Jakarta-PT AJINOMOTO INDONESIA (Ajinomoto), salah satu produsen bumbu masak di Indonesia, berusaha menjadi yang terdepan guna membantu kelestarian lingkungan hidup yang berkelanjutan untuk masa depan, dengan mengikuti arahan pemerintah RI dalam mempraktikkan ekonomi sirkular dan berbagai aktivitas yang mendukung terciptanya Sustainable Development Goals (SDGs).
Menuju tahun 2030, Ajinomoto Indonesia bersama dengan Ajinomoto di seluruh dunia memiliki visi besar, yaitu meningkatkan harapan hidup sehat 1 miliar orang di seluruh dunia dan megurangi dampak lingkungan dari kegiatan bisnis perusahaan hingga 50 persen. Untuk mencapai visi tersebut,
Ajinomoto mentransformasi seluruh karyawannya menjadi Health Provider. Seluruh karyawan Ajinomoto dibekali pengetahuan terkait gizi, kesehatan keluarga dan juga kelestarian lingkungan yang bukan hanya untuk diri sendiri namun bisa dibagikan juga untuk keluarga dan masyarakat Indonesia.
Salah satu bukti kontribusinya, Health Provider Ajinomoto menyebarluaskan pengetahuan mengenai praktik ekonomi sirkular dan berbagai aktivitas yang mendukung terciptanya SDGs kepada mahasiswa/i di bidang terkait dalam skala nasional, Ajinomoto melalui konsep Health Provider untuk Bumi, berkolaborasi dengan UPN Veteran Jawa Timur, Fakultas Teknik Kimia, mengadakan Seminar Nasional Soebardjo Brotohardjono XIX: ‘Pengembangan Industri Kimia Hijau Menuju Perwujudan Ekonomi Sirkular’ secara hybrid (offline & online via Zoom Apps) yang dihadiri ± 220 mahasiswa/i.
Baca juga: LG Hadirkan ThinQ UP 2.0 untuk Berikan Layanan Personalisasi
Di sesi ini, dari sektor industri, hadir sebagai narasumber, Ir. Yudho Koesbandryo, Direktur PT AJINOMOTO INDONESIA, yang menjelaskan seluruh aktivitas yang mendukung terciptanya Sustainable Development Goals (SDGs) di Grup Ajinomoto Indonesia.
Narasumber ke-2 dari institusi pemerintah, hadir Dr. Ir. Hens Saputra, M.Eng., IPU, Kepala Pusat Riset Teknologi Industri Proses dan Manufaktur, Badan Riset & Inovasi Nasional (BRIN) yang menjelaskan peranan teknologi industri proses dan manufaktur guna mendukung ekonomi sirkular. Kemudian, narasumber ke-3 dari akedemisi, hadir Prof. Dr. Ir. Ni Ketut Sari, Guru Besar Teknik Kimia, dari UPN Veteran Jawa Timur, yang menjelaskan seputar riset-riset yang tengah dikembangkan guna mendukung pengembangan industri kimia hijau.
“Terkait praktik ekonomi sirkular dan aktivitas lain yang mendukung terciptanya SDGs di bidang kelestarian lingkungan, Grup Ajinomoto Indonesia melakukan proses pengolahan limbah (waste) cair maupun padat untuk kemudian dihasilkan produk samping atau co-products yang memiliki nilai lebih di masyarakat,” ujarnya.
Baca juga: Rayakan Hari Jadi ke 54, Ajinomoto Gelar Umami Festival 2023
“Kemudian, kami juga berhasil mengurangi buangan emisi karbon, meningkatkan efisiensi penggunaan raw material dan air pada proses produksi, pengurangan material plastik pada Brand Masako® dan inovasi produk MSG AJI-NO-MOTO kemasan kertas, membangun fasilitas pengelolaan sampah (waste station) bersama Rekosistem, serta upaya untuk penggunaan renewable energi seperti panel surya, dan rencana penggunaan biomass sebagai sumber energi yang perlahan menggantikan batu bara. Atas semua upaya tersebut, kami mendapatkan apresiasi dari Kemenperin RI dengan mendapatkan penghargaan Industri Hijau Kategori Level 5 (tertinggi),” ungkap Yudho.
Menurut Dr. Ir. Hens Saputra, dirinya merasa bahagia melihat perkembangan di sektor industri khususnya Ajinomoto, yang sangat memperhatikan aspek-aspek dalam industri hijau.
“Saya lihat dari segi teknologi proses, Ajinomoto sudah banyak perkembangannya. Terbukti 7 pilar (bahan baku; air; produk; emisi gas rumah kaca; proses produksi; pengelolaan limbah; energi) dalam pengembangan industri hijau konsisten dijalankan dan ada perkembangannya, baik itu untuk teknologi prosesnya, kemudian ada efisiensi penggunaan air, bahkan untuk hal ini besar sekali, jika saya melihat dari materi yang disampaikan Pak Yudho. Kemudian energi juga ada, inovasi produk yang lebih mudah degredable, 30% itu sudah termasuk luar biasa, namun pastinya ini perlu ditingkatkan,” ucap Dr. Ir. Hens Saputra.
“Untuk bisa ditingkatkan lagi, saya pikir perlu adanya kolaborasi antara sektor industri dengan lembaga penelitian dan pengembangan seperti BRIN, karena sekarang ini di kami menyediakan akses terbuka kepada tenaga ahli, dan kami juga mempunyai fasilitas seperti laboratorium serta perlengkapan penunjang lainnya,” jelasnya.
“Kemudian penting juga untuk kita berkolaborasi dengan universitas atau perguruan tinggi, yang mempunyai gagasan atau ide-ide inovatif demi meningkatkan pengembangan aktivitas bisnis di sektor industri yang lebih ramah terhadap lingkungan. Kemudian, hal ini sekaligus membantu para akademisi maupun periset di sektor institusi pendidikan lebih berkembang,” lanjutnya.
Melalui kontribusi Health Provider tersebut, Ajinomoto berharap dapat menginspirasi banyak pihak untuk melakukan gerakan lainnya yang bertujuan menjaga kelestarian lingkungan Indonesia, serta menginspirasi para akademisi dan periset melakukan berbagai inovasi maupun pengembangan aktivitas ramah lingkungan dan berkelanjutan melalui riset-risetnya di masa depan.
Ajinomoto berkomitmen untuk terus memberikan kontribusi positif kepada masyarakat, dengan meningkatkan harapan hidup sehat keluarga Indonesia melalui produk dan layanan yang berkualitas tinggi, serta menciptakan bisnis yang ramah lingkungan. (any)