Jakarta – Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada Februari 2024 menunjukkan bahwa Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Indonesia mencapai 5,32 persen, sementara di Jakarta, angka tersebut mencapai 6,03 persen, menjadikannya wilayah dengan tingkat pengangguran tertinggi keempat di Indonesia.
Dengan kondisi ini, banyak generasi muda, khususnya yang berusia antara 16 hingga 30 tahun, mencoba mengatasi tantangan ekonomi dengan membuka usaha sendiri. Program Kewirausahaan ini menjadi salah satu solusi yang diusung oleh YBP untuk menjawab tantangan tersebut.
Karena itu, Yayasan Bulir Padi (YBP) meluncurkan Program Kewirausahaan yang ditujukan untuk memberdayakan 60 anak bina dan alumni YBP berusia 16 hingga 33 tahun. Program ini memberikan pelatihan dalam memulai, mengelola, dan mengembangkan usaha, khususnya bagi mereka yang tinggal di komunitas marjinal di Jakarta seperti Palmerah, Bidara Cina, dan Marunda.
Baca juga: Cleo Rayakan 6 Tahun Komitmen untuk Kesejahteraan Kucing di Indonesia
Untuk menjalankan program ini, YBP bekerja sama dengan berbagai mitra, termasuk J.P. Morgan Indonesia, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, serta pelaku UMKM berpengalaman.
“Sejak diluncurkannya Program Kewirausahaan pada 2021, kami berkomitmen mendukung anak bina dan alumni YBP dalam mewujudkan impian mereka berwirausaha. Tahun ini, kami memperkuat komitmen tersebut melalui Masterclass Entrepreneurship Program selama satu tahun ke depan, serta kolaborasi dengan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya dalam pelatihan dan mentoring selama Oktober hingga November,” jelas Tia Sutresna, Ketua Yayasan Bulir Padi.
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) semakin menjadi alternatif utama di tengah meningkatnya angka pengangguran. Laporan International Labour Organization mencatat bahwa lebih dari 60 persen pekerja di Indonesia berada di sektor informal.
Baca juga: Indonesia Diecast Expo 2024 Siap Digelar, Bakal Ada Perang Bintang
Sementara data dari World Economic Forum menyebutkan bahwa usaha kecil dan menengah menyumbang 97 persen dari semua pekerjaan di negara berkembang. Namun, masih banyak tantangan yang dihadapi oleh para pelaku UMKM, mulai dari keterbatasan sumber daya hingga kurangnya pengetahuan tentang pengelolaan bisnis.
“Program ini hadir untuk mengisi celah tersebut, membantu para peserta mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan dalam dunia wirausaha. Kami berharap, dengan bekal yang tepat, anak bina dan alumni YBP mampu berkontribusi dalam mengurangi angka pengangguran di komunitas marjinal dan menciptakan lapangan kerja baru,” tambahnya.
Selama pelatihan, peserta akan diajarkan berbagai keterampilan, termasuk Design Thinking, Business Model Canvas, hingga pembuatan proposal bisnis yang mencakup Business Profile, Marketing Plan, Operation Plan, serta Management and Financial Plan. Program ini ditutup dengan Kompetisi Business Plan YBP, di mana tiga proposal terbaik akan mendapatkan dana usaha dan mentorship online selama tiga bulan dari para praktisi UMKM.
Dari hasil evaluasi yang dilakukan antara 2021 hingga 2023, Program Kewirausahaan YBP telah menunjukkan dampak positif. Sebanyak 61,5 persen peserta berhasil memulai dan mengembangkan usaha mereka dalam waktu tiga bulan setelah mengikuti pelatihan. Selain itu, 94,8 persen peserta mengaku mendapatkan wawasan baru tentang dunia wirausaha dan UMKM, sementara 74,4 persen merasa lebih termotivasi untuk berwirausaha, dan 90,7 persen memahami cara efektif memulai atau mengembangkan bisnis mereka. (any)