nafsu makan. Kalbe Farma yang terus berupaya menyehatkan bangsa menyediakan makanan cair untuk mendukung kesehatan pejuang ginjal tahap pradialisis maupun dialisis. Kandungan nutrisi yang ada dalam produk makanan cair ini ialah karbohidrat, lemak, protein, vitamin, hingga mineral.
“Kalbe memiliki dua produk nutrisi yang mendukung pasien ginjal, yaitu Nephrisol dan Nephrisol D. Nephrisol memenuhi kebutuhan gizi pasien pradialisis dengan diet rendah protein. Nephrisol D memenuhi kebutuhan gizi pasien dialisis dengan diet tinggi protein. Secara kalori, dua produk ini sama-sama tinggi kalori sesuai dengan prinsip diet penyakit ginjal kronis. Vitamin dan mineralnya juga disesuaikan dengan kebutuhan pasien,” kata Brand Owner Nephrisol, Airin Levina.
Satu box Nephrisol dan Nephrisol D berisi tiga sachet yang memudahkan pejuang ginjal mengonsumsinya per sajian. Cara penyajiannya pun mudah, yakni dengan dilarutkan ke dalam 150—180 mL air hangat, kemudian diaduk hingga rata, dan siap diminum. Apabila ada pejuang ginjal yang mengalami pembatasan cairan, maka bisa juga produk dikentalkan larutannya sehingga pejuang ginjal tetap mendapat kalori dan protein tanpa harus berlebihan cairannya.
“Uniknya, produk ini boleh diolah dengan berbagai kreasi menu, mengingat pasien gangguan ginjal mengalami sulit nafsu makan dan memiliki diet khusus. Syaratnya, produk ini tidak dipanaskan. Nephrisol dan Nephrisol D dapat diolah menjadi es krim, puding, campuran bahan makanan utama, dan banyak kreasi menu lainnya,” ungkapnya.
Pola konsumsi nutrisi pejuang ginjal memang tidak boleh sembarangan, yaitu dengan pengaturan protein, bahkan sumber lain yang bersifat personalized seperti fosfat, natrium, kalium. Dokter Marya mengimbau pejuang ginjal untuk mengendalikan makanan yang dikonsumsi sehari-hari, terutama jika memiliki faktor komorbid yang dapat memperburuk gangguan ginjal. Misalnya memiliki hipertensi, maka harus mengurangi makanan tinggi natrium termasuk sodium. Begitu juga jika ada kecenderungan asam urat, maka harus terkendalikan asupan makanannya.
Lalu, apakah pejuang ginjal boleh berpuasa selama Bulan Ramadan?
dr. Marya menjelaskan, ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan untuk menentukan apakah pasien boleh berpuasa atau tidak, bukan hanya melihat penyakit ginjalnya saja tetapi juga komorbid yang dimiliki. Faktor tersebut ialah jumlah cairan yang diminum, tekanan darah tinggi yang sudah terkontrol atau tidak, jenis obat-obatan yang dikonsumsi, hingga memperhatikan jenis makanan yang dikonsumsi saat berpuasa.
“Sebelum menjalankan berpuasa, jangan lupa konsultasi dengan dokter untuk memastikan kelayakan kondisi. Kalau pejuang ginjal diperbolehkan dan kuat untuk berpuasa, dianjurkan dengan mengatur nutrisi supaya tetap terpenuhi yaitu terbagi dalam dua waktu makan, saat sahur dan berpuka puasa. Ini mempengaruhi kondisi seseorang, misalnya kadar gula yang harus diperhatikan, berat badan berpotensi menurun,” papar dr. Marya.
“Nephrisol sebagai makanan cair khusus untuk pejuang ginjal juga dapat dikonsumsi saat berpuasa. Nephrisol atau Nephrisol D dapat dikonsumsi satu kali saat sahur, satu kali saat berbuka, dan satu kali sebelum tidur malam. Harapannya, dengan konsumsi produk ini kebutuhan gizi pejuang ginjal saat berpuasa tetap dipenuhi. Untuk mendapatkan produk ini, bisa melalui official e-commerce Kalbe Sahabat Kesehatan dan KlikDokter, ada juga di berbagai apotek di Indonesia. Kami berupaya untuk mendekatkan produk ini, sehingga pejuang ginjal tidak perlu repot atau kesulitan mencari produk,” tutup Airin.
Sementara itu, pada peringatan Hari Ginjal Sedunia, Kalbe melalui anak perusahaannya, PT Finusolprima Farma Internasional (FIMA), dan Kalbe Ethical Customer Care (KECC) serta Indonesia Kidney Care Club (IKCC), rutin mengadakan berbagai kegiatan setiap tahunnya.
Tahun ini, diselenggarakan aktivitas edukasi pasien ginjal berkolaborasi dengan Pengurus Wilayah Ikatan Perawat Dialisis Indonesia (PW IPDI) Jakarta. Kemudian, roadshow lebih dari 100 center dialisis bekerja sama dengan rumah sakit dan tim perawat dialisis, dan siaran radio untuk meningkatkan awareness kesehatan ginjal serta diadakan donasi produk nutrisi Nephrisol melalui Yayasan Ginjal Indonesia. (any)