Jakarta– Dalam upaya melindungi anak-anak dari risiko banjir, Save the Children Indonesia telah menjangkau 43.800 masyarakat di Kecamatan Rancaekek, Kabupaten Bandung, melalui program Ketangguhan Masyarakat Berbasis Lanskap (KMBL). Dari jumlah tersebut, 15.260 anak kini lebih terlindungi, sementara 28.554 orang dewasa diberdayakan untuk meningkatkan kesiapsiagaan dan mengelola lingkungan mereka secara berkelanjutan.
“Ketika banjir terjadi, anak-anak menjadi kelompok paling rentan. Karena itu, kami memperkuat kesiapsiagaan komunitas, sistem peringatan dini, dan edukasi agar anak-anak tahu bagaimana bertindak saat banjir melanda,” ujar Rosianto Hamid, Chief of Partnership Strategic and Program Operation – Save the Children Indonesia dalam siaran pers, sabtu (1/2/2025).
Banjir, Ancaman Nyata bagi Anak-anak di Indonesia
Baca juga: Guardian Perkenalkan Konsep Fresh-Look Store, Ciptakan Pengalaman Belanja yang Menyeluruh dan Seru
Menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), dari 1 Januari hingga 8 Desember 2024, banjir tercatat sebagai bencana paling sering terjadi di Indonesia, dengan 962 kejadian. Salah satu wilayah terdampak adalah Kecamatan Rancaekek, Kabupaten Bandung, di mana rumah-rumah terendam dan aktivitas sekolah terganggu. Kondisi ini memperparah risiko kesehatan anak-anak serta menghambat akses mereka terhadap pendidikan.
Untuk mengurangi dampak banjir, Save the Children Indonesia berkolaborasi dengan Yayasan SHEEP Indonesia, serta didukung oleh The Korea Financial Industry Foundation (KFIF) dan Save the Children Korea, dalam menjalankan program KMBL
Baca juga: I-SEA Impact Business Days Perkuat Kolaborasi di Agrikultur & Ekonomi Sirkular
Program ini menggunakan pendekatan lanskap dari hulu ke hilir, memperkuat sistem peringatan dini, serta meningkatkan tata kelola pengurangan risiko bencana dengan fokus pada kelompok rentan, termasuk anak-anak, penyandang disabilitas, dan perempuan.
Langkah Strategis: Dari Sistem Peringatan Dini hingga Edukasi Lingkungan
Program KMBL mengusung strategi komprehensif agar pendekatannya berkelanjutan:
Memetakan Risiko & Kelemahan Infrastruktur
Mengidentifikasi kesenjangan dalam sistem peringatan dini serta kerentanan infrastruktur untuk meningkatkan efektivitas respons terhadap banjir.
Pembentukan Satuan Tugas Siaga Warga Rancaekek
Membentuk tim siaga, menyusun rencana aksi, serta mengembangkan Standard Operating Procedures (SOP) agar komunitas memiliki panduan jelas dalam merespons banjir.
Peningkatan Sistem Peringatan Dini
Bekerja sama dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) untuk menginstalasi alat tambahan di lokasi strategis, memperkuat sistem peringatan dini yang telah ada.
Pelatihan & Edukasi Masyarakat
Mengadakan simulasi, pelatihan kesiapsiagaan, serta edukasi lingkungan bagi masyarakat, termasuk anak-anak, tentang langkah-langkah menghadapi banjir dan pentingnya menjaga ekosistem, seperti menanam pohon untuk mengurangi risiko banjir.
Kolaborasi untuk Masa Depan yang Lebih Tangguh
Program KMBL menegaskan bahwa ketangguhan masyarakat hanya bisa dicapai melalui kolaborasi erat antara berbagai pihak. Dengan keterlibatan aktif masyarakat dan dukungan dari berbagai organisasi, diharapkan Rancaekek dan wilayah lainnya dapat lebih siap menghadapi banjir, sekaligus menciptakan lingkungan yang lebih aman dan berkelanjutan bagi generasi mendatang. (any)