Jakarta– Menikah bukan hanya soal cinta, tetapi juga menghadapi berbagai tantangan, terutama ekspektasi orangtua dan keterbatasan finansial. Riset terbaru dari Populix bertajuk “Pre and Post Wedding: Financial Planning and Management” mengungkapkan bahwa dua faktor ini masih menjadi hambatan utama bagi milenial dan gen Z yang tengah merencanakan pernikahan.
Tantangan Menuju Pelaminan
Populix mencatat lima tantangan utama yang dihadapi calon pengantin:
Keterbatasan anggaran (59%) – Masih menjadi kendala utama bagi pasangan yang ingin menggelar pernikahan impian mereka.
Ekspektasi orangtua (57%) – Banyak pasangan merasa tertekan untuk memenuhi harapan keluarga.
Baca juga: Bersama Dubes Rusia, Ketua DPD RI Sepakati Pelaksanaan Forum Parlemen BRICS+
Perbedaan pendapat dengan pasangan (46%) – Mencapai kesepakatan tentang berbagai aspek pernikahan bukanlah hal mudah.
Kesulitan bekerja sama dengan vendor (46%) – Dari wedding organizer hingga katering, banyak pasangan menghadapi kendala dalam memilih vendor terbaik.
Baca juga: Indonesia Women Half Marathon 2025: Merayakan Kekuatan Perempuan melalui Lari
Keterbatasan waktu persiapan (38%) – Padatnya jadwal kerja membuat banyak pasangan kesulitan mengatur pernikahan dalam waktu yang ideal.
Tekanan Sosial Sebelum Menikah
Selain tantangan dalam perencanaan, pasangan juga menghadapi berbagai tekanan sosial sebelum menikah. Riset Populix menemukan bahwa tekanan ini berasal dari tiga aspek utama:
1. Tekanan dari Keluarga
Menemukan pasangan sesuai harapan keluarga (37%)
Dorongan untuk segera menikah (33%)
Norma atau tradisi pernikahan keluarga (25%)
2. Tekanan Finansial dan Karir
Harus mapan secara finansial sebelum menikah (35%)
Ekspektasi untuk menggelar pernikahan mewah (16%)
Harus menyelesaikan pendidikan atau mencapai jenjang karir tertentu dulu (12%)
3. Tekanan dari Lingkungan
Pertanyaan terus-menerus tentang rencana pernikahan (31%)
Membandingkan diri dengan teman yang sudah menikah (33%)
Menghadapi Tekanan dengan Kesiapan Diri
Menurut Indah Tanip, VP of Research Populix, meskipun tekanan sosial ini ada, banyak pasangan tetap mengambil keputusan berdasarkan kesiapan diri mereka sendiri. “Faktor utama dalam menghadapi tekanan ini adalah kesiapan mental dan emosional. Hal ini menunjukkan bahwa kesiapan pribadi menjadi kunci utama bagi mereka dalam mempertimbangkan pernikahan,” ungkapnya.
Riset ini dilakukan pada September 2024 terhadap 1.038 responden yang mayoritas berasal dari kalangan pekerja dengan latar belakang ekonomi menengah ke atas. Dari jumlah tersebut, 512 orang masih lajang—dengan 70% di antaranya berencana menikah—dan 526 orang sudah menikah. (any)