Banjarmasin— Indonesia termasuk negara yang paling banyak mendapat serangan kejahatan siber berupa phising. Kejahatan ini mengincar data finansial calon korbannya lewat pengelabuan website. Namun, kejahatan ini bisa dicegah apabila kita teliti dan memverifikasi setiap tautan maupun informasi yang diperoleh.
Demikian kesimpulan dalam webinar yang bertema “Waspada! Jangan Mudah Terpancing Link Phising”, Jumat (18/11/2022) di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, yang diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika RI bersama Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi.
Narasumber dalam webinar ini adalah dosen Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Negeri Jakarta Nugrahaeni Prananingrum; Wakil Rektor IV Institut Komunikasi dan Bisnis LSPR Lestari Nurhajati; dan Wakil Rektor I Institut Komunikasi dan Bisnis LSPR Janette Maria Pinariya.
Baca juga: Masih Banyak Disalah Gunakan, Ini Saran YKLI untuk Penggunaan BBM Bersubsidi
Dalam paparannya, Nugrahaeni menjelaskan definisi phising, yaitu metode kejahatan dunia maya yang bertujuan untuk mencuri informasi penting seseorang atau organisasi, seperti data Kartu Tanda Penduduk atau kartu kredit. Selain pencurian data pribadi, phising dapat mengakibatkan kerugian finansial bagi korbannya. Kejahatan ini biasanya dilakukan lewat e-mail, media sosial, atau aplikasi percakapan.
Berdasar data Kaspersky, lanjut Nugrahaeni, Indonesia termasuk negara yang banyak menjadi sasaran kejahatan phising. Tercatat ada 2,29 juta serangan phising di Indonesia sepanjang 2021 lalu atau ada di peringkat kedua setelah Vietnam yang mendapat 4,01 juta serangan phising di tahun yang sama. Sementara hingga semester pertama tahun 2022, serangan phising di Indonesia sebanyak 1,54 juta atau lebih rendah dari Vietnam (5,52 juta serangan); Malaysia (1,91 juta serangan); dan Thailand (1,82 juta serangan).
“Pelaku phising biasanya menampakkan diri sebagai pihak atau institusi yang berwenang. Dengan menggunakan website atau email palsu yang tampak meyakinkan, banyak orang berhasil dikelabui,” ujar Nugrahaeni.
Baca juga: MAKUKU Mulai Pembangunan Pabrik Pertamanya Di Jawa Tengah
Nugrahaeni melanjutkan, beberapa jenis phising yang banyak beredar mengincar calon korban adalah e-mail; spear phishing (pengiriman lewat e-mail setelah informasi dasar korban dimiliki, seperti nama dan alamat); whaling (teknik phising yang menargetkan individu dengan kewenangan tinggi di sebuah organisasi atau institusi); dan web phising (upaya memanfaatkan web palsu untuk mengelabui calon korban).
Lestari Nurhajati menambahkan, dari banyak kasus pencurian data lewat internet, sebanyak 32 % dilakukan dengan metode phising. Bahkan, di awal 2020 saja, Anti Phishing Working Group mencatat ada 165.772 web phising yang siap menjaring korban. Sektor finansial masih menjadi sasaran utama pelaku kejahatan phising tersebut.
“Oleh karena itu, kita diharapkan mampu menyeleksi dan memverifikasi informasi yang masuk untuk kebaikan diri dan sesama. Dengan mengenal ekosistem daring atau transaksi digital dengan lebih baik, kita bisa terhindar dari kegiatan terkait yang merugikan,” ujarnya.
Sementara itu, Janette Maria menjelaskan, sektor yang paling banyak menjadi target kejahatan phising webmail sebesar 33,5 % dan diikuti dengan sektor finansial 19,4 %. Berikutnya adalah sektor pembayaran 13,3 %, media sosial 8,3 % perdagangan elektronik 6,2 % penyimpanan awan 3,9 %, dan lain-lain 8,5 %.
Agar terhindar dari kejahatan phising, menurut Janette, adalah dengan tidak sembarang meng-klik tautan yang diterima dari orang tak dikenal, memeriksa siapapun pengirim e-mail, melakukan scan malware secara berkala, memastikan keamanan website yang diakses, dan menerapkan two factor authentication.
Dengan hadirnya program Gerakan Nasional Literasi Digital oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika RI diharapkan dapat mendorong masyarakat menggunakan internet secara cerdas, positif, kreatif, dan produktif. Kegiatan ini khususnya ditujukan bagi para komunitas di wilayah Kalimantan dan sekitarnya yang tidak hanya bertujuan untuk menciptakan Komunitas Cerdas, tetapi juga membantu mempersiapkan sumber daya manusia yang lebih unggul dalam memanfaatkan internet secara positif, kritis, dan kreatif di era industri 4.0.
Kementerian Komunikasi dan Informatika RI bersama GNLD Siberkreasi juga terus menjalankan program Indonesia Makin Cakap Digital melalui kegiatan-kegiatan literasi digital yang disesuaikan pada kebutuhan masyarakat. Untuk mengikuti kegiatan yang ada, masyarakat dapat mengakses info.literasidigital.id atau media sosial Kemenkominfo dan Siberkreasi. (any)