Jakarta-Pada tahun 2045, Indonesia diprediksi akan mengalami bonus demografi, di mana sekitar 70 persen dari total populasi tergolong dalam usia produktif (15-64 tahun). Yan Ardhianto Handoyo, Faculty Head Sequis Quality Empowerment, STAE, AWP®, RFP®, mengingatkan bahwa generasi Z dan milenial perlu dipersiapkan sejak dini agar menjadi generasi yang cerdas, berpengetahuan, memiliki moral yang baik, dan mapan secara finansial. Dengan langkah ini, cita-cita Indonesia untuk mencetak generasi emas dapat terwujud.
Saat ini, salah satu masalah finansial yang dihadapi masyarakat adalah maraknya penawaran pinjaman online (pinjol). Masalah ini menjadi semakin serius karena banyak pinjol yang berstatus ilegal. Mereka menawarkan pinjaman dengan proses yang sangat mudah dan cepat, sehingga banyak masyarakat yang tergiur. Namun, seringkali, hal ini berujung pada kesulitan keuangan akibat bunga yang tinggi dan ketidakmampuan untuk melunasi pinjaman.
“Aktivitas literasi digital dan literasi finansial harus menjadi fokus utama, terutama bagi calon generasi emas dan keluarganya, guna menjaga kondisi finansial saat ini dan di masa depan. Jika kondisi finansial buruk, maka akan sulit untuk mencapai pendidikan yang layak. Masalah sosial lainnya seperti kemiskinan, kesehatan yang rendah, angka kematian, tingkat pengangguran, dan kriminalitas akan meningkat,” ungkapnya.
Baca juga: Wuling Air ev: Solusi Terjangkau bagi Pencari Mobil Listrik di Indonesia
Pemerintah telah berupaya memberantas masalah ini. Menurut data OJK, sejak tahun 2017 hingga Maret 2024, telah ada 9.062 entitas keuangan ilegal yang dihentikan, termasuk 1.235 entitas investasi ilegal, 7.576 entitas pinjaman online ilegal, dan 251 entitas gadai ilegal. Meskipun ada upaya pemberantasan, masih banyak masyarakat yang terjebak dalam pinjol ilegal.
Selain pinjol, judi online (judol) juga tengah marak. Kegiatan judol semakin mudah dilakukan karena tidak memerlukan tatap muka atau kunjungan ke lokasi bandar. Dengan hanya menggunakan gawai yang terhubung ke internet serta nomor rekening bank atau dompet digital, seseorang sudah dapat mengakses situs judi. Tanpa batasan waktu, aktivitas ini dapat dilakukan kapan saja tanpa takut terpergok oleh keluarga atau aparat.
Menurut Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), pada Januari 2024, Menteri Kominfo telah memutus akses lebih dari 800 ribu konten judi online. Upaya pemberantasan judol dan pinjol harus dilakukan secara aktif dan profesional, karena akses ke situs-situs tersebut masih mudah ditemukan.
Baca juga: ASEAN Stationery & Gift Expo (IASGE) 2024 Resmi Digelar di Jiexpo
Kedua masalah ini menjadi ancaman serius, terutama bagi mereka yang terjebak dalam lingkaran utang pinjol yang diambil untuk berjudi. Banyak orang yang terjebak dalam utang pinjol dan sulit untuk keluar dari kebiasaan judol, memicu masalah ekonomi dan psikologis di masyarakat.
Bunga pinjaman yang tinggi dan denda yang tidak transparan, ditambah rasa ketakutan akan ancaman akibat tidak melunasi utang dan rasa malu terhadap keluarga dan komunitas, dapat mengganggu kesehatan mental dan fisik individu. Mayoritas korban adalah masyarakat kelas menengah dan kelas bawah.
Yan mengingatkan bahwa generasi muda, terutama yang baru mulai mendapat penghasilan, harus menyadari risiko pinjol dan judol. Ketidaktahuan tentang bahaya ini dapat menyebabkan kecanduan, merusak produktivitas, dan menghancurkan hubungan sosial. Banyak yang kehilangan uang dalam waktu singkat dan terjebak dalam utang.
Sequis mendorong anak muda Indonesia untuk meningkatkan pengetahuan literasi finansial agar dapat mengelola keuangan dengan baik.
“Memahami dan mampu menjalankan perencanaan keuangan dengan disiplin akan membantu Anda mengelola pendapatan, terbiasa menabung, memahami investasi formal, terhindar dari keputusan impulsif seperti mengambil pinjaman untuk bersenang-senang, serta menghindari pinjaman online dan judi online,” ujar Yan.
Pendapatan yang tinggi bukanlah jaminan untuk menjadi kaya. Yang terpenting adalah keinginan untuk mengelola pendapatan dengan baik, berhati-hati dalam mengambil pinjaman, serta membiasakan diri dengan gaya hidup sederhana dan hemat.
“Mengelola pendapatan dapat dimulai dengan langkah sederhana, seperti memprioritaskan anggaran untuk kebutuhan utama, menyisihkan pendapatan untuk dana darurat agar tidak perlu meminjam saat ada kebutuhan mendadak, serta fokus meningkatkan aset melalui investasi yang terencana dan jangka panjang. Mitigasi finansial melalui asuransi jiwa dan kesehatan juga sangat penting,” tambah Yan. (any)