Sulawesi — Berdasarkan survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) Tahun 2023, pengguna internet di Indonesia mencapai 215,62 juta atau setara 78,19 persen dari total populasi Indonesia. Di saat yang bersamaan, pertumbuhan pengguna yang masif ini membuka ruang yang lebih luas terhadap potensi meningkatnya penyalahgunaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK), maupun internet.
Pengukuran status literasi digital Indonesia 2023 terhadap 38 provinsi melaporkan bahwa kemampuan masyarakat Indonesia dalam memanfaatkan TIK semakin membaik dalam setahun terakhir. Indeks literasi digital Indonesia di awal 2023 ada di level 3,54 dari skala 1-5. Artinya, secara umum literasi digital masyarakat Indonesia ada di level “sedang”. Indeks tersebut sedikit meningkat dibanding 2020 lalu yang ada di level 3,46.
Nah, masih dalam rangka kampanye Gerakan Nasional Literasi Digital di Indonesia, Kementerian Komunikasi dan Informatika RI menyelenggarakan webinar Literasi Digital #MakinCakapDigital 2024 untuk segmen komunitas di Sulawesi dengan tema “Mewujudkan Keluarga Berkualitas di Era Digital”, Selasa (21/5/2024).
Baca juga: Mau Kualitas Tidur yang Baik? Yuk!
Adapun narasumber diskusi adalah Direktur Bina Ketahanan Remaja Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) RI Edi Setiawan, Perwakilan BKKBN Sulawesi Selatan Faizal Fahmi, dan Founder Mom Influencer ID Chyntia Andarinie. Mitra Kolaborasi webinar kali ini adalah Ikatan Penyuluh KB Sulawesi Selatan. Selaku pemberi keynote speech yakni Kepala Perwakilan BKKBN Sulsel Shodiqin.
Shodiqin, dalam keynote speech-nya menyampaikan, peningkatan kemampuan penggunaan internet secara aman dan produktif telah membawa perubahan besar dalam cara berkomunikasi, belajar, dan bekerja. Namun, kemajuan tersebut juga memunculkan berbagai tantangan. Tanpa literasi digital yang memadai, kita berisiko terperangkap dalam arus informasi palsu, jebakan privasi, dan ancaman keamanan online. “Oleh karena itu, sangat penting bagi kita untuk meningkatkan aspek literasi digital. Kegiatan ini, kami berharap menjadi langkah awal yang menginspirasi untuk meningkatkan kesadaran dalam hal literasi digital. Dari Kabupaten Bone, mari jadikan Indonesia cakap digital untuk mewujudkan Indonesia yang terkoneksi,” tuturnya.
Baca juga: Nggak Cuma Buat Transit, Bandara Changi Kini Jadi Destinasi Wajib Dikunjungi di Singapura
Dalam paparannya, Edi Setiawan mengatakan, di era digital peran keluarga menjadi semakin vital dalam menanamkan karakter maupun nilai-nilai positif bagi anggota keluarga. Pasalnya, transformasi digital mau tidak mau telah mengubah kebiasaan hidup manusia, termasuk saat berinteraksi di dalam keluarga. Dalam hal ini, setiap manusia semakin bergantung pada internet, gadget, dan teknologi pendukung lainnya untuk menciptakan efisiensi dan fleksibilitas dalam kehidupan.
Seperti pada banyak aspek kehidupan lainnya, teknologi juga berdampak positif sekaligus negatif bagi keluarga. Dampak positifnya seperti memudahkan komunikasi jarak jauh, menyediakan akses informasi, memfasilitasi pembelajaran interaktif, serta memperkaya pengalaman keluarga melalui aktivitas yang menyenangkan. “Sedangkan isu negatifnya, penggunaan gadget berlebihan, perpecahan dan intoleransi, sex pranikah, pornografi, hingga meningkatnya angka perceraian,” ungkap Edi.
Secara spesifik, Edi mengingatkan tantangan pengasuhan atau parenting di era digital. Selain soal keamanan dan privasi, ketergantungan berlebih pada teknologi berpotensi mengganggu interaksi antar anggota keluarga. Selain itu penggunaan teknologi perlu diseimbangkan dengan aktivitas fisik dan kualitas waktu dalam keluarga.
Sementara itu, menurut Faizal Fahmi, setiap individu di dalam keluarga mesti mampu mengoptimalkan platform digital untuk kebaikan mereka. Caranya mulai dengan memilih platform yang sesuai kebutuhan dan tujuan, mempelajari kebijakan privasi dan keamanannya, mendalami fitur dan fungsionalitas platform, kemudian memanfaatkannya sebagai media strategy pemasaran atau branding yang efektif.
Adapun Chyntia Andarinie yang juga social media specialist menjelaskan, dunia digital ibarat pisau bermata dua. “Sebagai pengguna, kita harus bijak agar dapat merasakan manfaatnya dan mengurangi dampak negatifnya,” jelasnya.
Menurut Chyntia, teknologi digital sejatinya dimanfaatkan keluarga untuk menciptakan komunikasi yang efektif. Sejumlah sisi positifnya, di antaranya penyampaian pesan yang lebih baik, meningkatkan produktivitas, mengurangi konflik dan miskomunikasi, meningkatkan keterampilan sosial, serta membuka peluang kolaborasi dan inovasi.
Workshop Literasi Digital merupakan salah satu rangkaian kegiatan dalam program Indonesia Makin Cakap Digital yang diinisiasi oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika RI. Informasi lebih lanjut mengenai gerakan literasi digital dapat diakses melalui website literasidigital.id, media sosial Instagram @literasidigitalkominfo, Facebook Page dan Kanal Youtube Literasi Digital Kominfo. (any)