Jakarta – Beberapa tahun terakhir kasus anak berkebutuhan khusus terus meningkat. Menurut data statistik yang dipublikasikan Kemenko PMK pada Juni 2022, angka kisaran disabilitas anak usia 5-19 tahun adalah 3,3 persen. Sedangkan jumlah penduduk pada usia tersebut (2021) adalah 66,6 juta jiwa. Dengan demikian jumlah anak usia 5-19 tahun penyandang disabilitas berkisar 2.197.833 jiwa.
Meski berstatus spesial, anak yang memiliki autisme dan kebutuhan khusus lain, memiliki potensi yang dapat dikembangkan. Dengan diberikan pendidikan yang bermutu dan peluang untuk berkarya, mereka dapat menjadi individu yang mandiri, dapat berkomunikasi dengan baik, dan berkesempatan mendapatkan pekerjaan yang layak.
Menurut Undang–Undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas mensyaratkan mensyaratkan kewajiban mempekerjakan penyandang disabilitas dengan porsi 1 persen untuk perusahaan swasta dan 2 persen untuk BUMN/BUMD. Namun, realitas di lapangan menunjukkan masih ada kesenjangan dalam mendapatkan pendidikan dan kesempatan kerja, khususnya bagi tenaga kerja dengan disabilitas, terutama bagi mereka dengan kebutuhan khusus, autisme dan kesulitan belajar.
Baca juga: Ini Tiga Museum dan Cagar Budaya Favorit yang Dapat Dikunjungi Saat Libur Lebaran
Berdasarkan data dari sistem wajib lapor Kementerian Ketenagakerjaan, dari 440 perusahaan dengan jumlah tenaga kerja mencapai sekitar 237 ribu orang, hanya sekitar 2.851 orang atau sekitar 1,2 persen yang merupakan tenaga kerja disabilitas yang berhasil ditempatkan dalam sektor formal . Ini menunjukkan adanya kesenjangan besar antara potensi mereka dan kesempatan yang tersedia di pasar kerja.
Sebagai upaya dalam menjembatani kesenjangan tersebut, Zally Zarras Learning Center dan Yayasan Drisana mengadakan Special Kids Expo (SPEKIX) 2024. Mengusung tema #LoveUnitesSpekix / Love and Kindness Unite – Illuminating the path to Inclusion and Equality, SPEKIX 2024 akan diadakan pada tanggal 11 – 12 Mei 2024, di Jakarta Convention Center.
Dengan menyelenggarakan rangkaian agenda inklusif yang tidak berbayar dan terkurasi untuk umum. Acara ini ditujukan sebagai upaya mendukung komunitas terkait dan masyarakat umum dalam mendapatkan akses informasi terkini. Dengan mengusung empat kategori (anak, remaja, dewasa, dan profesional) dan empat konten utama (kesehatan, pendidikan, pengembangan, dan pendukung).
Baca juga: 50 Musisi Bakal Ramaikan Jakarta Street Jazz Festival 2024 di Blok M
Plt. Direktur Pendidikan Masyarakat dan Pendidikan Khusus, Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek)- Aswin Wihdiyanto, S.T., M.A, menyebutkan SPEKIX 2024 merupakan langkah konkret dalam mendukung visi inklusi dan kesetaraan bagi anak-anak dengan kebutuhan khusus. “Event ini juga sejalan dengan komitmen pemerintah dalam memberikan pendidikan yang bermutu dan kesempatan yang setara bagi semua anak, termasuk yang berkebutuhan khusus,” ujarnya.
Steering comitee SPEKIX 2024, dr. Sri Hartati Sutowo Sp. Mk, menyebutkan, setelah diadakan pertama kali pada tahun 2019, pihaknya kembali hadir di tahun 2024. “Dengan mengangkat tema “Love and Kindness Unite – Illuminating the path to Inclusion and Equality” menandai komitmen untuk memperjuangkan hak-hak individu dengan kebutuhan khusus, termasuk mereka yang hidup dengan Autisme, dan Kesulitan Belajar, serta memberikan mereka kesempatan yang setara untuk berkembang secara optimal,” imbuhnya.
Autisme ditandai dengan gangguan fungsi sosial dan komunikasi. Gejala Autisme bisa bervariasi, mulai dari fokus yang intens pada satu item, tidak responsif, hingga gerakan berulang atau cedera diri . Dengan pendekatan yang tepat, dukungan yang sesuai, dan lingkungan kerja yang inklusif, banyak individu dengan autisme yang dapat menjadi pekerja yang produktif dan berdedikasi. Beberapa karakteristik yang dimiliki oleh banyak orang dengan autisme, seperti ketelitian, fokus pada detail, dan kemampuan untuk bekerja dengan rutinitas, bisa menjadi kelebihan di beberapa bidang pekerjaan.
Dokter Spesialis Anak Konsultan Neurologi – Prof. Dr. dr. Hardiono D. Pusponegoro, SpA(K), menyebutkan, meskipun terdapat tantangan, dengan dukungan dan kesempatan yang tepat, individu yang memiliki autisme atau kebutuhan khusus lainnya dapat berkontribusi secara signifikan dalam masyarakat. “Pemahaman akan gaya komunikasi, dukungan dari rekan kerja, atasan, atau mentor hingga lingkungan kerja yang inklusif dan terbuka kepada individu dengan autisme bisa membantu meningkatkan kontribusi mereka di tempat kerja,” tukasnya.
Pendekatan dan dukungan kepada individu yang memiliki autisme dan kebutuhan khusus lain harus dimulai dari lingkungan pertama yaitu keluarga. Fondasi yang tepat dan kuat perlu dipupuk agar individu dengan autisme atau kebutuhan khusus lainnya dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.
Melibatkan peran keluarga dalam menciptakan lingkungan yang mendukung menjadi krusial untuk pembentukan karakter individu yang memiliki autisme dan kebutuhan khusus lainnya. Dilanjutkan dengan pendidikan dan kesadaran masyarakat menjadi langkah penting menuju inklusi sosial yang lebih baik bagi individu dengan autisme dan kebutuhan khusus lainnya.
Pembawa Acara dan Penyiar Radio, Ferdy Hasan, pun berbagi pengalamannya dalam membesarkan anak yang menyandang autisme.
“Sebagai keluarga dengan anak yang memiliki autisme, kami mengerti betapa pentingnya peran keluarga dalam mendukung dan memahami kebutuhan anak kami. Dukungan keluarga bukan hanya tentang memberikan cinta dan kasih sayang, tetapi juga tentang mendidik diri sendiri sebagai orang tua/ care giver, berkolaborasi dengan para profesional, dan menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan anak,” jelasnya.
“Dengan komitmen dan dukungan dari keluarga serta kesadaran masyarakat yang meningkat, individu dengan autisme dan kebutuhan khusus lainnya dapat hidup dengan lebih mandiri, percaya diri, dan merasa diterima dalam lingkungan mereka,” tukasnya.
Sang istri, Safina Hasan menambahkan, komunikasi yang terbuka, pemahaman, dan penerimaan adalah kunci untuk membantu anak-anak dengan kebutuhan khusus merasa diterima dan dicintai. “Kami percaya bahwa dengan dukungan yang tepat dari keluarga, anak-anak dengan autisme dan kebutuhan khusus lainnya dapat mencapai potensi mereka yang penuh dan berkontribusi secara positif dalam masyarakat,” katanya. (any)