Jakarta -Yayasan Kids Biennale Indonesia menggelar Road To Kids Biennale Indonesia (KBI). Yayasan ini berfokus pada pameran seni dan budaya untuk anak-anak dan remaja dalam skala kecil dan besar, dengan menggunakan seni kontemporer sebagai media, nirlaba dan berorientasi ke publik baik di tingkat nasional maupun internasional di masa depan.
Kids Biennale Indonesia adalah pameran yang diadakan setiap dua tahun sekali, dengan partisipasi praktik seni modern dan kegiatan publik intelektual serta budaya dalam menanggapi isu-isu relevan, dan menjadi platform bagi anak-anak dan remaja untuk meningkatkan apresiasi seni dan budaya, partisipasi dan inklusi, merangsang kreativitas, menjadi agen perubahan dan membangun emosi dan sosial. Dengan visi menjadi platform global bagi kreativitas dan ekspresi anak dan remaja Indonesia, sehingga dapat membentuk generasi muda yang kritis, peduli, dan berdaya.
Dalam konteks pendidikan, tiga dosa besar yang telah diidentifikasi, yaitu kekerasan seksual, perundungan, dan intoleransi, memiliki dampak yang sangat merugikan bagi lingkungan sekolah dan peserta didiknya. Pada tahun 2023, pihak Yayasan Kids Biennale Indonesia telah mengadakan pameran “Speak Up”, yang mengangkat isu kekerasan seksual terhadap anak. Pameran tersebut direspon sangat baik oleh publik.
Baca juga: Fotografer Presiden Jokowi Berikan Hadiah Ini ke Atta Ul Karim
Pada tahun 2024, sebagai bagian dari Road To Kids Biennale Indonesia, Yayasan Kids Biennale Indonesia mengangkat isu “Speak Up On Bullying and Intolerance”, di mana keduanya adalah bagian dari tiga dosa besar dalam dunia pendidikan. Menurut data yang diterbitkan oleh Kemendibudristek, sebanyak 24,4 persen siswa atau peserta didik berpotensi mengalami perundungan di satuan pendidikan atau sekolah. Kegiatan Yayasan Kids Biennale Indonesia tahun ini mengajak anak dan remaja dengan berbagai kebutuhan khusus, neurodivergent, dan difabel untuk menjadi bagian dari advokasi, mengkritisi, dan menjadi agen perubahan melalui karya lukis, video, dan game. Beberapa pameris juga merupakan penyintas perundungan dan intoleransi.
“Seni merupakan jendela bagi anak-anak untuk melihat dunia dengan cara yang baru dan berbeda. Melalui seni, mereka belajar menghargai keindahan, memahami emosi, mengembangkan empati, dan menjadi agen perubahan. Seni merupakan investasi untuk masa depan Indonesia menjadi yang lebih kreatif, inklusif, dan budaya,” kata Gie Sanjaya, Ketua Yayasan Kids Biennale dan Kurator, dalam siaran pers dikutip Senin (22/7/2024).
Baca juga: Bidik Gen Z, Universitas Moestopo Luncurkan FIKOM DIGI 5.0
Cornelia Agatha, Chairperson of Komnas Perlindungan Anak DKI Jakarta, menyatakan, dirinya percaya bahwa seni dan kasih sayang mempunyai kekuatan yang besar untuk perubahan. “Oleh karena itu saya berharap Kids Biennale Indonesia dapat menjadi platform untuk perubahan bersama, menjadi wadah bagi anak-anak dan remaja untuk menemukan suara mereka, mengekspresikan diri dengan bebas, dan tumbuh menjadi individu yang kreatif, percaya diri, dan berempati penuh cinta kasih,” tukasnya.
Beberapa komitmen yang diambil oleh Yayasan Kids Biennale Indonesia antara lain meningkatkan apresiasi seni dan budaya bagi anak-anak dan remaja, mendorong partisipasi dan inklusi dari berbagai latar belakang, merayakan dan memperingati Hari Anak melalui kegiatan seni yang menyenangkan dan mendidik, merangsang kreativitas dan inovasi melalui eksplorasi berbagai medium seni.
Memberikan kesempatan belajar yang berharga tentang seni, budaya, dan isu-isu sosial, mendorong partisipasi aktif dalam kegiatan seni dan budaya, menghubungkan generasi muda dengan seniman profesional untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman, mengembangkan keterampilan emosional dan sosial melalui ekspresi kreatif, mendorong kolaborasi dan koneksi antara anak-anak, remaja, seniman, dan komunitas, menginspirasi minat seni dan mendorong generasi muda untuk mengejar karir di bidang kreatif, memberikan pengalaman seni yang beragam, memperkenalkan anak-anak pada berbagai bentuk seni, meningkatkan aksesibilitas seni bagi anak-anak dan remaja dari berbagai kalangan, dan memberikan dampak positif pada perkembangan anak secara holistik.
Ir. FB. Didiek Santosa, Perencana Ahli Madya Pada Asdep Perlindungan Khusus Anak dari Kekerasan, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, mengatakan, seni dan budaya adalah alat ampuh untuk perlindungan anak di Indonesia. “Melalui ekspresi kreatif, mereka dapat menemukan suara mereka, mengatasi trauma, dan membangun masa depan yang lebih cerah,” tandasnya. (any)