Jakarta-Provinsi Maluku, sebagai kawasan kepulauan, menghadapi tantangan serius dalam pendidikan. Masalah utama seperti minimnya infrastruktur, terbatasnya akses internet, dan kurangnya distribusi tenaga pendidik berkualitas menjadi penghalang utama. Data Pusdatin per November 2023 menunjukkan bahwa rasio guru-murid di tingkat SD mencapai 1:12, sementara lebih dari 1.000 anak terdata putus sekolah pada tingkat ini.
Keterbatasan ini mendorong Heka Leka, sebuah yayasan yang berdiri sejak 2011, untuk mengambil langkah konkret. Dengan visi menciptakan pendidikan berkualitas untuk anak usia dini dan SD, Heka Leka bekerja keras menjawab tantangan geografis dan sosial di Maluku yang tersebar di 1.400 pulau, sebagian besar hanya dapat diakses melalui laut.
Strategi dan Program Literasi Kepulauan
Sejalan dengan visi Indonesia Emas 2045, Heka Leka meluncurkan strategi bertajuk Pengembangan Lanjut Literasi Kepulauan di Maluku.
Baca juga: Lippo Cikarang Resmikan Masjid Kedua
Fokusnya meliputi pelatihan guru, pengembangan kurikulum, dan pelibatan masyarakat dalam pendidikan. Hingga 2024, lebih dari 200 guru PAUD dan 2.000 guru SD hingga SMA telah menerima pelatihan, sementara lebih dari 20.000 murid mendapat manfaat langsung dari program-program Heka Leka.
“Maluku adalah rumah kami, dan pendidikan adalah kunci untuk masa depan yang lebih cerah. Kami percaya bahwa setiap anak Maluku berhak mendapatkan akses pendidikan berkualitas, terlepas dari di mana mereka tinggal,” ujar Stanley Ferdinandus, Pendiri dan Direktur Yayasan Heka Leka.
Program unggulan seperti Maluku Membaca menyalurkan 50.000 buku pelajaran dan bacaan. Mulai 2022, program ini diperkuat dengan Literasi Kepulauan, yang bekerja sama dengan Room To Read untuk mendirikan perpustakaan ramah anak di 12 SD di Pulau Saparua. Targetnya, 100 perpustakaan ramah anak akan berdiri di pulau-pulau seperti Haruku, Nusalaut, hingga Kepulauan Banda pada 2028.
Baca juga: Lenzing dan Merdi Sihombing Wujudkan Fashion Berkelanjutan dalam Pameran “The Flying Cloth”
Kolaborasi dan Perayaan 13 Tahun
Kesuksesan Heka Leka tak lepas dari kolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk pemerintah, swasta, komunitas lokal, hingga organisasi internasional. Dalam perayaan 13 Tahun Heka Leka: Langkah Baru Membangun Manusia Maluku pada 16 November 2024, yayasan ini mengumumkan program baru, seperti kampanye Literasi Kepulauan bersama Ayo Bantu, dan Shareveling bersama Jalin Mimpi, yang menggabungkan wisata ke Maluku dengan kegiatan relawan pendidikan.
Selain itu, Heka Leka menggandeng komunitas pelari dalam program Jelajah Rempah, sebuah ajang lari di Maluku dan Jakarta untuk mendukung pembangunan perpustakaan. Dukungan komunikasi untuk kampanye ini juga datang dari Nada CreativePro.
“Kolaborasi adalah kekuatan kami. Kami selalu membuka pintu bagi siapa pun yang ingin berkontribusi, baik melalui pendidikan formal maupun non-formal. Maluku membutuhkan lebih banyak sahabat yang peduli terhadap masa depan anak-anaknya,” tambah Stanley.
Acara perayaan ini turut dihadiri oleh Anies Baswedan, sahabat Heka Leka sejak 2012, dan Dr. Itje Chodidjah, Ketua Harian Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO. Kedua tokoh ini memberikan apresiasi serta masukan strategis untuk program Heka Leka ke depan.
“Keberhasilan Heka Leka selama 13 tahun ini menjadi bukti nyata bahwa dengan kolaborasi dan komitmen, pendidikan berkualitas dapat terwujud meskipun tantangannya besar. Ini adalah inspirasi bagi kita semua,” ujarnya.
Cita-Cita untuk Maluku
Melalui berbagai inisiatifnya, Heka Leka bercita-cita menciptakan manusia Maluku yang cerdas, sejahtera, dan tetap menjaga identitas budaya. Dengan semangat kolaborasi, yayasan ini terus melangkah maju, mewujudkan pendidikan berkualitas di Maluku demi masa depan yang lebih cerah. (any)