Jakarta-Hingga kini, kasus pelecahan seksual di ruang publik masih saja terjadi. Memperingati Hari Perempuan Internasional di bulan Maret, L’Oréal Paris bersama PT JakLingko Indonesia, PT KAI (Persero), PT Kereta Commuter Indonesia (KCI), PT LRT Jakarta, PT MRT Jakarta, dan PT Transjakarta menggelar kampanye bersama Stand Up Melawan Pelecehan Seksual di Transportasi Umum.
“Melalui kegiatan kampanye bersama lawan pelecehan seksual di transportasi umum ini, saya kembali mengingatkan sekaligus mengajak masyarakat pengguna transportasi umum untuk membangun kesadaran saling menjaga kenyamanan dan keselamatan pengguna transportasi umum, khususnya dari tindakan pelecehan seksual,” kata Direktur Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan, Risal Wasal dalam konferensi pers L’oreal Paris x JakLingko Stand Up Against Sexual Harassment in Public Places, di Jakarta, dikutip Jumat (17/3/2023).
Baca juga: Mau Tarif Ojol Saat Hujan Diganti? Ikut Asuransi Terbaru dari Jagadiri Yuk!
Ketika terjadi pelecehan seksual di ruang publik, tak sedikit orang hanya menyaksikan peristiwa yang terjadi di depan mata tanpa tahu harus berbuat apa. Ya, inilah yang disebut bystander effect. Fenomena tersebut tentunya memberikan dampak negatif bagi korbannya dan membuka peluang makin banyaknya kasus pelecehan seksual yang terjadi.
Sistem Informasi Online Perlindungan Perempuan dan Anak (Simfoni PPA) mencatat, sepanjang 2022 terdapat 11.266 kasus kekerasan terhadap perempuan yang dilaporkan dengan jumlah korban sebanyak 11.538 orang. Berdasarkan tempat kejadian, kasus yang paling banyak dialami adalah dalam rumah tangga (8.432 kasus), diikuti di tempat kejadian lainnya kemudian fasilitas umum (880 kasus), tempat kerja sebanyak 218, sekolah dan lembaga pendidikan sebanyak 81 kasus.
Chief of Corporate Affairs, Engagement & Sustainability L’Oréal Indonesia, Melanie Masriel mengatakan lebih dari 52 tahun lalu, L’Oréal Paris menggaungkan pesan pemberdayaan perempuan melalui ‘Because You’re Worth It’. “Inilah mengapa L’Oréal Paris mengusung gerakan Stand Up untuk melawan pelecehan seksual yang dapat mengganggu self-worth kita. Melalui upaya nyata yang memobilisasi semua pemangku kepentingan, sekaligus membekali masyarakat yang sekiranya mengalami fenomena bystander effect dalam menyaksikan peristiwa pelecehan seksual di ruang publik, untuk bertindak secara efektif melalui Metode Intervensi 5D,” katanya.
Cinta Laura, L’Oréal Paris Brand Ambassador dan Stand Up Advocate menjelaskan mengenai fenomena bystander effect. Cinta menjelaskan, berdasarkan data Ipsos, 91 persen orang pernah menyaksikan pelecehan seksual di ruang publik dan tidak tahu harus berbuat apa. Sementara 71 persen mengatakan situasi akan membaik jika seseorang membantu.
“Jadi bystander effect atau efek pengamat (saksi) adalah teori psikologi sosial yang menunjukkan reaksi psikologis ketika seseorang membutuhkan pertolongan, tapi orang-orang disekitarnya tidak ada yang membantu. Itu karena mereka sama-sama beranggapan bahwa akan ada orang lain yang akan menolong korban, sehingga pada akhirnya tidak ada orang yang menolong sama sekali. Fenomena bystander effect ini menjadikan para saksi terpaku menyaksikan korban meminta tolong dengan berharap ada orang lain yang akan membantunya,” tandasnya.
Lebih lanjut Melanie menjelaskan, kalau L’Oréal memiliki visi dan misi untuk mengatasi pelecehan seksual dan kekerasan di Indonesia. Apalagi melihat fenomena bystander effect, di mana masyarakat hanya jadi pengamat.
