Jawa Barat—Media sosial saat ini tak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari banyak konten kreator yang tercipta dari konten-konteb yang hadir seperti di Youtube, instagram bahkan Tiktok. Sayangnya, tak sedikit yang menghalalkan segala cara demi mendapatkan cuan. Misalnya saja ibi-ibu yang rela mandi lumpur demi mendapat belas kasihan penontonnya.
Nah, dalam rangka kampanye Gerakan Nasional Literasi Digital di Indonesia, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bersama dengan Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi menyelenggarakan Workshop Literasi Digital, di Jawa Barat.
Kali ini, tema yang diangkat adalah “Meraup Cuan di Era Digital dengan Monetisasi YouTube” dengan menghadirkan narasumber Content Creator Muhammad Irsan Anugrah; Sekretaris Jenderal Asosiasi Administrasi Publik Indonesia Bevaola Kusumasari; serta Ahli Keamanan TI pada Dinas Komunikasi Informatika dan Statistika Kota Cirebon Aries Saefullah.
Baca juga: Rayakan International Women’s Day, HERO Group Gelar #DFIEmbracesEquity
Berdasarkan Survei Indeks Literasi Digital Nasional Indonesia yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) dan Katadata Insight Center pada tahun 2021 disebutkan bahwa Indonesia masih berada dalam kategori “sedang” dengan angka 3.49 dari 5,00. Dalam merespons hal tersebut, Kemenkominfo menyelenggarakan “Workshop Literasi Digital” dengan materi yang didasarkan pada empat pilar utama literasi digital, yaitu kecakapan digital, etika digital, budaya digital, dan keamanan digital.
Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G Plate yang memberikan sambutan secara daring menyampaikan bahwa selain membangun infrastruktur digital, pusat-pusat data, dan telekomunikasi di seluruh Indonesia. Kemenkominfo juga secara langsung mengadakan sekolah vokasi untuk menghasilkan tenaga kerja yang bertalenta digital.
“Kemenkominfo menyiapkan program-program pelatihan digital pada tiga level, yaitu Digital Leadership Academy yang merupakan program sekolah vokasi dan pelatihan yang diikuti oleh 200-300 orang per tahun bekerja sama dengan delapan universitas ternama di dunia. Digital Talent Scholarship sebagai program beasiswa bagi anak muda yang ingin meningkatkan kemampuan dan bakat digital. Dan yang terakhir Workshop Literasi Digital yang dapat diikuti secara gratis bagi seluruh masyarakat di Indonesia,” tutur Johnny.
Mengawali paparannya, Muhammad Irsan menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan monetisasi YouTube adalah sebuah proses atau usaha sebuah channel atau creator agar menghasilkan uang dan pemasukan dari konten yang diunggah di YouTube. Ada banyak ragam monetisasi dari YouTube yang ditawarkan, seperti iklan berjalan; iklan pada feed short; dan promosi toko atau produk yang kita jual di toko online.
Baca juga: Siap Kuasai Market Share Ramadan, OPPO Luncurkan A78 5G
“Iklan yang muncul di setiap video yang ditayangkan di YouTube, creator akan mendapatkan persentase pendapatan iklan sesuai ketentuan yang ditetapkan Google. Selain itu, creator memperoleh pendapatan ekstra dari interaksi penonton setia yang membayar untuk menikmati konten video ekslusif yang di-upload ke channel YouTube-nya,” ujar Irsan.
Agar bisa mengikuti YouTube partner program, imbuhnya, ada beberapa syarat yang wajib dipenuhi, yaitu memiliki sedikitnya 1.000 subscriber; memiliki 4.000 jam waktu tonton publik dalam setahun terakhir; atau memiliki 10 juta penayangan short publik dalam 90 hari terakhir. Tipsnya adalah dengan membuat konten video yang menghibur dan informatif; konsisten untuk setiap konten yang ditayangkan; dan bergabung ke komunitas content creator untuk saling berbagi informasi.
Bevaola menambahkan, konten interaktif juga efektif untuk menghasilkan cuan lewat YouTube. Konten interaktif, seperti video game, kuis, atau konten yang disesuaikan, dapat meningkatkan keterlibatan pengguna dan meningkatkan peluang untuk meraup iklan.
“Konten interaktif memungkinkan untuk membangun relasi yang lebih kuat dengan audiens, meningkatkan kesetiaan merek, dan memungkinkan untuk membangun komunitas yang lebih besar,” ucapnya.
Sementara itu, Aries Saefullah mengingatkan, untuk membuat konten yang menarik harus tetap memperhatikan etika dan nilai di masyarakat. Beberapa etika yang wajib dijunjung tinggi adalah tidak melanggar hak cipta milik orang lain, tidak membuat konten yang melanggar kesopanan, tidak menyebarkan informasi palsu atau hoaks, serta menghargai perbedaan.
“Teknologi tidak akan pernah bisa menggantikan manusia, namun manusia yang tidak menggunakan teknologi akan tergantikan,” tuturnya.
Workshop Literasi Digital ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan dalam program Indonesia Makin Cakap Digital yang diinisiasi oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika RI bersama Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi. Informasi lebih lanjut mengenai literasi digital dan info kegiatan dapat diakses melalui website info.literasidigital.id, media sosial Instagram @literasidigitalkominfo Facebook Page dan Kanal Youtube Literasi Digital Kominfo. (any)