Makassar — Banyak ragam orang meraih popularitas atau dikenal sebagai istilah viral di media sosial, tetapi cara yang ditempuh kurang elok, bahkan cenderung negatif. Padahal, ada cara yang lebih baik untuk viral dengan membagikan konten positif yang bermanfaat. Salah satunya adalah pemahaman dan penerapan yang baik mengenai netiket.
Hal inilah yang menjadi pembahasan dalam webinar bertema “Anti Sensasi: Jadilah Viral di Ruang Digital Karena Prestasi!” yang berlangsung Rabu (12/10), di Makassar, Sulawesi Selatan. Webinar yang diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika RI bersama Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi ini menghadirkan sejumlah narasumber, yakni dosen sekaligus UC Makassar dan Kelas Bebas Bicara, Cipta Canggih Perdana; Penulis Editor dan Entrepreneur, Dian Ikha Pramayanti; serta Influencer Ruang Digital, Syifa Dzihni Hafidzah.
Baca juga: Literasi Digital untuk Semua, Bijak Bermedia Sosial
Dalam paparannya, Dian Ikha mengutarakan, terdapat sejumlah rumus viral tanpa harus sensasi semata. Ia menjabarkan kepanjangan dari VIRAL, yakni Visibility atau pemilihan platform dan jenis konten yang tepat; Ingenuity atau konten yang cerdik; Relate atau mewakili kondisi pengikut (follower); Adaptable atau mudah dipastikan atau ditiru; serta Luck atau keberuntungan, ikhtisar, dan konsisten membagikan konten.
“Ada banyak contoh sesuatu yang positif bisa viral dan disukai banyak orang. Misalnya, akun TikTok @vmuliana yang rajin membagikan konten tentang edukasi dan tips berkarir. Ada pula akun @ananzaprili yang membagikan konten bertema psikologi. Jadi, banyak cara untuk viral tanpa sensasi,” ucapnya.
Viral, menurut Syifa, identik dengan anak muda yang diwakili oleh generasi milenial dan generasi X. Kehidupan dua golongan generasi ini tidak bisa lepas dari teknologi. Mereka lahir di tengah situasi di mana teknologi canggih, baik itu gawai, dan media sosial sedang tumbuh pesat. Teknologi sudah menjadi bagian hidup milenial dan gen X.
“Untuk menjadi anak muda yang kreatif, aktif, dan inovatif, kita perlu membiasakan diri untuk melakukan aktivitas atau pola hidup, seperti gemar membaca buku, terbuka terhadap pengalaman baru, bijak bermedia sosial, atau membangun ide dan visi ke depan,” tuturnya.
Baca juga: Bank DKI Raih Penghargaan Bisnis Indonesia Financial Award 2022
Terkait penggunaan media sosial, Syifa mengingatkan pentingnya netiket agar tidak mengejar sensasi demi viral. Perlu dipertimbangkan ketika berkomunikasi di internet, tidak semua orang memiliki pemahaman yang sama. Seperti halnya di dunia nyata, mereka juga memiliki latar belakang yang berbeda-beda.
Masih terkait netiket, Cipta Canggih Perdana mengingatkan pentingnya membangun personal branding. Brand yang ia maksud berkaitan dengan nilai, talenta, passion, idealisme, dan pengalaman. Dibutuhkan pengelolaan personal branding yang tepat di media sosial.
“Untuk membangun personal branding yang positif di media sosial, perhatikan profil akun. Unggahlah konten-konten yang positif. Lalu, pantau dan ikuti konten-konten yang bermanfaat. Jangan lupa, penting untuk menjaga etika di media sosial,” ucapnya.
Dengan hadirnya program Gerakan Nasional Literasi Digital oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika RI diharapkan dapat mendorong masyarakat menggunakan internet secara cerdas, positif, kreatif, dan produktif.
Kegiatan ini khususnya ditujukan bagi para komunitas di wilayah Sulawesi dan sekitarnya yang tidak hanya bertujuan untuk menciptakan Komunitas Cerdas, tetapi juga membantu mempersiapkan sumber daya manusia yang lebih unggul dalam memanfaatkan internet secara positif, kritis, dan kreatif di era industri 4.0.
Kementerian Komunikasi dan Informatika RI bersama GNLD Siberkreasi juga terus menjalankan program Indonesia Makin Cakap Digital melalui kegiatan-kegiatan literasi digital yang disesuaikan pada kebutuhan masyarakat. Untuk mengikuti kegiatan yang ada, masyarakat dapat mengakses info.literasidigitaldotid atau media sosial Kemenkominfo dan Siberkreasi. (any)