Jakarta – Beberapa hari ini viral di media sosial mengenai anak yang mengalami gizi buruk. Si anak disinyalir mengkonsumsi susu kental manis sejak masih bayi. ”Dis! Masih ada aja korban Susu Kental Manis, ada lagi yang mau nambahin?” Cuit akun @areajulid.
Cuitan tersebut mendapat banyak tanggapan yang ternyata memiliki pengalaman serupa. ”eh persis bgt kek tetangga gue dari bayi dikasi susu kental manis gara gara keknya ibunya dah gabisa ngasi asi. skrng anaknya umur 5+ thn gabisa jalan bahkan gabisa ngomong bener bener masi kek bayi,” balas akun @444euro.
Dilansir dari sripoku com, anak yang mengalami gizi buruk tersebut adalah Wahyu Hidayat, 5. Wahyu merupakan warga Dusun III Desa Teluk Kecapi, Kecamatan Pemulutan, Ogan Ilir.
Baca juga: Yuk dicek 3 Ide Merayakan hari Ibu
Menurut orang tua Wahyu, putra mereka kerap mengalami kondisi kesehatan yang tak menentu sejak usia 1 tahun. ”Wahyu sejak kecil sering sakit-sakitan. Kadang sehat kadang sembuh,” kata Rusmi, ibunda Wahyu.
Menurut Rusmi, sejak kecil Wahyu diberikan susu kental manis, bukan susu formula bayi seperti seharusnya. Hal ini dilakukan Rusmi karena ia tak mampu membelikan susu formula bayi untuk putranya itu. ”Maklum kami tidak mampu untuk beli susu bayi. Jadi beli susu kaleng untuk menghemat biaya,” tambahnya.
Wanita 39 tahun ini menuturkan, kondisi kesehatan putra kelimanya kerap tak stabil hingga berusia 5 tahun. Puncaknya sejak dua bulan lalu, kondisi kesehatan Wahyu mulai memperihatinkan. Berat badannya turun drastis, tubuh, kaki dan tangan Wahyu juga kurus. ”Awalnya berat badan anak saya 12 kilo. Sekarang 7,8 kilo,” katanya.
Selain itu, Wahyu juga mengalami gejala hidrosefalus, kepalanya berukuran lebih besar daripada ukuran sewajarnya.
Baca juga: Populasi Lansia Meningkat, Bappenas Luncurkan Silani
Tak hanya Wahyu, kasus serupa masih banyak terjadi di Indonesia, terutama di daerah-daerah terpencil. Hal inilah yang menjadi perhatian dari Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia (YAICI). Terkait hal ini, Ketua Harian Yaici Arif Hidayat meminta dinas kesehatan (dinkes) menaruh perhatian atas kasus gizi buruk pada anak akibat mengonsumsi susu kental manis. ”Kami berharap dinas kesehatan setempat dapat segera melakukan tindakan, pemeriksaan kondisi kesehatan, dan pemberian makanan tambahan bila diperlukan,” ujarnya.
Arif mengatakan, penanganan balita Wahyu perlu pendampingan keluarga untuk memastikan kecukupan gizi anak-anaknya juga harus dilakukan. ”Yang harus diputus adalah akarnya, bagaimana agar keluarga ini dapat asupan makanan yang lebih bergizi. Seperti pengakuan orangtuanya bahwa Wahyu telah mengkonsumsi susu kental manis sejak kecil, ini mengkhawatirkan,” katanya.
YAICI telah merilis hasil penelitian terbaru mengenai pola konsumsi susu kental manis oleh keluarga. Penelitian yang dilakukan pada 2021 ini meneliti konsumsi susu kental manis oleh ibu hamil yang memiliki balita.
Hasil penelitian tersebut ternyata 71% ibu mengonsumsi susu kental manis sebagai asupan gizi selama hamil. Sebanyak 60,6% ibu mengkonsumsi SKM sebanyak 3-6 takaran sendok per sajian. (any)