Jakarta-Tempe tentu bukan makanan yang asing lagi bagi masyarakat Indonesia, sebab di setiap meja makan keluarga tentu ada makanan asli Indonesia ini. Meski terlihat sederhana, kandungan protein, zat besi, dan kalsium tempe justru lebih tinggi dibanding daging sehingga sangat baik dikonsumsi ibu hamil dan anak balita untuk mencegah tengkes (stunting).
“Tempe bisa digunakan sebagai lauk saat makan makanan utama dan juga sebagai snack untuk memenuhi kebutuhan protein harian yang kebutuhannya mencapai sekitar 60 gr per hari,” kata kata dokter gizi klinis dari RSCM ,Dr dr Fiastuti Witjaksono, MSc, MS, SpGK, saat berbicara dalam peluncuran Taro Tempe di Jakarta, dikutip Rabu (1/3/2023).
Baca juga: Dua Mantan Pegawai di Kementerian Dikriminalisasi
Dr Fiastuti mengungkapkan, faktanya, sebanyak 2/5 orang Indonesia mengalami kekurangan asupan protein. Kondisi ini juga dialami oleh balita, yaitu sekitar 14,4% balita, baik di kota maupun di desa-desa di Indonesia masih kekurangan protein. “Karena itu, konsumsi tempe bisa membantu kekurangan protein pada masyarakat Indonesia dan juga mencegah terjadinya balita stunting akibat kekurangan protein,” tegas dr Fiastuti.
Dengan harga yang murah, tempe sebagai sumber protein nabati, kata dr Fiastuti memiliki kandungan gizi yang tak kalah dengan sumber protein hewani seperti daging. “Kandungan protein dan kalsiumnya lebih tinggi dibanding daging, bahkan selain itu, kandungan lemak jenuh dan garam pada tempe lebih rendah dibandingkan dengan daging sapi,” jelas dr. Fiastuti.
Lebih lanjut, dr Fiastuti memaparkan bahwa tempe merupakan makanan super atau superfood asli Indonesia. Ia pun memberikan data mengenai 100 gram tempe setidaknya mengandung 20,8 gram protein, 8,8 gram lemak, 1,4 gram serat, dan 201 kalori. Sebagai perbandingan, dalam 100 gram daging sapi biasanya hanya mengandung 17,5 gram protein.
Baca juga: Inovasi Taro Hadirkan Superfood Tempe Jadi Camilan Kekinian
Kalsium tempe juga jauh lebih tinggi dibanding daging. Dalam 100 gr penyajian tempe, kalsiumnya sebesar 155,1 mg. Bandingkan dengan dalam 100 gr penyajian daging, kalsiumnya hanya 10 mg.
Belum lagi kandungan besi tempe sebesar 4 mg, sedangkan daging hanya 2,8 mg. “Karena itu, tempe bisa untuk mencegah anemia pada ibu hamil, penyebab anak-anak lahir stunting,” ujar dr Fiastuti.
Bahkan, ia mengatakan tempe bisa mencegah penyakit jantung hingga diabetes. Vitamin B12 tempe juga tinggi, yaitu 1,7 ug. Bandingkan dengan daging hanya 1,4 ug. “Jadi kalau mau dapatkan vitamin B12, makan saja tempe,” saran dr Fiastuti.
Namun, kata dr Fiastuti, meski dikatakan superfood, tak berarti pagi, siang, malam, disarankan hanya makan tempe melulu. “Setiap makanan ada keunggulan dan kelemahannya masing-masing. Contohnya, meski kandungan protein, kalsium, dan zat besinya lebih tinggi disbanding daging, namun jumlah asam amino tempe tak selengkap daging. Karena itu, tempe perlu divariasikan dengan protein hewani, seperti daging, ayam, dan telur. Kelengkapan asam amino ini penting untuk pembentukan otot anak-anak,” jelas dr Fiastuti.
dr. Fiastuti juga menyarankan untuk memproses tempe tidak terlalu banyak minyak saat menggoreng. Atau bisa hanya membuat orek tempe. “kalau diorek tidak begitu banyak minyak, kalau pun mau digoreng pakai minyak sedikit. Pakai wajan yang anti lengket biar ngga butuh minyak banyak,” ujarnya.
PT FKS Food Sejahtera Tbk. melalui salah satu merek camilan populernya merilis snack terbaru berupa Taro Tempe. “Kami melakukan riset bahwa memang tempe itu makanan sehari-hari, sebagai lauk dan camilan. Konsumsinya juga tinggi untuk keluarga di Indonesia,” kata Marselus Albert Chandra, brand development department head Taro. (any)