Jakarta-Ditengah situasi geopolitik yang tidak stabil, perang antara Rusia dan Ukraina yang tak berkesudahan, ditambah dengan Pandemi COVID-19, 2023 diwarnai isu resesi global. Dirjen Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika (SDPPI) Kementerian Komunikasi Informatika (Kemenkominfo) Ismail menilai ekonomi digital bisa menjadi solusi di tengah ancaman
Menurut dia, aktivitas kehadiran dan ekonomi masyarakat saat ini sangat bergantung pada ekonomi digital. “Ruang digital mampu berikan alternatif dan efektifitas efisiensi dalam berbagai macam aktivitas ekonomi dari produksi, marketing, pembiayaan hingga distribusi,” ujarnya dalam acara IndoTelko Forum bertajuk ‘Strategi Industri Digital Indonesia Hadapai Resesi Global’ yang digelar secara virtual, Rabu (30/11/2022).
Dia menambahkan Indonesia jangan sampai terjebak dalam resesi global yang saat ini dihadapi oleh banyak negara. Dia menjelaskan, industri telekomunikasi dalam Information and Communication Technology (ICT) justru kini jadi pelaku utamanya.
Baca juga: P&G Luncurkan Neurometer, Alat Deteksi Dini Neuropati Diabetik
Sehingga semua yang terlibat dalam ICT itu perlu melakukan perubahan pendekatan agar tadinya menjadi tumpuan industri ICT pada telco operators, sekarang berpindah ke layer berikutnya, yakni layer platform, aplikasi, dan konten. “Semua pihak harus mengakomodasi perubahan bisnis model ini tidak terkecuali pemerintah,” tandasnya.
Dia menyarankan, agar pemerintah harus melakukan pendekatan baru agar perubahan itu bisa menjamin keberlangsungan industri digital di tanah air.
Salah satunya dengan melakukan deregulasi. Berbagai macam regulasi yang dahulu dianggap sebagai hambatan bagi pelaku industri dalam melakukan usaha, saat ini sudah dipermudah dengan hadirnya Undang-Undang Cipta Kerja. “Undang-Undang Cipta Kerja ini memungkinkan terciptanya kolaborasi di sektor telko, seperti sharing infrastruktur sampai dengan spektrum sharing,” katanya.
Kemudian, lanjut dia, UU Cipta Kerja juga berikan ruang pemerintah pusat dan daerah melakukan perubahan posisi jadi fasilitator, yakni berikan kemudahan pelaku industri telko, misal untuk perizinan hingga tarif. “UU Cipta kerja juga lakukan analog switch off di dunia penyiaran, agar tersedianya spektrum frekuensi radio &00 Mhz untuk bantu operator seluler gelar infrastrukturnya lebih efisien,” tukasnya.
Baca juga: Kementrian PPPA Percepat Pemberdayaan Ekonomi Perempuan Lewat Digitalisasi Ekonomi
Sementara itu, Ketua Umum Asosiasi Penyelenggara Telekomunikasi Seluruh Indonesia (ATSI) Ririek Adriansyah mengungkapkan, dalam menghadapi ancaman resesi global, industri telekomunikasi di seluruh dunia telah melakukan berbagai strategi. Salah satunya relying business telekomunikasi yang tadinya di dalam satu group, kemudian dipisahkan berdasarkan masing-masing portofolio, seperti tower, fiber, data center dan lainnya yang tujuan akhirnya adalah mendorong efisiensi.
“Strategi ini dilakukan untuk meningkatkan valuasi aset dan membuka peluang untuk network sharing dalam rangka mendorong efisiensi,” imbuhnya.
Ririek yang juga merupakan direktur utama Telkom Indonesia menambahkan, perusahaan telekomunikasi Indonesia saat ini juga melakukan konsolidasi dan akuisisi sebagai usaha untuk meningkatkan efisiensi dan meningkatkan layanan kepada pelanggan. “Kami juga melakukan berbagai partnership dengan perusahaan digital terkemuka di dunia di bidang cloud, IT, data center dan sebagainya,” jelasnya.
Diakui Ririek, saat ini seluruh dunia tengah bersiap menghadapi ancaman resesi global. Berbagai indikasi resesi ditunjukkan dengan inflasi tinggi, serta pertumbuhan ekonomi rendah atau cenderung stagnan di berbagai dunia.
Ririk mengatakan dampak resesi diperkirakan tidak terlalu berat bagi Indonesia. Namun berbagai ancaman resesi ini turut menambah tantangan pada industri telekomunikasi di Indonesia. Antara lain pertumbuhan bisnis melambat karena konsumsi pelanggan menurun, harga layanan data semakin rendah, serta biaya operasional dan capital expenditure (capex) yang meningkat. Namun ATSI tetap optimistis masih banyak peluang dan ruang pertumbuhan di pasar Indonesia yang dapat menggerakkan pertumbuhan industri tetap positif.
“Industri telekomunikasi Indonesia telah melakukan berbagai langkah untuk menghadapi tantangan industri dan ancaman resesi global berdasarkan benchmark dari para perusahaan telko di dunia yang lebih dulu menjalaninya. Dengan sinergi dan kolaborasi industri telekomunikasi Indonesia, kami yakin kita dapat bertahan menghadapi berbagai tantangan ke depan, serta terus mendorong pertumbuhan industri dan ekonomi yang lebih sehat,” pungkasnya. (any)