“Kita nggak bisa melakukan apa-apa, padahal kita jadi saksi karena mungkin we dont know what to do. Survei sudah membuktikan bahwa 8 dari 10 orang nggak tahu harus melakukan apa, ketika dihadapkan dalam posisi tersebut,” ujar Melanie.
Baca juga: Pertumbuhan Kota Meikarta Dongkrak Ekonomi Warga
Nah ternyata visi dan misi L’Oréal yang ingin mencegah pelecehan seksual, sejalan dengan organisasi masyarakat dan sosial, Di Jalan Aman Tanpa Pelecehan (DEMAND).
“Memang L’Oréal waktu itu sedang mencari perspektif apa yang digunakan (agar dapat menjadi solusi-red). Ternyata perspektif dari saksi adalah hal yang penting banget karena teman-teman bisa jadi saksi. Setiap orang punya power untuk melakukan perubahan,” ujar Co-director DEMAND, Nova Auliady yang menjelaskan kalau kolaborasi dengan L’Oréal sudah dilakukan sejak 2014.
Fenomena bystander effect itu, ada banyak cara yang bisa dilakukan dengan langkah-langkah dan metode mudah, yaitu dengan 5D. Ini adalah metode yang diakui sejumlah ahli sebagai pilihan yang aman, mudah diaplikasikan, praktis, dan efektif untuk digunakan baik bagi saksi maupun korban pelecehan seksual sebagai solusi yang dapat membantu saksi untuk berani mengambil tindakan. Adapun 5D tersebut adalah:
• Dialihkan: dapat dilakukan dengan berpura-pura menjatuhkan barang, untuk mengalihkan perhatian pelaku dan korban keluar dari situasi pelecehan seksual
• Dilaporkan: dapat dilakukan dengan cara melaporkan tindakan pelecehan seksual ke petugas keamanan di stasiun atau KRL
• Ditenangkan: saat terjadi pelecehan seksual, pasti korban panik dan di sini peran masyarakat adalah menenangkan dan fokus memulihkan korban
• Didokumentasikan: mengambil gambar atau video, bukan untuk dipublikasikan melainkan diberikan ke korban sebagai barang bukti
• Ditegur: jika melihat pelaku, harus langsung ditegur
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Bintang Puspayoga, mengatakan bahwa perempuan dan anak lebih rentan mengalami berbagai bentuk kekerasan. Apalagi kini, ruang publik telah menjadi tempat yang berpotensi terjadinya kasus pelecehan seksual, khususnya di moda transportasi.
“Survei yang dilakukan oleh Koalisi Ruang Publik Aman (KRPA) Tahun 2022 pun mencatat dari 3.539 responden perempuan dari 4.236 mengatakan bahwa mereka pernah mengalami pelecehan seksual di ruang publik, dan 23% terjadi di transportasi umum termasuk sarana dan prasarana,” ujar Bintang.
Nah di tahun ketiganya ini, L’Oréal berkolaborasi dengan JakLingko untuk merangkul seluruh pihak, terutama insan transportasi dan perangkat daerah, untuk saling bersinergi.
“Kami melihat besarnya manfaat membangun awareness di sekitar, khususnya bagi para pengguna transportasi umum. Harapannya, upaya edukasi ini akan membantu meningkatkan rasa aman dan nyaman bagi pengguna, pelaju, sehingga mereka tidak merasa ragu memilih transportasi umum,” ujar Direktur Utama PT JakLingko Indonesia, Mega Tarigan.
Untuk informasi, mengenai kampanye ini, pada 2021, L’Oréal telah melakukan pelatihan metode intervensi 5D ke masyarakat. Hingga 2022, L’Oréal telah melatih hingga 163 ribu orang di seluruh Indonesia.
“Saat pandemi kami melatih garda terdepan di retail dan bisnis partner, sampai ke universitas-universita. Mudah-mudahan tahun ini kami bisa mencapai 200 ribu orang yang di-training melalui Pogram Stand Up. As a brand, kami mau jadi brand yang makes the change. change the world. change Indonesia melalui hal seperti ini,” kata Melanie. (any)